Share

Mengulang Waktu Untuk Membalasmu
Mengulang Waktu Untuk Membalasmu
Penulis: Sijii

Malam Pertama

Senyuman lebar tampak diperlihatkan sepasang kekasih yang kini menjadi pusat perhatian, menafsirkan kebahagiaan kala akhirnya keduanya resmi menjadi pasangan sah di atas pelaminan. Sorakan dan sambutan terus terlontarkan untuk menyambut status baru mereka, juga mendoakan segala hal baik agar datang menghampiri keduanya. Edric dan Leyna saling bertatapan, memancarkan binar yang siapapun jika melihat pasti akan tahu ketulusan mereka.

Tak terasa acara sudah sampai di penghujung waktu. Kedua mempelai bernafas lega kala waktu istirahat yang mereka tunggu telah tiba. Meladeni seribu tamu tidaklah mudah. Mereka harus berdiri tiap kali ada orang yang hendak bersalaman dengannya. Tak lupa, garis bibir yang harus terus melengkung ke atas juga diperhatikan.

“Ley, lebih baik kau membersihkan riasanmu terlebih dahulu, aku akan mandi, oke?” ucap Edric kepada Leyna kala mereka tengah berada di dalam salah satu kamar hotel.

Leyna yang merasa gugup karena berduaan dengan Edric seperti ini hanya mengangguk sambil tersipu. Dalam duduknya di tepi ranjang, ia hanya menatap punggung suaminya yang mulai menjauh menuju ke kamar mandi. Pikirannya terus menanyakan satu hal yang sama, apakah mereka akan melakukan itu malam ini? Memikirkannya saja membuat pipinya memanas. Ya, ia harus siap. Lagipula mereka berdua sudah sah, bukan?

Setelah lima belas menit lamanya, akhirnya Edric keluar disusul dengan Leyna yang terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi. Merasa malu karena sempat memikirkan hal-hal aneh tadinya.

“Hei, awas jatuh, Ley!” peringat Edric melihat tingkah Leyna. “Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu.” ucapnya di balik pintu kamar mandi. Betapa perhatiannya Edric padaku

“Iy-iya, Thanks, Ed.” Sialan, kenapa suaranya terbata-bata seperti itu? Rutuknya dalam hati.

Pakaian yang ia kenakan tidak terlalu ribet.  Jadi, tidak ada adegan romantis yang akan muncul seperti novel yang ia baca sebelum-sebelumnya. Leyna sengaja menghabiskan waktu di dalam sana, karena ia takut dan belum siap bila Edric meminta haknya. Melihat ke arah tubuhnya yang terendam di bath-up berisi air hangat yang Edric siapkan, ia tersenyum.

 Masih tak menyangka jika akhirnya ia dan Edric benar-benar menikah. Dari dulu, selama tiga tahun lamanya ia tertarik dan menyukai Edric. Pertemuan pertamanya di kampus berhasil membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Edric terkenal karena kebaikannya, kesantunannya, dan wajahnya yang luar biasa tampan. Seakan alam mendukung mereka, keluarganya secara tiba-tiba menjodohkannya dengan sang pujaan hati. Tentu senangnya bukan main. Pernikahan Edric Faramond, pemilik beberapa restoran terkenal dengan Leyna Manston, putri tertua keluarga Manston, pemilik beberapa hotel besar di negaranya langsung menjadi berita hangat di kalangan masyarakat.

Dengan piyama putih bermotif bunga lily yang ia kenakan, akhirnya ia keluar. Setelah dirasa setengah jam berada di kamar mandi, akhirnya Leyna  memberanikan diri untuk menghadap ke suaminya itu. Tak disangka, Edric yang awalnya duduk di pinggir ranjang, langsung berdiri kala melihat Leyna. Tapi.. agaknya tidak seperti yang Leyna bayangkan.

“Ley, kau tidurlah dulu, maaf tetapi aku ada urusan. Apa kau tidak apa-apa bila aku tinggal?” tanya Edric sembari memegang kedua pundak Leyna dan menatap netra istrinya itu.

Tidak

Ingin Leyna mengatakan itu, tapi tidak bisa. Ia tak boleh egois. “Baiklah, hati-hati.” Hanya itu yang mampu terucap. Leyna pikir pasti itu adalah urusan kerja yang  sangat mendadak mengingat Edric seorang workholic.

“Jaga dirimu,” ucap Edric sambil mencium kening istrinya. Meninggalkan Leyna dengan wajah yang sudah merona bagai memakai blush on.

***

Jam sudah menunjukkan angka 00:00 dan sudah dua jam lamanya sejak kepergian Edric dari kamar bernuansa honeymoon mereka. Jika dipikir-pikir, baru kali ini pengantin wanita ditingal sendirian seperti ini.  Leyna mengambil handphone-nya, mencoba untuk mengecek riwayat chat yang ia kirim tadi,

belum dibaca.

Dimana Edric? Apakah dia baik-baik saja? Itulah yang terus ia pertanyakan sampai-sampai Leyna tidak bisa tidur. Tak punya pilihan lain, untuk mengatasi kebosanannya akhirnya Leyna memilih berkeililing hotel atau mungkin duduk di cafe? Ide yang tidak buruk, bukan?

Dengan setelan piyama yang berlapis hoodie hitam, ia melangkah keluar kamar. Sebenarnya banyak tempat yang ia ingin kunjungi di hotel luas ini, tetapi entah kenapa tubuhnya serasa ditarik ke taman belakang hotel. Taman itu cukup luas, mungkin seukuran dua lapangan bola basket.

Di hotel yang ia tempati terdapat empat taman di setiap sudutnya, dan taman belakang ini merupakan taman yang paling kecil. Di tepiannya dipasangkan banyak lampu bernuansa Inggris, tak lupa banyak bunga tulip yang mekar di area taman yang menambah kesan indah dan menenangkan.

Leyna duduk di sebuah kursi yang langsung menghadap ke bagian belakang bangunan hotel yang ia tempati.  Tidak ada satupun orang selain dirinya, mungkin hanya orang berlalu-lalang di koridor hotel.

Saat tengah menikmati pemandangan, netranya tanpa sengaja menangkap siluet tak senonoh di salah satu kamar. Leyna membelalak, pipinya terasa panas dengan sendirinya. ia segera mengalihkan pandangannya dan tak lupa merutuki pasangan itu.

“Bisa-bisanya melakukan hal  itu di depan jendela yang jelas-jelas tembus pandang.” cibir Leyna pelan sambil menggelengkan kepalanya.

 Tunggu, seperti ada yang terlewat. Jarak antara taman dengan bangunan hotel hanya lima belas meter. Ia dapat melihat adegan tersebut dengan sempurna karena memang memiliki penglihatan yang tajam.

Tak mungkin Dia, bukan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status