Share

Tiga

Aku berdiri dihadapan makam papaku. Memandang gudukan tanah bertaburan bunga warna-warni. Rumah tempat terakhir milik papa selalu bersih dan terawat.

"Pa, lihatlah! Menantu pilihan papa telah menghianatiku. Aku pikir kami akan bahagia, ternyata kebahagian itu hanya sesaat. Ia seorang b*jingan." Hanya senyum yang hanya bisa aku berikan.

Lelaki tua yang telah terkubur di dalam tanah, ia yang memaksaku untuk menikah dengan mas Ilham.

Tak menyalahkannya hanya saja aku kecewa dengan keegoisan beliau ketika masih hidup. Aku akan merebut kembali apa yang telah ia berikan kepada mantu kesayangannya.

Wanita yang telah mendampinginya selama hidupnya hanya mendapatkan rumah dan uang bulanan dari perusahaan.

Air mataku tak dapat kutahan. Kehidupanku ternyata menyakitkan." Sejak pertama kali bertemu aku tak mencintainya. Setelah rasa itu tumbuh dengan cepat. Ia menikahi wanita lain." Isakku semakin kencang. Aku kecewa namun, tak menyalahkan papa karena memilih mas Ilham.

Ponselku berdering di dalam tas. Mengambilnya perlahan dan melirik pemilik nomor yang melekat di layar ponselku. Mas Ilham menghubungiku.

Menghapus air mata dan menarik napas panjang. Aku tak mau, ia mengetahui kalau aku sedang menangis.

"Intan, kamu ke mana? Kenapa belum pulang?" tanyanya dengan nada tinggi tanpa mengucapkan salam.

"Aku di pemakaman papa, kenapa?" jawabku malas.

"Pulanglah! Aku butuh kamu," ucapnya melembut. Seolah-olah aku akan luluh.

"Tidak aku tak akan pulang," tolakku cepat.

"Pulanglah. Bi Inem dan pak Dewo telah pergi. Siapa yang mengurus aku?"

"Kamu punya istri lain. Suruh saja wanita itu memasak dan mengurusmu. Mengapa harus aku?"

"Tidak bisa. Dia lagi hamil. Kandungannya lemah," mohonnya dengan mengiba.

"Maaf, Mas. Aku tak akan pulang tak ingin menganggumu. Seharusnya, kamu bahagia tak ada aku di sana. Kalian bebas melakukan apa saja."

"Tapi, Intan sayang. Aku ...." Ia terdiam tak meneruskan ucapannya.

Mungkin ia ingin mengatakan kalau dirinya beserta keluarga istri barunya melakukan isolasi mandiri.

"Sudahlah! Nikmati saja waktu kalian di rumah itu." Segera menutup panggilannya tanpa mengucapkan kata yang lain. Biarlah ia kesal hingga kepalanya pecah berhamburan.

Pintar sekali dia, menyuruhku pulang untuk menjadi pembantu mereka. Bi Inem, wanita itu aku yang menyuruh untuk balik ke kampung selama dua minggu. Biar tahu rasa mereka bagaimana lelahnya mengurus rumah sebesar itu. Nikmati harimu, mas.

***

Kaki jenjangku melangkah memasuki gedung tinggi berlantai lima. Tempat ini adalah tempat kerjaku, The Corp. Tak banyak yang tahu apa yang tersembunyi di dalamnya.

Gedung ini memiliki tempat perawatan kecantikan dan butik. Aku mendirikannya sejak tiga tahun yang lalu dengan uangku sendiri.

Mas Ilham hanya tahu kalau aku suka datang ke sini untuk melakukan perawatan. Bukan itu yang aku lakukan. Melainkan melakukan pekerjaan yang sedang aku tekuni menjadi pemilik agen mata-mata rumah tangga dan sejenismya.

Banyak istri atau suami yang menjadi korban perselingkuhan. Kami akan membantu menemukan jawabannya.

Atau masalah lain yang tak berhubungan dengan perselingkuhan.

"Hai, Big Bos baru muncul. Bagaimana permainanmu?" Merangkul bahuku dengan senyum ciri khasnya. Ia adalah Cheri.

"Lumayan, tapi itu belum seberapa."

"Jangan kasih ampun suami kayak gitu. Sudah dapat istri yang perfect masih aja ngebolang," sambung Adel. Ia berjalan tak jauh dari kami.

"Tenang saja, aku akan memberikan yang lebih menyakitkan." Ucapanku penuh kebenc*an.

Kami saling merangkul masuk ke dalam ruangan. Tempat kami bekerja membantu mereka yang telah dibohongi oleh pasangannya.

Aku memang seorang agen mata-mata, kenapa aku tak tahu kebusukan suamiku sejak dulu karena mata dan hatiku tertutup cinta serta perlakuannya yang lembut membuat aku mabuk kepayang.

Kami memang dijodohkan dan aku terpaksa menikahinya. Mas Ilham membuatku jatuh cinta dan aku terbuai oleh bujuk rayunya.

Seorang dokter belum tentu ia selalu sehat pasti ada masanya akan sakit. Semua guru belum tentu mengetahui seluruh ilmu dunia bagitu pula diriku sama seperti mereka.

Agen ini aku dirikan bersama kedua sahabatku. Kami sejak sekolah selalu bersama-sama. Menerima semua kekurangan dan kelebihan kami. Saling mendukung antara satu dengan yang lain.

"Intan, aku punya ide yang bagus. Kita kasih pelajaran buat suamimu," ucap Cheri dengan senyum jahatnya.

Cheri berbisik di telingaku. Aku menganggukkan kepala. Adel juga menempelkan telinganya. Senyum terukir di bibir kami. Kami saling berpandang dan tertawa.

****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
gaspoool Mbak Intan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status