25. Penolakan dari Ibu! (Bagian C)"Sekali lagi, saya mohon maaf, Bu. Kebetulan saya ini temannya Mas Rengga juga!" kata Risa tak tahu malu, bahkan kini wanita itu mendekat. Risa menghampiri Ibu, lalu meraih punggung tangan Ibu mertuaku untuk dia cium.Ibu hanya diam saja, lalu menarik tangannya dengan cepat. Dan yang membuatku tertawa lebar, Ibu malah mengelap tangannya pada ujung baju yang dia kenakan. Entahlah, apa maksudnya. Aku rasa si Risa ini juga mungkin terasa kesindir."Walah dalah. Ndak bener ini Rengga. Nemu di mana dia betina macam begini ya, gusti. Setahu Ibu, Rengga itu tipe anak pemalu. Oh, ya, Key. Mbok, ya, kamu pinjemi saja gamis atau bajumu lain yang lebih sopan. Kasihan dia ini, baju adiknya yang dipakai. Lihat itu, udelnya ke sana ke mari dipamerkan. Takut nanti masuk angin, di sini kan full AC. Takutnya dia ndak tawar nanti, malah sakit. Kita yang disalahkan!" kata Ibu seraya menunjuk pusar Risa yang terekspos dengan jelas. Tentu saja aku langsung melihat ekspre
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU26. Tidak bisa disaingi! (Bagian A)"Atau mungkin, kau mau pulang saja?" tanyaku seraya memastikan. Dengan mesra, aku membalas pelukan Mas Rengga yang berada di pinggulku. Tak lupa, tanganku dengan manja mengusap perut Mas Rengga dan jariku dengan lincah menari kecil di sana. Sebetulnya, aku merasa risih. Tapi, mau bagaimana lagi. Aku harus pandai memainkan drama untuk sementara ini. Sedangkan kulihat, Risa tak merespon pertanyaan ku. Dia malah asyik memperhatikan sikap mesraku dengan Mas Rengga."Aw, geli!" pekik Mas Rengga seraya tertawa. Sontak, membuat bola mata Risa mendelik sempurna. Mas Rengga yang tak sengaja, langsung menatap Risa dengan pandangan merasa bersalah. Namun, aku bisa melihat jika Risa mengalihkan tatapannya pada suamiku. Kentara sekali dia sedang marah karena membuang muka. Mungkin dia kepanasan melihat aksi mesra yang kami tunjukkan."Ayo, kita makan! Ini tamunya kebetulan sudah datang!" ajakku seraya berjalan ke meja makan
27. Tidak bisa disaingi! (Bagian B)"Kan dia kaya, Bu! Wong sugih, di usianya yang baru menginjak dewasa ini. Dia pengusaha termuda wanita yang mempunyai kekayaan di atas rata-rata, loh! Bukankah itu sesuatu yang membanggakan? Dia bahkan dikagumi oleh siapa saja!" kataku seraya mengangguk."Lah, kamu kagum ndak loh, sama dia?" tanya Ibu yang kini memandangku."Eh, anu. Ya, nggak, sih. Soalnya kan, aku ndak kenal. Cuma, ya. Bisa dibilang dia memang menakjubkan. Untuk ukuran wanita sukses, bisa lah dia menang kan!" sahutku dengan tidak rela. Karena jujur saja, sebetulnya aku juga kagum padanya. Namun, itu dulu. Sebelum aku tahu kalau dia menjadi duri dalam rumah tanggaku. Alias saat itu, aku hanya mengenalnya lewat sosial media yang sering diperbincangkan oleh jajaran pengusaha lainnya."Di mata Ibu, wong sugih itu ndak ada yang membuat kagum pada dirinya! Lah, dia paling sugih katanya. Tapi buat beli baju berbahan saja dia ndak sanggup. Masak bertamu ke rumah teman pakaiannya kayak gi
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU28. Hukuman dari keluarga Ningrat! (Bagian A)"Lah, kenapa ndak jadi? Apa malu?" tanya Ibuku yang kini ikut memperhatikan gerak-gerik Risa. Wanita itu hanya menggeleng dan melanjutkan makannya. Sedangkan Ibuku? Hanya mengedikkan bahu saja."Sudah, toh, Besan. Biarkan saja!" kata Ibu mertua dengan suara lembut dan Ibuku hanya mengangguk mengiyakan.Suasana yang tercipta cukup hening selama beberapa menit, hanya ada suara piring dan garpu yang sesekali beradu, suara air yang melewati tenggorokan sang peminum serta suara kunyahan yang terdengar begitu samar"Kamu usianya berapa?" tanya Ibu mertua berhasil memecah keheningan."Baru 25 tahun!" jawab Risa seraya menatap Ibu dengan pandangan sayu."Belum punya pacar? Atau mungkin sudah punya niatan untuk menikah?" tanya Ibu mertua kali ini meletakkan sendok nya di atas piring. Pertanda bahwa wanita setengah baya itu sudah selesai makan."Pacar sudah ada, malahan hubungan kami sudah bisa disebut sebagai hub
29. Hukuman dari keluarga Ningrat! (Bagian B)Hanya saja dia belum tahu, bahwa si Risa inilah yang menjadi biang keladi akan hancurnya rumah tangga anaknya yang tercinta ini."Ndak bisa dipastikan loh, Besan. Apa Besan sendiri tidak lihat atau mungkin mendengar? Banyak itu kasus yang berseliweran di dalam Televisi. Biasanya orang yang terlihat alim sekalipun, ternyata bisa juga menjadi duri untuk rumah tangga orang lain. Bahkan banyak kasus yang menjual dan mengatasnamakan agama untuk mengesahkan hubungan yang seharusnya tidak pantas untuk dilanjutkan seperti itu. Sudah sering saya ini bolak-balik melihat siaran Televisi dan juga acara yang begituan. Apalagi didukung dengan tetangga kanan-kiri dan beberapa orang yang kita kenal pun, ternyata masuk ke dalam lingkaran yang sama. Naudzubillahimindzalik!" ujar Ibu mertua saya menggelengkan kepalanya dengan kuat."Makanya. Jangan sampai lah begitu. Keluarga keturunan saya pribadi pun meskipun bukan dari golongan ningrat, yang berdarah biru
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU30. Tingkah Gila Risa! (Bagian A)"Pelan-pelan! Ini minum!" ujarku seraya menyodorkan segelas air putih padanya. Risa dengan cekatan langsung menenggaknya hingga tandas. Rupanya dia terkena mental serangan yang bertubi-tubi dari keluarga kami. Ini masih keluarga kecil, belum lagi dengan keluarga besar Ibu nantinya? Hahaha. Aku jadi ingin tertawa terus."Kamu kenapa, toh? Kok ndak ati-ati?" tanya Ibu mertua. Wajahnya dengan penuh selidik mengarah tajam ke arah Risa yang kini hanya menggeleng lemah. Dia mengusap bibirnya dengan tisu, lalu menggenggamnya erat. Mungkin wanita itu sedang dilanda emosi tingkat tinggi. Entahlah."Nggak, saya nggak papa!" sahut Risa dengan wajah menunduk. Sepertinya dia malas untuk menyahut, atau mungkin saja tak punya nyali karena seperti terkepung. "Terus terus? Masak nggak diberikan kelonggaran atau toleransi, Bu?" tanyaku semakin antusias. Aku begitu ingin Ibu mertua memberikan penjelasan. Setidaknya, agar hal itu b
31. Tingkah Gila Risa! (Bagian B)"Apa, tuh?" tukasku dengan cekatan."Ibu kan punya itu penjara bawah tanah di Keraton. Nah, Ibu akan taruh itu wanita yang ndak tahu malu di sana. Biar kan dia ndak usah dikasih makan. Atau paling ndak, ya, dikasih lah sehari sekali saja, sepiring cukup. Biarkan dia menjadi kurus kering. Biarkan juga dia itu tidur berselimut dingin dan gelapnya malam. Apalagi ditemani dengan tikus dan kawan-kawannya. Atau mungkin kalau si wanita itu memang bertindak di luar batas, ya, mungkin Ibu juga bisa bertindak di luar batas serta. Nanti, setelah kurang lebih 3 bulan diperlakukan seperti itu di bawah tanah. Barulah Ibu akan memanggil penghulu untuk menikahkan mereka. Itu saja jika pihak lelaki nya masih mau!" sahut Ibu dengan wajah tenang."Wah, sekarang giliran saya yang ngeri, Besan! Hebat, ya. Ternyata Besan sudah ancang-ancang mempersiapkan kemungkinan terburuknya untuk keluarga Ningrat. Salut!" seru Ibuku seraya bertepuk tangan kecil.Sedangkan Ibu mertua, h
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU32. Ultimatum Ibu Mertua! (Bagian A)"Maksud kamu apa?" tanya Ibu mertua dengan wajah kaget. Terlebih lagi, dengan Ibuku yang kini hanya melongo. Sedangkan Bapak, menatap Risa dengan pandangan seolah membunuh. Aku tahu, pasti Bapak tidak rela jika anak perempuan satu-satunya yang dia miliki harus tersakiti. Melihat Risa yang ditatap seperti itu oleh cinta pertamaku, cukup membuat hati ini merasa senang. Risa memang pantas untuk diperlakukan sebagaimana mestinya."Jelaskan saja semuanya! Aku yakin kok, Ibu mertua ku yang baik hati ini pasti akan menerima!" sahutku dengan wajah tenang. Aku tidak akan pernah menunjukkan wajah untuk takut kehilangan. Bisa naik percaya dirinya jika sampai aku terlihat lemah! Dan aku tak suka itu! Jadi, sebisa mungkin aku harus terlihat tegar, kuat, tak tertandingi dan tegas.Aku harus bisa menunjukkan bahwa dia tidak akan bisa menindas ku, walaupun dengan jaminan dan iming-iming harta miliknya yang melimpah ruah."Kamu