Share

Bab 6

Hari ini aku masih libur kerja karena hari minggu. Saat aku bangun tidur aku dikagetkan oleh Sari baju kotor semua sudah bersih dan berjejer rapi di jemuran.

Baju juga sudah disetrika. Lantai juga sudah bersih. Mungkin efek dari aku omelin kemren, akhirnya sekarang dia jadi berubah.

Ikut senang juga sih, kalau dia mulai memperhatikan pekerjaan rumah.

Aku hari ini berniat untuk menemui Hana. Aku mau memberikannya pil KB yang aku belikan kemarin untuknya, sekalian aku mau mengajaknya jalan-jalan. Sebenarnya, aku belum membuat janji sih kepadanya. Ya, semoga saja dia ada di kos.

"Mas!" Tiba-tiba Sari menghampiriku.

Ada yang berubah dengan tampilan Sari. Oh, kulihat lumayan sekarang dia tidak memakai daster. Sekarang dia memakai kaos dan celana pendek yang sedikit menerawang. Baju yang pernah aku belikan saat pertama kali aku ajak liburan saat pengantin baru. Padahal dulu katanya malu sekarang dia mau pakai.

Dalam hatiku berkata, "Ya, begitu dong dibelikan baju nggak pernah dipakai."

"Ya, Sar. Ada apa?" tanyaku.

"Ayo cepetan mandi, aku sudah siapkan sarapan untukmu!"

"Ya, baiklah."

"Si ganteng di mana?" Aku menanyakan anak lelakiku kepada Sari.

"Masih tidur, Mas. Semalam dia begadang."

"Kok tumben kamu nggak bangunin, Mas?"

"Ya, soalnya aku lihat Mas pulas sekali tidurnya. Jadi aku tidak berani bangunin Mas Nanang."

"Oh, ya sudah kalau begitu. Terimakasih banyak sudah mengerti aku kalau aku sedang capek."

"Iya, mas, maafin aku lagi ya! Aku berjanji aku akan berubah," katanya.

"Ya, ya," jawabku sambil berlalu.

Saat aku selesai mandi. Aku pun langsung menuju tempat makan.

Aku kaget setelah membuka tudung saji. Terdapat beberapa macam lauk. Ada tempe, ikan goreng dan ayam bakar serta ada sayur sop, tak lupa ada sambal dan kerupuk sebagai pelengkapnya. Semua masakan ini tersaji dengan rapi, dilihat dari wajahnya sepertinya enak.

Kali ini aku sedikit kaget sih, karena biasanya dia cuman masakan aku sayur bening dan sambal teri sudah itu saja, tanpa lauk. Sampai rasanya males banget makan karena masakannya itu-itu saja.

"Apa, hari ini akan ada tamu, Dek?"

"Nggak ada mas," jawabnya.

"Wo, tumben banyak banget menu makanan hari ini?" tanyaku penasaran.

"Aku sengaja memasak ini untuk kamu, Mas," jawabnya lagi.

"Wo, masakan semua ini untuk Mas?" tanyaku. Rasanya seperti mimpi di siang bolong istri yang tidak pernah bisa masak ini, membuatkan aku beraneka macam masakan. Semoga saja rasanya juga tidak mengecewakan.

"Iya, Mas, cobain dulu! Semoga kamu suka."

"Baiklah. Ayo duduk sini makan bareng sama Mas. Si ganteng masih tidur, kan?"

"Iya, mas. Dia masih tidur."

Kemudian Sari menyajikan kepadaku nasi dan sayur serta diambilkan nya lagi sambal dan lauk ikan goreng. Tumben dia perhatian banget hari ini. Kesambet apa dia, sampai aku tercengang oleh tingkahnya kali ini.

"Ayo, Mas dicoba!"

"Oke, aku makan, ya," kataku sambil aku memasukkan sendok yang berisi makanan ke dalam mulutku. Saat aku mengunyahnya, aku rasa masakan Sari lumayan enak rasanya, jika sekelas Sari, yang tidak bisa memasak. Kalau dibandingkan dengan Hana, ya, jelas kalah jauh! Masih enak masakan Hana, jauh pol.

"Gimana, Mas? Enak apa nggak?" tanyanya dengan penuh harap atas pendapatku.

"Ya, lumayan lah. Lebih baik dari masakan yang sebelum-sebelumnya." Mau aku bilang nggak enak kok kesannya aku nggak mau menghargai hasil jerih payah usahanya.

"Syukurlah mas, kalau lebih baik daripada masakan aku sebelumnya. Aku juga berharap aku bisa lebih pintar lagi buatin masakan untuk Mas Nanang."

"Iya, belajar terus nanti pasti kamu bisa. Kalau sudah sering praktek masak, kamu akan jadi terbiasa. Pastinya rasa masakan kamu akan lebih baik dan lebih baik lagi."

"Iya kah, Mas?"

"Iya, yang penting kamu tidak pantang menyerah," jawabku biar dia senang untuk ingin selalu belajar masak.

"Kalau bisa kamu itu panggil rewang, supaya bisa bantu kamu mengurus rumah. Rewang yang kerjanya dari pagi sampai sore saja aku juga nggak masalah. Seperti ngerjain mencuci baju, setrika, bersih-bersih rumah dan bantu kamu masak," terangku.

"Iya, Mas. Nanti coba aku tak cari informasi siapa tahu ada yang punya saudara yang butuh pekerjaan." Jawabnya semangat.

Sepertinya Sari mulai bisa membuka pikirannya. Bisa menerima saran dariku.

Tiba-tiba Sari mengambil gelas berisi air putih kemudian dimasukkan kepingan vitamin yang berwarna oren itu ke dalam gelas. Mataku langsung terbelalak kaget. Aku merasa vitamin itu adalah vitamin yang aku belikan saat akan bertemu dengan Hana. Tapi kenapa dia bisa meminumnya. Padahal aku belum memberikan vitamin itu kepada Sari.

"Kalau vitamin itu ada di Sari, pasti Sari tahu kalau aku membeli pil KB. Karena vitamin dan pil KB berada dalam satu plastik yang sama", batinku resah. Sekarang tiba-tiba lidahku menjadi kaku. Mau menelan ludah pun, rasanya aku tak sanggup. Bener-bener aku jadi khawatir.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status