Share

Bab 2

Mata Nicholas langsung memerah. "Aku bisa!"

"Kamu bisa?" Felita terbelalak selama beberapa saat, lalu kembali menghina Nicholas. "Masih berani omong kosong? Mau sampai kapan kamu melanjutkan kebohongan ini? Aku sudah muak denganmu! Aku beri tahu, aku ... tidak akan ... pernah menyesal!"

Saking marahnya, jantung Nicholas berdebar sangat kencang.

"Segera pergi dari sini! Aku tidak mau melihatmu lagi. Oh iya, jangan pernah bilang kalau kita saling mengenal," kata Felita dengan dingin dan sambil menunjuk pintu gerbang.

Colin maju sambil menyengir, lalu menepuk pipi Nicholas dengan menggunakan satu tangan dan berkata, "Kenapa? Tidak terima? Kalaupun tidak terima, memangnya kamu mau apa? Siapa suruh keluargamu miskin? Bagi kami, uang adalah segalanya. Apakah kamu mengerti?"

Nicholas mengepalkan tangan sambil memelototi Colin.

"Apa gunanya memelototiku?" Colin tertawa terbahak-bahak. "Nicholas, wajahmu terlihat begitu pucat. Sudah berapa hari tidak makan? Begini saja, bagaimana kalau kamu berlutut dan bersujud kepadaku? Setelah itu, aku akan memberikanmu kupon makan."

Nicholas mengangkat kepala, lalu menjawab dengan acuh tak acuh, "Tidak perlu."

"Kak Colin, ayo, kita pergi ...." Felita bahkan tidak mau menatap wajah Nicholas. Dia menggandeng Colin dan langsung pergi.

Colin kembali tertawa terbahak-bahak. "Semuanya, lihat! Dia adalah anak miskin yang berkuliah di Universitas Mano. Untuk makan saja tidak mampu, tetapi bermimpi untuk berpacaran dengan gadis cantik di kampus kita. Bukankah orang seperti itu tidak tahu diri?"

Orang di sekitar langsung memandang Nicholas dengan ekspresi menghina. Beberapa dari mereka bahkan mulai mencibirnya.

"Apakah semua mahasiswa Universitas Mano memang tidak tahu malu?"

"Sudah miskin, masih mau pacaran? Orang seperti itu memang tidak berkaca ...."

"Benar! Lihat saja penampilannya, terlihat seperti pria yang hanya bisa menumpang hidup kepada wanita. Tidak tahu malu! Bagaimana mungkin Felita mau berpacaran dengan pria seperti dia?"

Sebelum pergi, Colin sempat berteriak sambil tertawa, "Sayang, malam ini aku akan membawamu pergi bersenang-senang. Aku akan memperkenalkan beberapa temanku kepadamu."

"Oke!" jawab Felita dengan manja.

Setelah puas menyombongkan diri, Colin pun pergi sambil memeluk Felita.

Sembari mendengarkan percakapan Colin dan Felita, Nicholas berdiri di tempat dengan hati yang hancur berkeping-keping. Apakah ini adalah wajah asli dari gadis yang dicintainya? Ternyata, seperti ini gadis yang berusaha dia lindungi dengan sekuat tenaga? Gadis ini yang telah membuatnya membatalkan perjodohan dengan Keluarga Tansil.

Nicholas merasa sangat bodoh. Seketika, dia merasa dunia menjadi sangat asing.

Awalnya, Nicholas mengira bahwa dia sedang berkorban untuk sebuah cinta yang tulus. Namun, tidak disangka, harta telah membuat cinta itu berpaling. Tidak hanya gagal, tetapi harga dirinya pun diinjak.

Di saat bersamaan, hujan turun dan membasahi Nicholas. Dia berusaha untuk menata kembali emosinya dan kembali ke Universitas Mano.

Sesampainya di asrama, Nicholas membuka celengan dan mengeluarkan tabungan yang disimpannya. Ada uang dua puluh ribu, sepuluh ribu, lima puluh ribu, dan pecahan paling besar ada seratus ribu. Setelah dihitung, semuanya berjumlah sekitar empat ratus ribu.

Semua ini adalah tabungan yang dikumpulkan oleh Nicholas. Awalnya, dia sudah berhasil mengumpulkan sekitar enam juta, tetapi lima juta digunakan untuk membeli kalung emas dan sisanya digunakan untuk membeli bunga mawar yang telah dibuangnya tadi. Akhirnya, bulan ini hanya tersisa empat ratus ribu saja.

Pintu kamar dibuka dan Sandy langsung beranjak masuk. Sebagai teman sekamar yang baik, Sandy telah mendengar kabar kandasnya hubungan Nicholas.

"Nicholas, kamu dan Felita putus, ya?" tanya Sandy.

Nicholas tidak menjawab. Dia hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum pahit.

Universitas Mano dan Universitas Bahasa Asing Mano terletak bersebelahan. Kejadian memalukan yang dialami Nicholas tadi pasti sudah menyebar sampai ke telinga mahasiswa Universitas Mano. Jadi, wajar saja Sandy mengetahuinya, Nicholas juga tidak merasa terkejut.

"Aku sudah tahu sejak awal, dia bukanlah gadis yang baik! Demi Felita, kamu selalu berhemat agar bisa membelikannya kosmetik dan pakaian baru. Sekarang, setelah berhasil mendapatkan pria kaya raya, dia malah mengkhianatimu! Jangan bersikap semena-mena, aku akan pergi memberikan mereka pelajaran!"

"Tidak perlu," kata Nicholas, lalu menghela napas.

"Tidak perlu? Kenapa nyalimu sangat kecil?" tanya Sandy dengan marah.

"Cuma beberapa juta, bukan uang yang banyak. Lagi pula, aku merasa sepadan. Dengan membuang beberapa juta, aku bisa melihat wujud asli seseorang. Aku tidak merasa rugi," kata Nicholas.

"Nicholas ...." Sandy mengepalkan tangan dan menatapnya dengan marah.

Namun, Nicholas malah menggelengkan kepala. Melihat sikap Sandy yang membelanya, dia pun merasa sedikit terharu.

Felita memang telah mengkhianati cinta Nicholas, tapi untungnya dia masih memiliki sahabat seperti Sandy. Tanpa dukungan dari Sandy, kondisi Nicholas mungkin akan lebih mengenaskan.

"Semakin cepat putus, semakin bagus. Setelah putus, aku tidak perlu menyisihkan uang untuknya lagi. Malam ini, aku akan menggunakan uang ini untuk mentraktir kalian makan enak," kata Nicholas sambil tersenyum lebar.

"Kamu rela melepaskan Colin dan Felita begitu saja?" Sandy memelototi Nicholas.

Nicholas melambaikan tangan dan berkata, "Aku tidak akan melepaskan mereka begitu saja. Kelak mereka pasti akan menyesal! Ayo, kita rayakan bersama!"

Meskipun khawatir, Sandy tetap menerima ajakan tersebut. "Baiklah. Aku ada sedikit tabungan, kamu bisa memakainya dulu. Tunggu sebentar, aku akan menelepon yang lain dan mengajak mereka makan bersama. Semakin ramai, semakin seru."

Nicholas tersentuh melihat sikap Sandy. Dia menarik napas, lalu mengeluarkan ponselnya. Di saat bersamaan, ternyata seseorang juga meneleponnya.

"Tuan Nicholas, ini aku, Paman Yona. Kebetulan, malam ini aku ada pertemuan di Kota Mano ...."

Nicholas sangat senang mendengar suara yang berada di ujung telepon. Paman Yona memiliki posisi yang tinggi di dalam Keluarga Winata. Beliau adalah tangan kanan Kakek Winata.

Sejak kecil, Nicholas sangat dekat dengan Paman Yona. Nicholas tidak menyangka, ternyata Paman Yona berada di Kota Mano.

"Tuan Nicholas, aku sudah mau sampai ...."

Nicholas sangat bersemangat, dia langsung melompat dari tempat tidur, lalu bersiap-siap dan berlari keluar.

Sandy terkejut melihat Nicholas yang melompat dan langsung pergi. "Nicholas, kamu mau ke mana? Teman-teman yang lain sudah mau sampai."

"Aku mau pergi sebentar, tunggu saja di Restoran Lanshire. Nanti aku menyusul."

"Restoran Lanshire?" Sandy terkejut.

Restoran Lanshire adalah restoran paling mewah yang terletak di dekat kampus. Dengar-dengar, sekali makan saja bisa menghabiskan jutaan rupiah.

Sandy tidak menyangka kalau Nicholas akan mengajak mereka untuk makan di sana. Namun, mengingat Nicholas yang baru saja dicampakkan, Sandy pun terpaksa menurutinya. Meskipun harus kelaparan selama beberapa hari ke depan, dia tidak akan membiarkan sahabatnya berlarut dalam kesedihan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status