Share

Bab 2

Aku yang tadinya bermalas-malasan langsung berubah semangat. Rasanya bara api di dadaku langsung menyala kembali, setelah melihat pesan balasan dari Hana, yang aku tunggu-tunggu dari semalam.

Ya, seperti biasa Hana lah yang selalu menghiburku. Bahagia rasanya bisa bertemu Hana saat hati sedang jenuh. Selama hamil, istriku selalu bermalas-malasan jika aku ajak bermain. Hingga puncaknya sekarang, sampai anakku kini tepat berusia satu bulan. Aku masih tidak dapat menyalurkan kesepianku kepadanya, karena belum saatnya. Namun, itulah lagi-lagi ada Hana penyelamatku, yang selalu membuat hidupku lebih berwarna.

Hana adalah adik kelasku di SMA. Saat dia kelas satu, aku duduk di kelas dua. Aku mulai mengenalnya lebih dekat saat istriku hamil tujuh bulan. Apalagi dia bekerja satu kantor dengan aku, hanya beda divisi saja.

Jadi teringat saat pertama kali bertemu Hana di kantin.

"Eh, Mas Nanang!" sapanya kala itu. Saat dia pertama kali diterima bekerja di kantorku.

"Eh, siapa ya?" tanyaku balik.

Sebenarnya aku juga kaget di sapa wanita yang lumayan manis dengan kulitnya sedikit kecoklatan. Namun sedap dipandang mata. Secara aku tidak mengenalnya, wajahnya terlihat asing bagiku.

"Aku Mas, Hana!" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

"Hana, Hana siapa? Mohon maaf mungkin kamu salah orang." Ucapku tak ingin berlama-lama di kantin karena jam istirahat sudah hampir habis.

"Aku adik kelas kamu Mas, aku dulu bersekolah di sekolah SMA Bahagia Selalu," jawabnya sambil tersenyum malu.

Aku masih saja belum bisa mengingatnya. Karena itu sudah lama sekali. Apalagi aku mempunyai kenangan pahit. Cintaku pernah ditolak oleh seorang gadis anggota cheerleader.

"Halah, Mas, masak lupa sih? Itu loh aku dulu yang duduk satu bangku dengan Savira. Pasti Mas kenal dengan Savira, soalnya Mas Nanang suka mampir ke kelasku mencari Savira, saat akan ada pertandingan basket," ucapnya dengan mata berbinar-binar.

'Perempuan yang aku taksir di waktu SMA dulu namanya juga Savira, apa mungkin yang dia maksud Savira yang sama? Mm, coba aku pastikan dulu siapa tahu kalau itu benar. Kalau benar, aku bisa mengetahui kabar Savira. Aku sangat penasaran gimana kondisinya sekarang,' batinku penasaran.

"Savira ya? Savira yang kapten cheers itu, bukan? Apa kamu yang pakai kacamata, itu?"

"Yah, bener mas. Yang pakai kaca mata itu aku," jawabnya antusias.

"Oh, ya, aku sudah ingat sekarang. Terus Savira sekarang kabarnya gimana? Sejak lulus SMA, aku sudah lost komunikasi dengannya."

"Entah Mas, aku pun juga sama, semenjak keluarganya pindah ke luar kota, waktu kelas dua SMA dulu," terangnya.

Targetku dulu adalah Savira, tapi kayaknya dia kurang begitu suka denganku.

'Argh, ngapain aku masih ingin mencari tahu tentang dia. Masa lalu biarlah berlalu yang penting sekarang aku sudah mempunyai seorang istri,' batinku yang sudah tak ingin mengingat rasa pahit itu.

Namun, semakin hari Hana terus saja mendekatiku. Padahal aku sudah bilang kalau aku ini sudah beristri. Namun, dia tidak pernah putus asa mendekatiku. Katanya, "Aku di sini gak ada teman, Mas. Aku masih anak baru, sungkan kalau mau gabung dengan yang lain."

Aku sebetulnya khawatir, takut jika lama-lama bisa jatuh cinta dengannya. Apalagi penampilan Hana sangat berbeda, dulu dia sedikit culun. Namun, sekarang, dia terlihat modis sehingga membuat aku kagum jika melihatnya.

Tak jarang Hana tiba-tiba menghampiriku mengajakku untuk pergi ke kantin bersama, bahkan dia kadang membuatkan aku bekal makan siang. Yang tidak bisa hilang dari ingatanku adalah masakannya dan perhatiannya itu loh yang bikin aku meleleh.

Masakan Hana sangatlah enak. Hana sangat pintar memasak, berbeda dengan Sari istriku, masakannya selalu hambar kadang juga keasinan. Pernah sekali aku beri masukan kepadanya, supaya dia bisa belajar memasak dengan lebih baik lagi. Namun, tetep saja tidak dilakukan, rasa masakannya tetap juga sama tidak ada perubahan.

Meski Sari cantik, baik, lembut, tapi perhatiannya dan rasa masakannya tidak secantik parasnya. Entahlah aku mungkin sudah dirasuki cinta Hana. Dalam bayanganku selalu dipenuhi dengan wajah Hana. Hana, Hana, dan Hana, tidak ada yang lain.

[Dek, jangan lupa pakai baju yang kemaren aku belikan, ya!] Kini pesan Hana langsung aku balas.

[Iya Mas] balasnya singkat dibubuhi emot berbentuk hati.

Hana sudah lima hari tugas ke luar kota, baru kembali malam ini. Sehingga beberapa hari aku tidak bisa bertemu dengannya. Hari ini aku berencana akan mengajaknya makan malam. Tak lupa aku menyuruhnya untuk tidak membawa kendaraan saat berangkat. Karena aku berencana akan mengantarnya pulang.

Pagi ini anakku sedikit rewel karena kemaren habis di imunisasi. Tapi, biarlah hari ini aku tetap akan pulang malam, aku tak ingin melewatkan malamku dengan Hana. Dan aku berencana akan mematikan ponselku supaya tidak diganggu Sari.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
laki laki kurang ajar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status