Share

Chapter 3

“Aku pulang kalau sudah menemukan pekerjaan baru. Aku tidak mau seharian penuh berada di dalam rumah.”

Maylin segera memberi alasan ketika Rayla dan Deonartus Surbakti, tunangan Rayla, bertandang ke rumah Frida. Rayla dan Deon tengah berusaha membujuk Maylin agar kembali pulang ke rumah.

“Bagaimana kalau bekerja di kantor Elian?” Frida tiba-tiba mengucapkan keluar pemikirannya. “Kebetulan Elian sedang mencari sekretaris. Biar Maylin saja yang menempati posisi itu.”

“Tapi aku membutuhkan yang sudah berpengalaman sebab pekerjaan sekretarisku sangat banyak. Akan memakan waktu lebih lama kalau aku masih mau mengajari yang tidak memiliki basic sekretaris, Mom,” jawab Elian.

“Diterima saja dulu Maylin sebagai sekretarismu. Siapa tahu dia memiliki persyaratan yang kau butuhkan.” Frida mengusulkan idenya itu semata-mata agar hubungan Elian dan Maylin kembali dekat seperti dulu.

Sejak Elian melanjutkan pendidikannya ke negara kelahiran putra sulungnya itu, entah mengapa hubungan Elian dengan Darwan dan Maylin menjadi renggang. Padahal, mereka bertiga pernah akrab. Di mana ada Darwan, di situ pula ada Elian dan Maylin. Begitu pun sebaliknya. Seperti itu lah hubungan mereka dulu.

Elian Grayson Carter dan Darwan Bimala adalah saudara berbeda ayah. Elian terlahir dalam pernikahan pertama Frida dengan Emilio Finn Carter, salah satu pengusaha besar di negara Eropa. Karena suatu alasan, Frida dan Emilio memutuskan untuk bercerai.

Atas izin Emilio, Frida membawa Elian tinggal bersamanya kembali ke negara asal wanita itu. Empat tahun kemudian, Frida melakukan pernikahan untuk kali kedua dengan pria bernama Brian Bimala dan melahirkan seorang putra, yaitu Darwan Bimala.

Walaupun Elian bukan anak kandung Brian, namun pria itu tulus menyayangi Elian selayaknya anak kandung. Brian tak pernah membeda-bedakan Elian dengan Darwan meskipun Elian memanggil ayah tirinya dengan sebutan om hingga sampai saat ini.

“Maylin saja tidak mengatakan apa-apa. Mengapa Mom tampaknya ingin sekali aku terima Maylin sebagai sekretarisku?”

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Elian membuat Frida tersadar dari lamunannya. Bibir Frida bergerak terbuka, siap memberi jawaban. Akan tetapi, celetukan dari Maylin mengurungkan niatnya.

“Jadi kalau aku sendiri yang meminta, kau setuju?” tanya Maylin sembari melirik Elian yang terbungkam seketika.

Frida menatap Elian menyelisik ekspresi wajah putra sulungnya itu. Sebuah pemikiran menyelinap masuk dalam kepalanya. Mungkinkah?

“Me— memangnya kau mau pekerjaan ini?” Elian balik bertanya dengan gugup.

Semenjak ia kembali dari London, Maylin bersikap dingin terhadapnya. Kalimat yang diucapkan keluar dari bibir wanita itu, tidak pernah lebih dari tiga patah kata. Elian memahami Maylin sedang marah padanya sebab selama Elian berada di London, tidak pernah sekali pun ia menghubungi Darwan dan Maylin.

“Aku butuh suasana baru. Bekerja sebagai sekretaris sepertinya boleh dicoba. Kalau kau bersedia memberiku kesempatan untuk belajar, aku berjanji tak akan mengecewakanmu.” Maylin menyunggingkan senyum manis di bibirnya yang tipis.

Elian menatap Maylin dengan lekat. Senyum manis itu seakan menghipnotis dirinya, kepalanya bergerak mengangguk. “Besok kau temui bagian HRD. Mereka akan menyiapkan penawaran dan kontrak kerja juga merundingkan perihal gaji serta tunjangan perusahaan.”

“Thank’s, Elian,” ucap Maylin kemudian. Perasaan bersalah menyergap dirinya ketika ia mengingat kembali rencana pembalasan dendamnya melalui Elian. Namun, ia segera menepis perasaan itu jauh-jauh. Untuk memberi pelajaran kepada mereka, Maylin harus mengabaikan nuraninya.

Maaf, El. Salahkan mereka yang masuk dalam kehidupanmu. Seandainya saja kau tak mengenal mereka, aku tak akan memanfaatkanmu. Batin Maylin.

Sebuah senyum mengembang lebar di bibir Elian dengan netra terus memandang Maylin lembut, sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan makannya.

“Kalau begitu, kau akan pulang ke rumah ‘kan, Lin?” Deon menatap Maylin dengan tatapan serius. “Menuruti emosi hanya akan merugikan diri sendiri. Penyesalan adalah hadiah yang telah diterima tante Restin. Beliau sekarang telah banyak berubah. Berikan kesempatan padanya untuk memperbaiki semuanya.”

“Baiklah,” ucap Maylin setelah beberapa saat ia memikirkan matang-matang.

Setidaknya Restin telah berjuang menjadi ibu tunggal dengan bersusah payah mengembangkan usaha kulinernya agar kehidupan mereka menjadi lebih baik. Meskipun telah mengorbankan waktu quality time mereka. Tidak seperti pria itu yang meninggalkan mereka demi kebahagiaan diri sendiri.

*****

Maylin yang tak ingin kemampuannya diremehkan Elian, meminta pria itu agar memberinya masa percobaan terlebih dahulu. Maylin yang pada dasarnya memiliki sifat optimis, merasa yakin dengan kecerdasan yang dimilikinya dapat belajar dengan cepat.

Terbukti ia berhasil melewati masa probation karyawan. Bahkan, performanya selama bekerja sangat baik sehingga hanya dua bulan, Elian pun menjadikan Maylin sebagai karyawan tetap.

*****

Seorang wanita muda berparas cantik datang menghampiri Maylin yang tengah berkutat dengan pekerjaannya. “Aku mau bertemu Elian,” ucapnya tanpa basa-basi.

Wanita itu memandang Maylin dengan tatapan tidak suka. Sejak Maylin menjadi sekretaris di kantor Carter Corporation, ia sulit bertemu dengan Elian. Sekalinya Elian sudah memiliki waktu, Maylin menempel seperti lintah. Tidak membiarkan dirinya bersama Elian pergi berdua.

“Elian sedang rapat dengan para direksi.” Maylin hanya melirik wanita itu dengan ujung ekor matanya sebelum kembali fokus pada pekerjaannya.

Vlora Lovata Osborn mendengus melihat ketidaksopanan dari Maylin. Ia tidak habis berpikir, mengapa Elian bersedia mempekerjakan wanita ini sebagai sekretaris barunya?

“Kalau begitu, aku tunggu di ruangannya. Buatkan secangkir black coffee untukku.” Tanpa menunggu respons dari Maylin, Vlora lantas berjalan masuk ke ruang kerja Elian.

Maylin meletakkan pesanan wanita itu ke atas meja setelah office boy datang membawa minuman itu padanya. Kakinya sudah ingin melangkah keluar, tapi kalimat yang diucapkan Vlora membuatnya berbalik menatap wanita itu yang ternyata juga tengah memandangnya dengan tatapan tajam.

“Kau sungguh wanita yang tidak tahu berterima kasih. Elian telah berbaik hati menerimamu menjadi sekretarisnya sebab kalian adalah teman lama. Namun, sikapmu sungguh tidak sopan. Bukankah masa percobaanmu sudah selesai? Seharusnya kau tahu kemampuan apa yang wajib dimiliki oleh seorang sekretaris.”

“Aku tahu. Hanya saja aku tidak bisa berlaku sopan padamu. Tahukah mengapa?” Sudut bibir Maylin tertarik membentuk senyum sinis. “Karena kau tidak pantas mendapatkannya dariku.”

“Kau ….” Vlora menggeram marah mendengar pengakuan Maylin, membuat telinganya terasa panas. “Aku akan memberi tahu pada Elian tentang tingkah lakumu ini!”

“Silahkan, Vlora. Lakukan apa yang kau suka. Melihat kau marah, aku semakin merasa senang. Tentu saja aku akan lebih senang lagi apabila sampai melihatmu menangis. Itu adalah hal yang sangat kunantikan.”

“Mengapa kau tampak membenciku? Apa salahku padamu? Bukankah dari pertemuan pertama kita, kau ‘lah yang bersikap memusuhiku terlebih dahulu?”

Maylin tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Vlora bagaikan sebuah lelucon di telinganya. Vlora menatap Maylin semakin bingung. Apakah ada yang lucu atas pertanyaannya tadi?

“Apa kesalahanmu? Well … you can ask to your mom or … Frans Osborn, your daddy.” Netranya menghunus tajam Vlora. “Kau tidak melupakan nama keluarga papamu yang sebenarnya, ‘kan?

Maylin tersenyum puas melihat perubahan raut wajah wanita di hadapannya menjadi pucat. Napas Vlora terlihat tertahan dengan kedua netra hazelnya yang membulat lebar.

Rayla mengatakan pada Maylin, selain bertemu dengan Frans Osborn di acara ulang tahun perusahaan Deon, ia juga bertemu dengan Vlora Lovata Osborn, putri pertama Frans Osborn dengan istri sahnya, Auristela Allisya Osborn.

“Ah, selama ini kau hanya tahu namaku saja, ‘kan? Pada kesempatan kali ini, aku ingin memperkenalkan diriku. Nama lengkapku Maylin Pramanta. Aku dilahirkan lima tahun setelah daddy tercintamu dibuang oleh kakekmu karena ketahuan telah berselingkuh.” Maylin mengucapkannya dengan bibir mengulum senyum lebar.

Namun, beberapa detik berikutnya, senyum lebar itu berubah menjadi senyum yang paling mengerikan.

“Aku benci pada pria yang memberiku nama ini. Dia adalah seorang papa yang paling berengsek di dunia ini. Namun, aku dapat melihat kasih sayangnya padamu, Vlora. Sungguh membuatku iri. Oleh sebab itu, aku akan mengambil sesuatu yang berharga bagimu. Kau mencintai Elian, bukan?”

Maylin berjalan mendekati Vlora tengah berdiri mematung hingga mereka berdua kini saling berhadapan. Sepertinya Vlora terlalu terkejut mendapatkan pernyataan dari Maylin sehingga wanita itu tidak mampu mengucap sepatah kata.

Maylin mencondongkan tubuhnya, berbisik pelan di dekat telinga Vlora. “Aku akan membuat Elian jatuh cinta padaku. Keinginanmu untuk memiliki dirinya, sepertinya hanya akan menjadi sebuah mimpi.”

Setelahnya Maylin memutar balik tubuh dan melangkah pergi meninggalkan Vlora. Senyum puas menghiasi bibirnya yang berwarna merah muda itu.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Yenny Oktavia
Tetep mafia beb, tp alurnya agak beda wktu msh di tmpat sbelah
goodnovel comment avatar
Yenny Oktavia
Makasih cayang ^^
goodnovel comment avatar
Sophia verheyden
ini alurnya diganti ya kak? bukan mafia lagi?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status