Share

04. Bertemu Pelakor (Bagian B)

04. Bertemu Pelakor (Bagian B)

[With pleasure, Bestie! Jangan lupa untuk dandan secantik mungkin, yah, karena aku ingin tahu, secantik apa dirimu sehingga berniat menyaingi diriku!] Begitu lah isi pesan yang aku kirim padanya. Tak lupa, aku juga membubuhkan tiga emoticon tertawa lebar sebagai penutup.

Hanya centang dua berwarna biru, rupanya dia hanya membaca pesanku tanpa berniat membalasnya. Oke, aku pun bersiap untuk menemuinya. Jika mungkin kalian berpikir aku akan marah, tersulut emosi, mencak-mencak atau bahkan memaki-maki suamiku saat di rumah nanti, maka kalian salah. Aku tidak suka keramaian, atau keributan. Karena aku rasa itu bukan cara hormat yang diberikan oleh wanita elegan.

Mas Rengga yang sedang menonton Televisi di ruang tengah, tiba-tiba terpaku menatapku dengan pandangan tak berkedip. Entahlah, seperti takjub, kagum ... atau mungkin ingin? Karena setelah kepulangannya tadi malam, kami belum 'melakukannya' selama hampir empat bulan lamanya. Aku juga malas untuk menawarinya, karena insiden pesan misterius itu rupanya mampu membuatku tak bergairah.

Aku mengenakan outer dipadu dengan kulot berwarna pastel, pakaian ini ku beli dari butik ternama dengan harga yang lumayan, bukan hasil endorse. Hijab pun aku mengenakan bahan premium seharga ratusan ribu, anti lepek dan mudah diatur dengan bahan anti gerah dan tidak menerawang. Ah, jadi promosi. 

Untuk tas, tentunya bertengger secara elegan di lenganku dengan logo H. Heels pun senada, make up ku poles tipis dalam wajah dengan bingkai natural. Tentunya dengan memakai lipstik Dior yang baru launching beberapa hari yang lalu. Aku rasa, penampilanku saat ini sudah cukup sempurna.

"Mau ke mana, Key?" tanya Mas Rengga yang kini mulai mengalihkan pandangannya ke layar Televisi, mungkin dia gengsi karena terpergok olehku.

"Ada acara sebentar, ketemu temen di Jalan Tunjungan," jawabku singkat. Yang penting, aku tidak bohong kan?

"Malam-malam begini? Bukannya kamu terbiasa menyudahi kegiatan off air setiap pukul 5 sore? Kenapa malah keluar jam segini?" tanya Mas Rengga seraya memperhatikan jam dinding yang bertengger dengan manis di atas Televisi.

"Dadakan, honornya lumayan. Lagi pula, aku nggak ada kegiatan di rumah kan? Sebentar saja. Tak sampai jam 9 aku usahakan sudah berada di rumah!" ujarku seraya menyunggingkan senyum terbaik.

"Ya sudah. Hati-hati. Jangan pulang malam-malam! Kamu ini, ya, suami lagi cuti. Bukannya diam di rumah menemani, malah sibuk sendiri!" omel Mas Rengga yang hanya kudengar di telinga.

Aku tidak berniat untuk berdebat dengannya, karena tenaga ini akan ku simpan untuk nanti. Mana tahu aku butuh, nggak ada yang tau ya, kan?

"Assalamualaikum!" ucapku seraya menghambur ke pelukannya. Ku raih tangan Mas Rengga dan kucium dengan takzim. Berhasil kan? Dia sudah tidak mengomel lagi, malah mengusap keningku dengan lembut, lalu tersenyum.

Aku bersiap meluncur membelah jalanan di jantung kota. Mobil tipe sport keluaran enam bulan lalu, menjadi pilihanku malam ini. Ternyata, gaji menjadi influencer  lebih fantastis jika dibandingkan dengan gaji dosen. Aku selalu bersyukur, dengan kehidupanku yang sekarang.

Aku memastikan bahwa tak salah tempat. Karena roof top di atas Mall yang disulap menjadi konsep Restoran ini begitu sepi.

Seorang pramusaji yang berdiri di depan ruang bertuliskan VIP menghampiriku seraya mengangguk sopan.

"Maaf, dengan Nyonya Keysa? Ibu sudah ditunggu Nona Risa di dalam!" ujar lelaki berseragam hitam putih dengan celemek khas merah bertajuk nama Restoran pun menyambut ku dengan ramah.

Aku hanya mengangguk, cukup membuat ku berdecak kagum juga. Apa benar seseorang yang akan aku temui ini Risa Andromeda? Crazy Rich Kalimantan yang memiliki tambang batu bara dan segudang perusahaan lainnya?

Aku berjalan dengan anggun, melangkahkan kakiku dengan perlahan seraya membusungkan dada. Kekuatanku seakan terbentuk sempurna, yakin dan tekad di dalam hatiku begitu kuat. Siapa pun dia, tetap aku lah yang lebih berhak dan pantas menang untuk hal ini, karena aku lah Ratu yang sesungguhnya.

Langkahku semakin dekat. Bisa kulihat dari belakang. Seorang wanita sedang duduk memunggungi ku.

Dia mengenakan dress tanpa lengan dengan punggung yang lumayan terbuka, sehingga memperlihatkan bagian belakang tubuhnya yang mulus dan seputih pualam. 

Rambutnya berwarna keemasan ditata serapi mungkin dengan kesan ikal di bagian bawah. Aku yakin, sebelum menemui ku, pasti dia sudah menghabiskan waktunya selama berjam-jam berada di salon. Cukup niat juga, batinku dalam hati.

Aku pun tak gentar, langkahku semakin mantap untuk berjalan maju, aku ingin tahu, siapa pemilik tubuh ramping nan indah dengan punggung mulus seputih susu di depanku ini? Benarkah dia wanita yang aku maksud?

Hingga kini, derap langkahku yang beradu dengan lantai berhasil membuatnya menoleh. Wanita itu kini memandangku, dan kami saling bertatapan.

"Halo, selamat datang, Keysa. Terima kasih sudah menyempatkan waktu menemui ku!" kata wanita tersebut seraya mengangguk tipis.

Bisa kulihat dengan jelas. Wajahnya terpahat begitu sempurna. Alis tebal, hidung bangir, bibir ranum dengan kawat gigi yang tampak kekinian. 

Mata bulat dan lebar yang dibingkai dengan lensa berwarna abu-abu, nyaris membuat tampilannya menyentuh angka 10. Sempurna. Satu kata untuk penampilan wanita di hadapanku ini.

"Jadi benar, kamu Risa Andromeda?" tanyaku dengan wajah sedatar mungkin.

"Duduk!" titah Risa seraya menunjuk sofa beludru berwarna merah di depannya. Jari-jarinya yang lentik dihias nail art berkilau dengan satu cincin berlian di tangannya yang membuat silau. Aku pun menurut. Duduk di hadapan wanita itu.

"Kita nggak perlu berbasa-basi lagi, karena aku yakin kamu sudah pasti tahu kan? Aku ini siapa?" tanya Risa dengan wajah angkuhnya.

"Siapa? Gundik suamiku?" balasku dengan senyum merendahkan.

"Oh, santai. Aku bukan gundik. Aku selingkuhan suami mu yang selalu dinomor satukan! Aku yakin, bahkan urusan lain sampai ke ranjang sekalipun, dia paling puas denganku!" ujarnya seraya tersenyum anggun, kentara sekali jika dibuat-buat. Rupanya, wanita di depanku ini begitu percaya diri ... dan tak punya malu.

"Walau dia menjadikanmu sebagai selingkuhan, tapi tetap saja namaku yang dia desah kan setiap malam. Kau tahu? Bahkan di saat dia bersamamu, dia tetap menghubungiku, bukan? Apa kau tahu kenapa? Karena dia adalah milikku, dan kau hanya parasit yang menempel padanya seperti orang tidak waras! Kamu tidak lebih dari benalu yang menumpang pada kebahagiaan orang lain, sayangnya aku rasa, kamu sudah tak punya harga diri. Hina sekali!" ujarku penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.

Bisa kulihat dengan jelas, wajahnya yang tadi putih dengan aksen glowing, kini menjadi merah seperti tomat busuk. Sama seperti hatinya, busuk. Biar saja dia malu, wanita tak punya harga diri seperti dia, harus ditindak dengan tegas!

*******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status