Share

Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami
Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami
Penulis: Nannys0903

Satu

"Intan kenalkan ini calon istri Mas," ucapnya tanpa beban sedikit pun. Tangan mereka saling bertautan. Melihat hal itu hatiku terasa teriris sembilu. Namun, berusaha untuk tegar dan tenang.

Aku melirik ke arah mereka yang berdiri tak jauh dariku. Sengaja memilih acara talk show yang lucu agar hatiku tak terluka parah.

"Intan, tolong kecilkan suaranya. Ini Rita calon istri Mas," bentaknya merasa tak dianggap.

"Oo ...."

Adegan Sule dan Andre di televisi membuatku tertawa hingga air mata ini menetes.

Mas Ilham mematikan televisi dan berdiri tepat di depanku. Sorotan matanya menyeramkan dan bagian rahang telihat mengeras.

"Intan, aku sedang bicara denganmu. Ada tamu malah nonton TV," sungutnya kesal. Melirik wanita yang berdiri tak jauh dari kami.

Aku mendongakkan wajahku dan berdiri tepat di depannya. Wajah mas Ilham terlihat memerah. Memutar bola mata malas dan melewati tubuhnya tanpa berucap.

"Intan, minggu depan aku akan menikahinya," teriaknya di belakang tubuhku. Mungkin ia kesal karena aku bersikap masa bodoh.

"Lalu aku harus apa?" tanyaku tanpa menoleh. Rasa sakit menyeruak dalam dada. Sebegitu cintanya kau kepada wanita itu. Apa dia lupa siapa yang selalu berada di sampingnya susah dan duka.

"Terima dia sebagai adik madumu. Dia akan tinggal di rumah ini bersama kita."

Aku membalikkan tubuhku. Menguatkan hati dan berusaha setegar mungkin. Tersenyum meremehkan sang wanita.

"Rita akan menjadi istri keduaku dan mama untuk Bayu. Dia bisa membantumu juga. Hiduplah dengan rukun."

Ucapannya tak membuatku terkejut. Wajah lelaki itu terlihat bingung. Ingin tertawa boleh tidak. Kami memiliki seorang anak laki-laki berumur lima tahun. Apakah dia tak memikirkan perasaan aku dan anaknya. Sebegitu mudahnya mengatakan hal demikian.

Kupandangi Rita dengan tatapan dingin. Perutnya terlihat membuncit. Sudah aku duga, suamiku telah berselingkuh. Ia telah menanam benih di rahim wanita lain hingga janin itu tumbuh. Apakah diriku tak bisa memuaskan dirinya. Servis yang selalu membuat dia ternganga nyatanya tak membuat dirinya setia. Egois lelaki egois.

Rita, teman kuliah suamiku. Mereka beda tingkatan. Wanita itu berumur lebih tua dariku. Dulu mereka adalah sepasang kekasih. Rita dijodohkan oleh orang tuanya. Kini, wanita itu telah berstatus janda. Entah apa masalahnya aku tak tahu.

Diam-diam aku tahu permainan mereka. Suamiku sering pulang larut malam. Terkadang, ke luar kota di akhir pekan. Waktu yang seharusnya digunakan untuk berkumpul dengan keluarga. Ia gunakan untuk memadu kasih bersama selingkuhannya.

"Terserah, kamu. Aku melarang, kamu akan tetap menikahinya. Untuk apa izinku. Mana pernah kamu memikirkan perasaan kami." Suaraku begitu santai akan tetapi hatiku sakit tak berdarah.

"Intan, mengapa kamu bicara begitu? Aku memikirkan kamu dan Bayu. Semua rumah dan seluruh hartaku untuk kamu, Sayang."

Dulu ucapannya membuatku melayang bagaikan di udara. Sekarang tidak, perasaan cintaku sudah kubuang ke jurang dan tak akan aku pungut kembali cinta itu.

"Izinkan aku menikah lagi." Ia menyodorkan surat izin menikah kepadaku.

Mereka ingin menikah resmi. Sungguh terlalu sekali lelaki itu. Kuambil kertas itu melirik sekilas dan menyobek dihadapan pria yang telah aku urus selama lima tahun lebih.

Mas Ilham terlihat marah. Aku tersenyum dan berkata," Menikahlah dan ceraikan aku."

"Tidak! Aku tak mau menceraikanmu. Sampai kapanpun tak akan pernah!"

Aku tertawa terbahak-bahak hingga air mata mengalir dari ujung mata. Sakit sangat sakit rasanya. Kukuatkan hati dan setenang mungkin. Ia ingin menikah lagi tapi tak mau melepaskanku.

"Serakah, lelaki serakah! Kamu pikir aku akan menandatangani kertas itu dan mengizinkan kalian menikah sah. Tidak!" Menekan kata agar ia mengerti. Tak ada wanita yang siap dimadu. Perasaan kami bukan mainan.

Wanita selingkuhan suamiku hanya diam dan menunduk. Ia meremas jarinya, wajahnya pucat.

"Kita bisa hidup bahagia dan aku akan bersikap adil. Aku janji."

"Janjimu palsu! Kamu ingat, dulu kamu berjanji kepada almarhum ayahku dan kini kamu mengingkarinya."

"Intan, aku harus bertanggung jawab karena Rita hamil anakku. Aku mohon izinkan aku."

"Maaf aku tak bisa, Mas. Bawa pergi perempuan itu dari rumah ini. Aku tak ingin dia menginjakkan kaki lagi di sini. Pergilah kau dari sini!" ucapku dengan lantang.

"Ini rumah, Mas. Kamu gak bisa usir kami!" Mas Ilham menarik lengan Rita ke lantai atas. Wanita itu melirik aku dan tersenyum kemenangan.

Mereka masuk ke kamar tamu samping kamar milikku. Suara pintu tertutup dengan kencang mengakibatkan bunyi yang mengema di dalam rumah.

Lihat saja akan aku buat kalian menyesal. Akan aku buat hadiah terindah yang tak akan kalian lupakan.

~~~

Hari pernikahan mereka berlangsung di rumah kami. Aku tak membantu sedikit pun. Biarlah Rita yang mengurusnya. Walaupun, lelaki itu memarahiku dengan segala perkataan kasarnya.

"Intan, kamu masa tega. Lihat Rita sedang hamil anakku. Kamu urus acara ini. Jangan duduk dan menonton televisi saja. Bantu Rita!" teriaknya membela simpanannya.

"Ini pernikahanmu dan dia. Mengapa aku yang repot. Urus saja sendiri. Aku tak mau tahu."

Wajah mas Ilham semakin memerah. Ia menarik lenganku kasar dan melayangkan tangannya ke udara.

Plak!

Ia melukai pipiku dan hatiku. Kubalas perbuatannya dengan menamparnya kembali.

Plak! Plak!

"Jangan pernah menamparku kalau kamu tak mau kutampar," ucapku lantang.

Mas Ilham mengusap pipinya akibat ulahku. Lelaki itu menatapku heran. Mungkin dia bingung mengapa aku melawan.

Ijab kabul telah diucapkan. Sengaja aku tak keluar kamar menyaksikan pernikahan mereka. Apa aku tak merasa sakit. Jelas sangat sakit. Lebih baik tak melihatnya.

Bayu berada di rumah neneknya selama dua minggu. Aku tak mau anakku terluka akibat ulah papanya. Tak ada setetes air mata yang menetes. Air mata ini terlalu mahal untuk dirinya.

Melangkahkan kaki keluar kamar dengan menggunakan dress di atas lutut dengan model tali yang menyilang di belakang punggung. Berdandan secantik mungkin menghadapi kehidupan yang baru.

Mas Ilham sedang duduk di sofa bersama keluarga Rita. Mereka menoleh ke arahku karena suara high heel merah milikku terdengar nyaring.

Mata suamiku membesar, ia melihat penampilanku yang berubah. Sejak menikah penampilanku sederhana. Suamiku tak mengizinkan untuk berpenampilan terbuka. Kali ini aku akan melakukan semua yang ia larang.

"Kamu mau ke mana?" tanya mas Ilham dengan wajah memerah. Aku melewatinya begitu saja seolah-olah mereka tak ada. Ia terus memanggilku hingga aku berada di mobil hadiah ulang tahun pemberian suami yang telah menghianti istrinya.

Melaju mobil dengan santai. Menghubungi seseorang yang aku percayai.

"Hancurkan mereka semua atau bom saja rumahnya. Aku tunggu kalian di basecamp."

Aku yakin mereka mengerti perintahku. Suamiku tak tahu siapa aku sebenarnya.

Selamat tinggal untukmu pengantin baru dan beserta keluarganya. Hadiah terindah dariku untuk kalian.

****

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Kereeeeeeen lanjutkan
goodnovel comment avatar
Fahmi
Aku yakin mereka mengerti perintahku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status