Nicholas merasa kaget dan tersenyum. “Bagaimana kalau aku tidak mengerti?”Rudy mengerutkan alis lantaran merasa geram. “Jangan bersikap sesombong itu! Aku hanya berbaik hati memberi masukan saja. Bagaimanapun, bukan semua orang akan menyukaimu seperti gadis ini, rela mengakhiri hidupnya demi kamu.”“Yasmine adalah wanita yang sangat unggul. Aku sarankan kamu jangan mempermainkan Yasmine! Seorang pria seharusnya memiliki tata krama dan kemampuan untuk mengembangkan kariernya, bukan hanya mengandalkan wajah tampan saja!”Setelah mendengar omongan panjang lebar Rudy, Nicholas sungguh tidak tahu maksud ucapannya. Dia terus merenungkan ucapan Rudy. Jangan-jangan, Rudy sedang memperingatinya untuk menjaga jarak dengan Yasmine? Apa benar seperti itu?Sejak awal mereka bertemu, Nicholas dapat merasakan bahwa sikap Rudy yang tidak begitu bersahabat. Sekarang, sepertinya semua itu bukan perasaannya saja.“Pak Rudy, apa kamu sudah salah paham denganku?” Nicholas menatapnya.“Tidak!” Rudy membala
“Emm …,” Karen mengangguk dan menjawab dengan suara kecil.Nicholas memiringkan kepalanya, lalu berlagak cemberut. “Setelah keluar dari rumah sakit, kamu tidak boleh melakukan hal bodoh seperti ini lagi, ya. Sekarang, kamu sudah berutang banyak kepadaku. Kalau terjadi sesuatu pada dirimu, uangku ini pun akan melayang ….”Karen kembali mengiakan dengan suara kecil.Kemudian, Nicholas menyelimuti Karen dan berlagak berbicara dengan nada serius, “Biaya operasi 60 juta, kamar VIP ini 4 juta per malam, ditambah lagi dengan biaya lain-lain, totalnya tidak sampai 120 juta.”“Kenapa semahal itu?” Karen merasa kaget dan air matanya kembali menetes.Nicholas menahan tawanya. “Tenang saja. Kamu tidak perlu melunasinya sekaligus. Kamu bisa mencicilnya!”Karen memasang wajah cemberut. “Sebenarnya aku bisa tinggal di kamar biasa.”“Memang bisa. Hanya saja, kalau kamu tinggal di kamar biasa, akulah yang akan menderita. Itulah alasan kenapa kamu bisa tinggal di sini!” Seusai berbicara, Nicholas menari
Nicholas menendang pintu bangsal hingga terbuka, lalu menatap dingin ke arah Citra.Citra refleks mengangkat kepalanya. Ketika melihat Nicholas, Citra merasa agak panik. "Aku, aku belum menemukan pembuluh darahnya. Jadi, harus ditusuk ulang."Karen mengerutkan alis, dia tampak kesakitan.Seiring melangkah masuk, raut wajah Nicholas terlihat makin masam. Aura Nicholas terasa sangat mengerikan, dia menatap Citra seperti seekor binatang buas yang membidik mangsanya.Citra tidak tahu apa yang salah. Hanya saja, dia menyadari tatapan Nicholas yang menatapnya tajam. Citra sedikit ketakutan, dia tidak berani membalas tatapan Nicholas.Dibanding bertemu pimpinan rumah sakit, Citra lebih takut menghadapi Nicholas. Saat ini, Citra merasa sangat tertekan.Nicholas terus memperhatikan jarum yang ditusukkan oleh Citra. Sesaat jarum berhasil ditusuk ke dalam pembuluh darah, ekspresi Nicholas baru perlahan mereda."Kalau perlu ganti obat, silakan panggil aku," kata Citra, lalu membalikkan badan dan s
"Hmm, tadi ada serangga," jawab Karen sambil menunduk.Nicholas tersenyum sambil menjawab, "Sebenarnya, kamu sangat cantik. Kenapa sengaja berdandan agar terlihat jelek? Nggak ada kerjaan lain?""Nggak gitu ...." Karen membantah.Nicholas menyeringai. Ketika melihat wajah Karen yang memerah, entah kenapa jantung Nicholas berdetak sangat cepat."Sudah selesai? Ayo, kembali ke tempat tidur." Nicholas memapah Karen sambil memegang cairan infus."Aku ...." Setelah berbaring, Karen membalikkan badan dan membelakangi Nicholas. Dia tidak berani melihat wajah Nicholas. "Topengku harus diganti setiap hari. Di rumah sakit tidak leluasa ....""Oh." Nicholas tersenyum. "Jadi, terpaksa menguntungkanku? Aku jadi bisa melihat wajahmu yang cantik itu?""Tidak secantik itu," jawab Karen.Nicholas berhenti menggodanya, lalu menggantung cairan infus dan berbaring di sofa. Suasana di rumah sakit sangat membosankan. Selain memainkan ponsel, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan.Seiring berjalannya waktu,
"Oh ya, seberapa mahal?" Nicholas menjawab tanpa memandang Felita maupun Colin.Nicholas melihat ke sekeliling karena tidak ada pelayan yang menyambut mereka."Kamu nggak mampu beli, sebaiknya kalian pergi saja, jangan mempermalukan diri sendiri. Walaupun menemukan dompet, kamu tetap orang miskin." Colin mencibir sambil berjalan mendekati Nicholas. "Di mana pelayan? Kok bisa-bisanya membiarkan orang seperti ini masuk? Tidak lihat penampilannya? Dia tidak sanggup berbelanja di sini, cepat usir!""Hmm? Kamu boleh masuk, kenapa aku tidak boleh?" Nicholas mengerutkan bibirnya sambil mengelilingi toko."Pelayan, orang ini mantan pacarku, dia sangat miskin. Tidak hanya miskin, dia juga seorang penipu. Sebaiknya, kalian segera mengusir dia, jangan sampai pakaian-pakaian di toko ini kotor. Kalian mau tanggung jawab?" Felita menimpali.Dengan ekspresi merendahkan, dua orang pelayan berjalan mendekati Nicholas.Nicholas cuma tersenyum dan berkata, "Siapa bilang aku nggak punya duit?""Nicholas .
Colin terlihat ragu. Kalau rencananya berhasil, seharusnya Nicholas sedang berada di kantor polisi. Kenapa dia malah ada di pusat perbelanjaan?Nicholas tidak mengetahui apa yang dipikirkan oleh Colin, dia hanya fokus melihat pakaian. Setelah berkeliling, perhatian Nicholas tertuju kepada sebuah pakaian."Tolong ambilkan baju itu, dia mau mencobanya," kata Colin kepada Sica.Sica tertegun sejenak, dia agak ragu.Nicholas mencondongkan tubuhnya dan berkata, "Tenang saja, aku punya uang.""Tapi ... harga pakaian ini empat juta." Karen pun panik."Coba dulu," Nicholas menjawab sambil tersenyum.Sica terpaksa mengambil pakaian itu dan memberikannya kepada Karen untuk dicoba."Nona, silakan coba." Sica memberikan pakaian itu kepada Karen. Kalau Nicholas tidak membeli pakaiannya, Lea pasti akan memarahinya.Namun, Sica tidak terlalu memedulikan. Sejak hari pertama bekerja, Lea memang tidak menyukainya, dia selalu mencari kesalahan Sica. Jika hari ini Lea memarahinya lagi, Sica memutuskan aka
Setelah ditampar Lea, mata Sica pun berkaca-kaca. Perasaan malu sekaligus marah bercampur jadi satu."Bonus bulan ini akan dipotong! Kamu tidak akan mendapatkan sepeser pun," Lea berteriak di hadapan Sica.Sica merasa sangat malu dan terhina, wajahnya tampak sangat pucat. Ketika hendak pergi, tiba-tiba Nicholas menahannya dan berkata, "Jangan pergi. Kami mau membeli gaun ini, kok."Sica tercengang, lalu bertanya, "Kalian mau beli?""Mau beli? Nggak ngaca? Kamu punya uang?" Colin menyindir Nicholas.Nicholas tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya. "Tentu saja punya, memang kamu nggak punya? Pertanyaan bodoh.""Kamu!" Colin sangat marah, dia menatap ke arah Lea dan berkata, "Aku sudah suruh kalian mengusirnya, tapi kalian masih membiarkannya di sini. Aku jijik membeli pakaian dari toko yang dikunjungi orang sepertinya. Aku mau pergi!"Setelah marah-marah, Colin menarik tangan Felita dan melemparkan pakaiannya ke lantai.Lea pun panik dan mengejar Colin. "Tuan, maaf, maaf, aku akan mem
Sica merasa seperti kejatuhan durian runtuh. Tadinya, dia merasa sudah tidak ada harapan, dia bahkan sudah berencana untuk mengundurkan diri. Namun, tidak disangka, dalam sekejap mata, dia berhasil mendapatkan omzet sebesar ini.Nicholas menoleh dan menatap pakaian yang tergeletak di lantai. "Sayang sekali, padahal baju itu lumayan bagus. Tapi aku nggak niat membelinya, sudah kotor.""Tuan, aku bisa mencucinya sekarang juga. Tunggu sebentar, aku akan mengurusnya sekarang juga ...." Lea terbangun dari lamunannya, lalu memungut pakaian yang ada di lantai dan memberikannya kepada Nicholas. "Silakan diperiksa ....""Pergi!" Nicholas memelototi Lea sambil berkata, "Kamu bau banget, sama seperti kedua orang itu. Masih berani mendekatiku?"Seketika, Lea langsung mematung dan terdiam di tempat."Nic, apa katamu? Siapa yang bau?" Felita sangat marah, dia terlihat seperti orang gila.Sama seperti Felita, Colin juga memelototi Nicholas. Rasanya, dia ingin menghajar Nicholas.Nicholas tersenyum si