POV ANTON(KEJUTAN BIKIN KEJANG)"Mampus Rani! Mampus! Modar kamu, Rani modddaaarrrr!" ucapku puas dalam hati. Kepuasan yang tidak dapat lagi ku-ungkapkan dengan sebuah kata. Yang pasti aku sangat puas …."Lama banget sih kamu! Ngobrol sama siapa?" tanya Mbak Winda pada Rani. Wajah Rani terlihat begitu ceria dan bersemangat. Baru kali ini aku melihat orang terkena musibah tapi enjoy saja. Ajaib!"Tadi aku ketemu teman lama, Mbak," jawabnya singkat. Dari raut wajahnya, jelas terlukis seperti orang yang tengah jatuh cinta."Hay, Mas Anton. Hay Vina," sapanya."Aku turut berdukacita ya, dengan terbakarnya toko kamu," ucapku
POV ANTON(KEMANA UANG 20 JUTA?Akhirnya, sampailah kami di sebuah dealer motor. Lumayan untuk kami membeli motor, bisa jalan-jalan puas. Setidaknya kalau sedang jenuh, kami yang termasuk pengantin baru ini bisa jalan malam mencari angin segar. Sebab, polusi udara di ibukota sudah sangat luar biasa, jadi bisa menghirup udara segarnya kalau malam hari. Pagi hari kami masih tertidur."Kamu mau motor yang mana, Mas?" tanya Vina. Karena hubunganku dan Rani juga sudah berakhir, maka aku akan memulai hidup baru dengan Vina. Otomatis mulai sekarang aku harus membahagiakan dia."Terserah kamu saja, Sayang," ucapku sok romantis."Kalau begitu, aku mau Honda Beat warna hitam saja, Mas," ucapnya.
POV ANTON(MENYESAL)Sampai di kontrakan wajah Vina masih ditekuk persis tali tambang anak sekolah yang digunakan saat pramuka. Persis sekali seperti itu."Kamu kenapa sih?" tanyaku heran."Aku masih mikirin duit 20 juta itu. Cepat banget habisnya. Benci banget aku ini! Aku mau semua itu, tapi uangnya juga mau," sungutnya."Mas! Pokoknya kamu bilang deh sama Bang Roel, kamu saja yang jadi kuli panggulnya! Jangan Mas Galang!" cetusnya."Hah!" Aku mendengus. "Itu sama saja kamu mematikan rezeki Kakak Iparmu!" ucapku sambil meletakan TV di atas lemari kecil. Vina terdiam, bibirnya masih tetap pada posisi manyun 5 cm. Mungkin dia memikirkan pengeluaran besarnya hari
POV Vina(Ketemu Rani)Sampai di toko Bang Roel, aku dan Mas Anton langsung membuka kunci rolling door. Bang Roel terlihat tergesa-gesa hari ini."Cepetan bukanya! Pelanggannya rewel banget," ucap Bang Roel."Siap, Bang," jawab Mas Anton sigap. Saat rolling door sudah terbuka, aku pun segera mengeluarkan patung-patung yang biasa dipajang di luar. "Parfum Bang Roel wangi banget, nggak kayak Mas Anton tidak ada wangi-wanginya. Padahal dulu dia juga harum mewangi," ucapku dalam hati.Setelah selesai membuka toko, Bang Roel masuk dan langsung mengeluarkan ikatan barang yang akan dikirim. Sedangkan aku langsung menyiapkan nota, dan Mas Anton menyiapkan karung beserta jarum ball. Gerak tangan Bang Roel begitu cepat
'Rani lagi … Rani lagi ….' Kenapa aku harus bertemu dengannya? Ya Allah, apa mungkin aku tidak bisa terlepas dari bayang-bayang mantan bosku ini?"Ran. Masuk," ucap Bang Roel. Rani pun tersenyum dan langsung masuk ke dalam toko. Sementara aku, langsung keluar dan duduk di depan toko sama Mas Anton. Mataku dan mata Mas Anton saling berpandangan. Aku dengan tatapan kesal, sementara Mas Anton dengan tatapan santai. Rani bersikap seolah-olah tidak mengenalku dan Mas Anton. Aku pun bersikap sama sepertinya."Vina! Tolong ambilkan Aqua untuk tamu saya," pinta Bang Roel. "Sialan!" batinku."Iya, Bang." Aku pun segera mengambil Aqua botol mini di kardus dan langsung memberikannya pada Rani dan Bang Roel."Terimakasih, Mbak," ucap Rani. 'Mbak! Mbahmu!"Sama-sama, Ka," ucapku ramah seraya berlalu. 'Najis
POV ANTONBolehkah aku sebagai lelaki menangis? Bolehkah aku berucap, kalau aku menyesal menikahi perempuan yang hanya bagus rupanya? Ketika aku mengkhianati istriku demi perempuan ini. Apa yang kudapat? Semakin hari ternyata sifat aslinya mulai terlihat. Vina! Perempuan yang terlihat manis dan penyayang saat menggodaku, kini berubah seperti iblis. Di otaknya hanya ada uang, uang, dan uang ….Sedangkan Rani, kenapa setelah berpisah dariku justru kehidupannya biasa saja. Padahal aku tahu dia amat mencintaiku. Namun, kenapa seperti mudah sekali bagi Rani mencari gantiku? Aku menunduk saat berhadapan dengannya, karena aku ternyata seorang karyawan yang bekerja di tempat kenalannya. Mungkinkah Rani berpikir untuk apa uang yang telah dia berikan? Kenapa aku menjadi karyawan orang? Mungkin seperti itu pikir
POV VINASemua yang aku katakan pada Mas Anton hanyalah kebohongan. Kebohongan untuk meredamkan amarahnya saja. Aku takut kalau sampai bercerai dari Mas Anton, sebab aku sendiri belum mendapatkan pengganti. Nanti kalau tidak ada lagi laki-laki yang mau sama aku bagaimana? Ya, meskipun itu tidak mungkin. Aneh memang yang aku rasakan, benci sama Mas Anton, tapi tidak mau kehilangan dia. Aku tidak suka Mas Anton dekat dengan perempuan lain, tapi aku sendiri memendam rasa pada laki-laki lain.Meski Mas Anton berkata seperti itu, sama sekali tidak merubah sifat atau niatku. Aku akan tetap mencari perhatian Bang Roel dengan cara cantik. Bisa mendapat Bang Roel, tapi tetap
POV GALANG."Sudahlah, Galang. Kamu jalani saja rumah tangga kamu dengan, Santi. Bukankah ini sudah menjadi pilihanmu? Dulu saat Winda tidak mau dicerai dan rela diduakan, kenapa justru kamu lebih memilih menuruti ucapan, Santi? Kamu yang salah. Tidak usah kamu berkeluh kesah pada kami," ucap Ibu. Kirana mengangguk. Ya, hari ini aku berada di tempat orang tuaku karena semalam aku menginap di sini. Sejak pertengkaran hebat kemarin pagi, aku memutuskan untuk tidak bekerja dan memilih pergi ke rumah orang tuaku."Iya, Mas. Kirana saja sebenarnya menyayangkan dulu Mas Galang menceraikan, Mbak Winda. Menganggapnya seperti anjing jalanan yang tidak ada harganya. Mas Galang pun tidak memberi nafkah sama sekali untuk Ayu. Mas Galang fokus dengan Santi dan anaknya. Kami saja sempat merasa Mas Galang sudah melupakan kami saat masa kejayaan dulu. Bahkan Mbak Santi tidak