Share

Bab 5

Sesaat mendengar ucapan Nicholas, Felita langsung menoleh dan memelototinya dengan tidak percaya.

"Nicholas, apa hakmu mengusir semua orang yang makan di sini? Memangnya kamu bisa mengusir orang seenak hati?" teriak Colin yang marah besar.

Nicholas tidak memedulikan Colin, melainkan langsung memandang ke arah Pak Johan.

Pak Johan langsung mengangguk dan berkata, "Baik, Tuan Nicholas. Dalam 10 menit, kami akan membereskan semuanya dan para pelayan akan melayani Anda secara khusus. Semoga Anda bisa memaafkan kelalaian kami."

Felita membuka mulutnya tanpa tahu harus berkata apa. Dia tidak bisa memercayai yang dilihatnya.

"Aku adalah tuan muda Mondial Jewelry, beraninya kamu mengusirku?" tanya Colin.

"Tuan, kami benar-benar meminta maaf. Mohon segera tinggalkan restoran ini. Kalau tidak, aku akan segera memanggil polisi," kata Pak Johan dengan dingin.

"Tunggu sebentar!" Nicholas melambaikan tangan dan berkata dengan dingin, "Oh iya, meja dan kursi ini bekas diduduki oleh mereka. Aku tidak mau menyentuhnya ...."

"Tuan Nicholas, kami akan membuang meja dan kursi ini, lalu segera menggantinya," jawab Pak Johan sambil membungkuk.

"Nicholas, apa maksudmu?" Felita memelototi Nicholas dengan marah.

Nicholas tersenyum sinis, lalu menyindirnya, "Aku jijik dengan dirimu yang kotor ...."

"Kamu ...." Felita marah sampai gemetaran.

Wajah Colin memucat, dia menggertakkan gigi dan berkata, "Baik! Nicholas, aku ingin lihat, sampai kapan kamu bisa bersikap arogan seperti ini! Aku memang tidak tahu dari mana kamu memungut kartu itu, tapi tunggu saja, polisi akan segera datang menangkapmu!"

Nicholas tidak menghiraukannya, lalu berkata santai, "Pergi!"

"Tunggu saja pembalasanku!" Colin membalikkan badan, lalu menggandeng Felita turun dan meninggalkan Restoran Lanshire dengan muram.

Dalam waktu 10 menit, Restoran Lanshire telah mengusir semua pengunjung, lalu mengganti satu set meja dan kursi yang baru. Kemudian, belasan pelayan ditempatkan di kedua sisi ruangan Nicholas untuk melayaninya.

Titik balik yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat teman-teman Nicholas sulit memercayainya dan malah sangat terkejut. Terutama Sandy, awalnya dia mengira bahwa mereka akan diusir dari restoran ini. Tidak disangka, ternyata malah Colin dan Felita yang diusir pergi.

"Nicholas, sejak kapan kamu menjadi hebat seperti ini?" tanya Sandy.

Nicholas tersenyum, lalu menjawab dengan lembut, "Sebenarnya tidak ada yang istimewa. Saat kemarin bekerja di restoran, aku menemukan sebuah dompet milik pelanggan. Kebetulan, dia yang memiliki kartu ungu ini. Sebagai tanda terima kasih, dia meminjamkan kartu ini kepadaku untuk digunakan selama beberapa hari. Tidak hanya itu, dia juga memberikan uang puluhan juta kepadaku."

"Hebat sekali! Aku juga mau bekerja di restoranmu ...," kata Thomas yang merupakan salah satu teman sekamar Nicholas.

"Iya, aku juga mau. Apakah di restoranmu masih mencari karyawan?"

Nicholas menjawab sambil tersenyum, "Sudah tidak mencari karyawan. Aku sendiri sudah cukup, tidak membutuhkan terlalu banyak orang."

"Oh, begitu ...." Sandy terlihat sedikit kecewa.

"Ayo, makan," kata Nicholas.

Sandy dan yang lainnya terbangun dari lamunan, lalu bergegas memesan makanan.

Setelah hampir dua jam, semua orang pun mulai kekenyangan. Mereka memesan beberapa menu istimewa di Restoran Lanshire dan menyantapnya dengan gembira.

Saat membayar, semuanya menghabiskan 26 juta. Nominal ini membuat Sandy dan yang lainnya sangat tercengang. Setelah selesai makan, mereka semua kembali ke kampus.

Nicholas memegang kartu rekeningnya dengan perasaan puas. Sikapnya terhadap Felita tadi membuatnya merasa sangat lega. Meskipun hanya menghabiskan 26 juta, uang sekecil ini mampu membalaskan dendamnya.

Kring, kring, kring ....

Setibanya di gerbang sekolah, ponsel Nicholas bergetar. Kemudian, Nicholas mengangkat panggilan tersebut dan terdengar suara menyebalkan Monica yang berada di ujung telepon.

"Nicholas, apa maksudmu? Kenapa hari ini kamu tidak datang bekerja? Kamu mau dipecat, ya? Kalau sudah tidak mau bekerja, pergilah secepatnya! Masih banyak orang yang menginginkan pekerjaan ini!" kata Monica dengan marah.

Nicholas merasa tidak berdaya dan berkata, "Masih, aku masih mau bekerja. Aku sudah minta izin, memangnya kamu tidak tahu?"

Monica membentak, "Siapa yang memberikanmu izin? Cepat, kembali sekarang juga atau jangan pernah menginjakkan kaki ke sini lagi! Entah apa yang dipikirkan oleh orang tuaku sampai mau memberikanmu gaji 6 juta perbulan. Hanya karena mendapatkan gaji 6 juta, jangan kira kamu adalah orang kaya ...."

Monica ada putri dari pemilik restoran tempat Nicholas bekerja. Monica selalu dimanjakan, dia sangat sombong dan selalu merendahkan orang lain. Dia memperlakukan semua orang dengan kasar dan hanya bersikap baik kepada orang-orang yang memiliki identitas terpandang.

Selama beberapa bulan terakhir, Nicholas selalu diperlakukan secara kasar. Sebenarnya dia juga sangat marah.

"Orang kaya atau bukan, aku yang paling tahu. Tidak perlu kamu ingatkan!" jawab Nicholas dengan dingin.

"Kamu ...." Monica kesal mendengar jawaban Nicholas. "Nicholas, jangan berlagak seperti orang penting! Kalau malam ini tidak datang, kamu tidak perlu bekerja di sini lagi!"

Nicholas mematikan panggilan itu dengan sangat kesal.

"Nicholas, siapa yang meneleponmu?" tanya Sandy.

"Monica," jawab Nicholas dengan cemberut.

Sandy tertegun sejenak. "Monica yang cantik dan berasal dari Jurusan Bahasa Asing?"

Nicholas mengangguk. Meskipun keras kepala, Monica memang sangat cantik dan cukup populer di Universitas Mano. Beberapa mahasiswa memberikannya pujian dengan mengangkatnya sebagai primadona Jurusan Bahasa Asing Universitas Mano.

"Kamu berteman dengan Monica?" Sandy sangat terkejut dan iri. "Keren juga kamu, baru saja putus dengan primadona Universitas Bahasa Asing Mano, sekarang sudah dekat dengan Monica. Bro, kamu sangat beruntung!"

Nicholas tersenyum canggung. Dia tidak sedang mendekati Monica, tetapi bekerja sebagai pelayan di restoran milik keluarganya. Namun, dia juga tidak enak menjelaskan hal ini kepada Sandy. Akhirnya, dia memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.

Setelah tiba di asrama, Nicholas berbaring sambil meletakkan kedua tangannya di kepala dan memandang langit-langit.

Bagi Nicholas, kejadian hari ini seperti mimpi. Dia merasa dunia sangat konyol.

Intinya, semua dikarenakan oleh uang. Kalau bukan karena uang, bagaimana mungkin semua akan menjadi seperti ini? Namun, Nicholas merasa lega, setidaknya dia bisa melihat jelas watak setiap orang dan tidak mengalami kerugian lebih banyak.

Berkaitan dengan Felita, Nicholas menganggapnya sebagai sebuah pelajaran yang berharga. Lagi pula, mereka sudah tidak memiliki hubungan apa-apa.

Nicholas memikirkan semuanya sambil tersenyum dingin. Saat bersiap-siap tidur, tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Ponselnya yang murah ini sudah rusak, hanya bisa bergetar, tetapi tidak bisa mengeluarkan nada dering.

Getaran ponsel membuat Nicholas tertegun selama beberapa saat.

Saat melihat ponsel, wajah Nicholas menjadi masam. Ternyata Felita mengirimkannya sebuah pesan.

"Nicholas, aku sudah tahu semuanya. Kartu itu bukan milikmu, cepat atau lambat tetap harus dikembalikan! Tidak disangka, kamu menggunakan kartu orang lain untuk berlagak kaya di depanku. Kamu benar-benar membuatku muak!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status