Share

Tuduhan

"Apa apaan ini, kenapa njemurnya gak sekalian? Mentang mentang ini bajuku semua. Kamu mau menyuruh orang tua ini menjemur pakaiannya sendiri? Hah!"

"Bukan gitu, Bu, aku ..."

"Halah alesan. Bilang saja kamu pemalas. Tidak ada hormat hormatnya sama sekali sama orang tua."

Aku memejamkan mata mendengar omelannya. Menarik napas panjang dan membuangnya kasar. Rasanya kepalaku pening mendengar ocehan seperti ini.

"Sabar," desisku lirih. Aku mengecilkan setrika. Dan keluar.

"Kerja tuh yang bener. Kerja kok setengah setengah!" Aku diam saja mendengar omelan ibu. Lalu mengambil baju satu persatu dan menjemurnya. Mengabaikan ocehannya yang mungkin sudah sepanjang sungai Nil di Mesir san.

Aku menulikan telingaku. Sesekali tuli untuk hal yang gak penting juga perlu kan?

"Dasar pemalas," ujarnya yang sempat mampir ditelingaku. Aku memeras baju kuat kuat. Menahan emosi.

"Yang pemalas itu, menantu pertamamu. Bukan aku." Aku menggerutu, kesal.

"Eh eh, bilang apa kamu tadi?"

Aku menoleh. Terperanjat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status