Share

Ancaman

            “Sampai kapan pun, kamu nggak akan bisa menggenggam jiwaku!” tegasku.

            “Bagaimana bila kubeli dengan nyawa ayahmu?”

            Tanganku mengepal. Sumpah, aku ingin sekali menonjok wajahnya.

            “Jangan berani menyentuh ayahku!” perintahku.

            Ia malah mengelus lembut pipiku, “Semua tergantung padamu.” Bisiknya.

            Mataku memerah, deru napasku sudah tak beraturan.

PRAANGG!

            Kuhantam keras nampan yang ada di sampingku. Mangkuk dan gelas menjadi hancur berkeping-keping. Air dan bubur sudah menyatu menggenangi lantai. Reyvan tampak kaget sejenak.

            “Kupikir kamu tidak akan mau melihat tubuh ayahmu hancur berkeping seperti ini. Ah, dan gajah jelek di kebun binatang itu.” Ucapnya santai.

            Air mataku mengalir deras. Aku tidak bisa menahannya lagi. Tampaknya, isakkanku juga mengganggunya sebab ia langsung serpihan beling dan m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status