Share

Rencana?

Leyna’s Apartement

Terdengar bel apartemen terus berbunyi. Sang tamu tampak begitu khawatir hingga memencet bel itu tiada henti. Leyna yang tahu siapa itu, lantas membuka pintu. Sosok itu, sosok yang sudah lama ia ingin temui, yang sayangnya pergi meninggalkan penyesalan besar baginya.

“Paman Rey” sapanya sambil memeluk erat pria itu. Berada di pelukan pamannya membuat ia merasa nyaman, ia bisa merasakan kehangatan yang tersalurkan dari kasih sayang pamannya itu.

“Leyna, Oh My, kau membuatku seperti orang gila. Kau baik-baik saja, kan?” Reynand memeriksa wajah Leyna. Melihat apakah keponakannya itu baik-baik saja. Nyatanya, yang ia dapat adalah wajah sendu dan bekas air mata.

“Sial, apa yang keluarga itu lakukan padamu? Apa kau sudah tahu rencana itu?!” Reynand tampak geram. Ia bahkan tanpa sengaja mengatakan hal yang sensitif, yang mungkin peluang Leyna sudah tahu hanya dua puluh persen.

Leyna yang memang sangat fokus menekuk alisnya, tak mengerti satu kata yang terlontar dari pamannya, “Rencana? Rencana apa, Paman?” Leyna menatap Reynand dengan tatapan curiga bercampur bingung.

Saat itu juga Reynand tahu, ia kecoplosan dengan mengatakan kalimat laknat itu.

Apa yang harus kukatakan?

“Ah, tentang perayaan ulang tahun Olivia,” Reynand sebisa mungkin menetralkan raut wajahnya. Yang ternyata tak membuat Leyna melunturkan kecurigaannya sedikitpun.

“Baiklah, ini semua tentang pesta untuk mendeklarasikan jika Olivia adalah putri keluarga Manston,” lirih Reynand yang tak enak mengatakan kalimat itu pada keponakannya. Bagaimana tidak? sampai sekarang saja tidak ada yang tahu status Leyna yang merupakan putri keluarga Manston. Namun, lihatlah sekarang. Pengenalan Olivia, seorang anak tiri yang bahkan dimeriahkan sedemikian rupa.

“Ah, begitu. Ayo, Paman. Masuk dulu,” Leyna memilih untuk mengajak pamannya masuk ke dalam apartemen. Ia tak mau membahas perihal sang Ayah yang pilih kasih terhadap putrinya.

Untunglah,

Melihat apartemen Leyna yang tampak kosong, Reynand teriris hatinya. Bagaimana bisa Leyna hidup dalam kesunyian di umur yang semuda ini? Bagaimana bisa keponakannya itu diasingkan oleh ayah kandungnya sendiri? Pikirnya.

“Ley, kau tak mau tinggal bersama paman saja? Paman memiliki anak seusiamu. Kalian bisa berteman dan kau tak akan sendirian seperti ini,” tawar Reynand.

Tawaran itu cukup bagus untuk Leyna. Ia juga ingin sekali tinggal bersama adik dari ibunya itu. Tetapi untuk sekarang, rasanya tidak mungkin, “Tidak untuk sekarang, Paman,” ujarnya sambil tersenyum.

Melihat senyuman itu di wajah Leyna yang lebih segar, membuat Reynand teringat kakaknya, Bellinda. Ia juga merasa kakaknya pasti sedang tersenyum bahagia di atas sana. Senang karena akhirnya, Leyna mau membuka diri untuk bertemu dengan keluarga ibunya.

“Ibumu pasti senang di atas sana, Ley. Melihatmu mau berbicara denganku,” pelupuk Reynand udah tergenang air mata. Meskipun ia menginjak kepala empat, hatinya tetap sensitif jika hal itu mengenai kakak dan keponakannya.

Leyna merasa bersalah, lebih bersalah lagi kala melihat air mata sang Paman, “Maaf Paman. Maaf karena terlambat untuk sadar,” Leyna menunduk, terlalu malu melihat sang Paman.

“Hei, sudahlah. Yang terpenting kau sudah menerimaku, Nak.” Reynand memeluk keponakannya, mencoba untuk menjelaskan jika semuanya sudah baik-baik saja.

“Bagaimana dengan rencanamu lusa? kau akan ikut?” Reynand mencoba mengalihkan pembicaraan dengan membicarakan pesta pengenalan Olivia.

Leyna yang mendengar itu terdiam sejenak. Matanya lurus memandang balkon dengan tatapan menerawang. Batinnya bergejelok antara harus melakukannya atau tidak. Jujur saja, ia juga harus menyiapkan mental dengan segala rencana yang akan ia lakukan. Perubahannya tidak semata-mata mengubah kepribadiannya, ia juga harus berlatih untuk membiasakan diri.

“Aku sudah punya rencana, Paman. Jika kau tak keberatan, apa kau mau membantuku? Aku butuh bantuan Paman untuk satu hal,” ujar Leyna yang menatap tepat pada mata sang Paman. keseriusan Leyna sangatlah tampak. tak ada keraguan sedikitpun di matanya.

“Katakan saja, Nak. Pastikan juga kau akan baik-baik saja di setiap rencanamu. Paman akan selalu ada di belakangmu.” Reynand berkata dengan mantap. Ia juga sudah muak dengan Logan dan keluarga barunya. Sejak dulu, ia tak pernah menyukai mereka dan kini semakin bertambah rasa bencinya kala melihat satu-satunya keponkannya ditelantarkan seperti ini.

***

“Apa kau sudah siap untuk acara pengenalanmu, Nak?” Maya bertanya pada Olivia yang tampak sibuk dengan perawatan wajahnya di sebuah klinik kecantikan.

“Tentu saja, Ma. Aku sudah menyiapkan segalanya. Aku bahkan sudah mengajak Edric untuk menemaniku. Biarkan saja. biarkan Edric bersamaku di pesta nanti, dan mari kita lihat bagaimana reaksi orang-orang." Dengan percaya dirinya, Olivia mengatakan rentetan kalimat itu. Seakan semua yang ia katakan tadi mudah untuk dilakukan baginya. Ia juga ingin orang-orang memuji keserasian antara Edric dengan dirinya. Supaya jalan untuk mendapatkan pria itu terlihat lebih mudah.

“Kau memang penuh ambisi, sayangku. Ngomong-ngomong, apa Leyna kali ini akan ikut?” tanya Maya yang kini penasaran dengan anak tirinya itu. Pasalnya, Leyna saat ini sudah banyak berubah.

“Mungkin tidak, meskipun ia berubah, aku yakin itu hanya sesaat. Lagi pula, ada atau tidaknya dia di pestaku nanti tidak akan memberi kesan sama sekali, Ma. Dia akan terlihat semakin menderita di sana.” Olivia tersenyum saat membayangkan melihat wajah sedih Leyna. Bagaimana tidak? Ia sudah merebut kasih sayang ayah kandung Leyna dan kini, calon tunangannya pun akan meninggalkannya juga.

“Kau benar, biarkan anak itu tersakiti secara perlahan. Melihat wajahnya saja entah kenapa aku jadi tak suka,” terlalu mirip dengan Bellinda, “Kau ingat, tadi pagi dia benar-benar berubah. Leyna jadi semakin berani. Kau juga harus hati -  hati dengannya. Entah kenapa, Mama merasa Leyna seperti bukan dirinya.” Kali ini Maya berkata dengan serius. Ia khawatir jika Leyna akan merenggut semuanya. Terlebih status Leyna adalah anak kandung Logan. Ia juga tak tahu, Afeksi Logan lebih condong ke siapa. Semuanya masih semu.

“Tenang saja, Ma. Selama kita tetap pada sandiwara ini, kita akan aman. Akan ada banyak orang yang mendukung kita.”

Bagaimanapun keadanya, merea akan melakukan segala cara untuk mempertahankan ketenaran ini. Apalagi dengan diumumkannya status Olivia sebagai putri keluarga Manston sedangkan anak kandungnya sendiri, Leyna tidak diberlakukan demikian, membuat harapan dan kedudukan mereka semakin kuat.

Kau akan menderita

***

“Bagaimana? Apakah lusa dapat terselesaikan?” tanya Leyna pada seseorang yang tampak menimang-nimang permintaan wanita di hadapannya.

“Barang sebesar dan semahal ini sebenarnya membutuhkan waktu satu minggu untuk diselesaikan, Nona.” Pria itu tampak ragu dengan permintaan dan kesanggupan Leyna untuk membayar. Hal itu jelas dari tatapannya yang menelisik dari atas ke bawah, di mana Leyna hanya memakai kaos oblong putih, celana jeans, dan tas plastik hitam yang entah isinya apa. Lantas, Pria itu mengubah raut wajahnya saat melihat Leyna mengambil beberapa gepok uang dalam tas plastiknya.

“Wajar sih, jika orang ini meragukanku,” batin Leyna membenarkan.

“Baiklah, Lusa akan kami antar ke alamat tertera.” Demi uang sebanyak itu, apa sih yang tidak? Batin orang itu sumringah.

Mendengar itu Leyna mengangguk dan pamit untuk pergi. Kini yang harus ia lakukan adalah menyiapkan fisiknya agar tampil menawan. Ia akan pergi ke klinik kecantikan lalu ke butik untuk membeli gaun yang ia inginkan. Lusa, penampilannya harus totalitas namun tak melewati batas. Karena lusa, selain Olivia yang menjadi pusat perhatian, ia juga akan muncul dan mencuri semua perhatian itu untuk dirinya. Entah sebagai Leyna Manston, ataupun Leyna Evanthe, marga dari Ibu yang juga ternama.

Sijii

Buat kalian yang sudah baca sampai bab ini, terima kasih, ya. Ikuti terus update bab barunya dari aku dan temani Leyna balas dendam, kasian sendirian. Sekali lagi terima kasih dan senang bertemu dengan kalian, See You, Sijii

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status