Share

Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku
Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku
Penulis: SenjaPa

Bab 1

"Mas, tolong nanti sepulang kerja belikan aku vitamin yang seperti biasanya, ya!"

"Iya Dek, nanti aku belikan," jawabku malas.

Aku sebetulnya capek sekali, diminta tolongin ini itu oleh Istriku, Sari. Dari yang ngepel, bantuin jemur baju, apalagi yang paling aku kurang suka, aku sering bantuin begadang kalau anakku sedang rewel. Capek memang, tapi mau gimana lagi, sekarang aku sudah bergelar "Ayah". Jadi, mau nggak mau tetep aku kerjakan. Ya, meski aku kadang pura-pura tidak tahu supaya aku tidak terlalu direpotkan olehnya.

Sebelumnya, aku sudah sepakat dengan Sari untuk menunda memiliki momongan. Ya, paling enggak minimal dua tahun. Aku berencana ingin menghabiskan hari-hariku sebagai suami, berpacaran halal dengan dia, tanpa adanya gangguan suara tangis bayi. Supaya aku pun jika nanti punya anak, aku pun sudah siap.

Namun, rencana itu hanya tinggal rencana. Takdir berkehendak lain, Sari dinyatakan positif hamil, saat usia pernikahan kita baru memasuki usia enam bulan.

Aku pertamanya terkejut kenapa kok dia bisa hamil, padahal aku tak pernah lupa untuk mengingatkannya selalu rutin minum pil KB.

Ya, terus terang juga aku dulu dijodohkan oleh keluargaku. Aku kenal dengan Sari masih hitungan minggu namun keluargaku dan keluarga Sari sudah langsung mendesak aku untuk segera menghalalkannya.

Memang sih, si Sari cantik, kalem, banyak deh nilai plusnya. Tapi aku masih belum ingin menikah. Aku masih ingin membujang karena dalam pikiranku menikah selain ibadah juga bisa menjadi beban. Ibadah kalau dijalani dengan ikhlas beban jika kalau terpaksa seperti ini.

Umurku masih terbilang muda, aku sekarang masih berusia 25 tahun. Aku bercita-cita menikah di usia 29 tahun dengan wanita pilihanku. Namun, ya itu lagi gagal karena dijodohkan.

Sempat sih, aku menolak dengan perjodohan itu, tapi Ayahku terus saja mendesak. Katanya, "Mau kapan lagi mendapatkan istri sebaik dan secantik Sari?" Entahlah ini yang kelihatannya yang ngebet nikah aku apa Ayahku, bener-bener bikin aku pusing.

Karena banyaknya desakan dari orang sekitar, mau gimana lagi, akhirnya aku pun memutuskan mau menerima perjodohan itu meski dengan terpaksa.

Baru saja bilang "mau" langsung saja Ayahku menelfon pihak keluarga Sari untuk datang ke rumahku melaksanakan lamaran dengan acara yang sederhana. Akhirnya lamaran itu terjadi, dan tanggal pernikahan langsung ditetapkan sebulan setelah lamaran. Benar-benar kala itu aku belum siap sama sekali.

Apalagi jika mengingat saat Dokter menyatakan kalau Sari positif hamil, dalam hatiku langsung marah kepada Sari. Aku sempat berfikir anak yang dikandungnya bukan anakku. Tapi mana mungkin, Sari orangnya kuper, selama ini dia tidak pernah keluar dari rumah tanpaku dan tanpa ijin dariku. Jadi pasti jelas itu anak aku dengan dia.

"Dek, kamu kenapa, kok lihat nasi langsung mual?" tanyaku kala itu.

"Entah Mas, gak hanya nasi, Mas, tapi juga kalau bau telor goreng rasanya perutku seperti diaduk-aduk," ucapnya.

"Jangan-jangan kamu hamil ya, Dek?" tanyaku curiga.

"Mana mungkin aku hamil, Mas. Aku kan selalu rutin minum obat KB, mana mungkin aku bisa hamil," tandasnya.

Tak cukup di situ, setiap pagi dia selalu berkeluh kesah kalau dia sedang masuk angin. Masak iya, tiap hari masuk angin. Aku pun mulai melihat perubahan bentuk badan Sari. Apalagi bagian perut aku perhatikan sekarang lebih berisi.

Atas kecurigaan aku itu, aku langsung berinisiatif mengajaknya ke dokter. Pertama dia menolak ajakanku. Namun, setelah perdebatan yang cukup panjang dia pun akhirnya setuju.

Setelah diperiksa Dokter, dan menunjukkan kalau beneran Sari positif hamil, aku langsung kesal dan tak bergairah lagi. Rasanya gemes sekali kepingin mencubit tangannya dengan kencang karena dia telah berbohong kepadaku.

Kali ini aku mau membalas perbuatan Sari kepadaku. Aku mau pulang malam hari ini. Ingin cari udara bebas sejenak.

"Dek, tapi nanti Mas pulang agak malam, nggak apa-apa ya! alasanku biar tidak direpotkan Sari.

"Iya, Mas, tidak apa-apa," jawabnya.

Seperti biasa, Sari tidak pernah menaruh curiga kepadaku. Padahal saat aku jenuh seperti ini, tak jarang aku pulang larut malam dengan alasan meeting.

Untung saja, Sari menyuruhku ke apotek, jadi aku bisa sekali jalan membeli vitamin dan pil KB. Apalagi pil KB Hana sudah hampir habis jadi sekalian bisa buat stok.

[Mas, nanti Hana tunggu di tempat biasa, ya!] ku lihat pesan singkat dari Hana.

Rasanya senang sekali mendapat pesan seperti itu dari Hana. Memang dia wanita yang bisa diandalkan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Sari menyuruhku keapotik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status