Tidak mudah bagi Noah untuk mengusir Jason dari rumah sakit. Entah kapan Valerie memberitahu jika dirinya ada di rumah sakit. Tapi yang jelas Noah benar benar muak melihat lelaki itu kini tengah berbicara dengan Valerie dan bersikap seolah dia adalah orang terdekat Valerie."Maafkan saya," kata Valerie. "Saya akan berangkat bekerja hari ini.""Tidak. Kamu tidak perlu memaksakan dirimu. Kamu bisa bekerja saat sudah sehat," sahut Jason."Benar, jangan memaksakan diri untuk masuk bekerja. Kamu bisa keluar hari ini kalau kamu." Noah tak mau kalah.Jason melirik ke arah Noah dengan tatapan kesal.Tak lama, seorang dokter dan mengatakan bahwa Valerie harus istirahat sekarang."Kamu dengar, kan? Valerie harus istirahat. Jadi cepat keluar dari sini," usir Noah."Maaf. Tapi Anda juga harus keluar," sela dokter.Mau tak mau keduanya pun keluar dari ruangan Valerie. Meninggalkan wanita itu sendirian di dalam sana.Jason langsung pergi tanpa berkata apa apa. Dengan langkahnya yang angkuh, dia sem
Valerie duduk di toilet, dia merasakan kemarahan yang mendalam terhadap tim lain. Dan anehnya, timnya sama sekali tidak membelanya, tapi malah mengabaikannya."Sulit sekali bertahan di sini.""Kamu lihat kan tadi ekspresi wajahnya? Dia terlihat seperti wanita bodoh dan murahan," kata seseorang.Awalnya Valerie mengabaikan percakapan itu karena tak menyebut namanya."Pilihan terbaik katanya? Mana mungkin dia mengatakan hal itu sementara pak Jason memasukkan Valerie karna wanita itu pernah tidur dengannya."Sontak Valerie terkejut dengan kalimat itu."Jadi, yang di hotel waktu itu benar?""Tentu saja benar, ada yang mengirimkan fotonya kepadaku.""Wah gila, jadi dia menjual dirinya demi masuk ke tim desain?"Tak tahan dengan hal itu, Valerie pun berdiri, tapi belum sempat dia membuka pintu toilet, seseorang di sampingnya keluar dan memaki mereka semua."Kalian ada bukti kalau Valerie menjual diri
Noah melihat ke arah pintu masuk, tak ada tanda bahwa Valerie pulang ke rumah. "Ke mana dia? Kenapa belum juga pulang ke rumah?" Noah mencoba untuk menghubungi ponsel Valerie, tapi ponsel tersebut tidak aktif, lalu dia mencoba menghubungi Raya. "Apa Valerie sedang bersamamu?" tanya Noah. "Tidak, terakhir bertemu dua hari yang lalu. Ada apa dengan Valerie?" Noah langsung menutup teleponnya, dia merasa bahwa ada yang aneh dengan Valerie saat ini. Tak ada tempat yang dapat dituju kecuali tempat Raya dan rumahnya. Jadi mana mungkin dia bisa menghilang semalaman? Noah segera menghubungi Zack untuk melacak keberadaan Valerie saat ini. Sementara itu, setelah Raya mendapatkan kabar jika Valerie tidak pulang, dia segera menghubungi Jason. "Valerie sepertinya menghilang," kata Raya melalui telepon. "Menghilang? Bagaimana kamu bisa tahu." "Noah baru saja menelponku. Sebaiknya kamu segera menemukan Valerie. Untuk merebut hatinya." Jason mengingat kembali kejadian yang terja
Noah berhadapan dengan Fredison dan Anne. Kedua orang itu terkejut saat melihat Noah muncul tiba tiba di depan mereka saat itu."Kamu... kamu Noah, kan? Untuk apa kamu ke sini!" ujar Fredison tak suka. Apalagi ketika melihat Noah memandangnya dengan tatapan yang merendahkan."Aku sudah memberikan kalian kesempatan, tapi tindakan kalian kali ini sudah keterlaluan."Aku sudah berjanji kepada seseorang untuk mengembalikan semua yang kalian ambil darinya," kata Noah dengan dingin.Fredison yang mendengarnya pun mendengus."Kamu sanggup melakukan apa? Kamu mau membuat kami membusuk di penjara? Harusnya kamu tau diri!"Noah tersenyum."Kita lihat saja nanti, aku akan melakukan apa kepada kalian. Dan untuk anak kalian, Ruth. Katakan untuk berhati hati atau aku akan melakukan hal yang pada Ruth sama seperti kalian.""Jangan sentuh anakku! Sekali saja kamu menyentuh ujung kukunya! Aku tak akan mengampunimu!"Ketika Noah hendak pergi, dia menoleh lalu tersenyum dengan sinis."Selama ini, kalian
"Valerie!" panggil Raya saat wanita itu melihat sahabatnya melintasi di lobi. Valerie berjalan menghampiri Raya. "Maafkan aku," katanya tiba tiba. "Tak apa apa, aku tahu maksudmu baik. Tapi, sebaiknya jangan bicara masalah itu lagi denganku," sahut Valerie. "Dan... aku akan keluar dari perusahaan ini." Mata Raya membulat tak percaya. "Kenapa? Kenapa kamu harus keluar dari sini? Bukankah kamu membutuhkan pekerjaan?" "Aku akan menuruti apa kata Noah, jadi aku akan keluar dan mempercayakan semua pada Noah." Valerie hendak melangkah pergi, tapi tangannya diraih oleh Raya dan ditahannya. "Tapi Valerie, kamu tahu Noah tidak memiliki pekerjaan yang jelas. Dan kamu... kamu sedang hamil, bagaimana kalian bisa bertahan?" "Mungkin Noah sudah memiliki rencana yang jauh lebih baik dari yan
Noah tidak dapat tidur malam itu, jadi dia pergi ke ruang baca untuk membaca beberapa buku agar bisa mengantuk. Ketika dia duduk di kursi, matanya melirik sepasang sepatu mungil berwarna kuning untuk bayi. Tanpa sadar Noah tersenyum, mengingat Zack tadi siang memberikan hadiah itu kepadanya. Entah apa yang ada dalam pikiran Zack yang tiba tiba memberikan sepatu bayi kepadanya. Tapi Noah terlihat senang membayangkan jika sebentar lagi dia akan memiliki seorang bayi. Ketika Noah telah tenggelam dalam bacaan bukunya. la mendengar suara pintu diketuk. Tak lama Valerie masuk membawa segelas teh hangat untuknya. "Kamu belum tidur?" tanya Noah. la meletakkan bukunya di atas meja. Dan berpindah ke kursi di tengah ruangan. Valerie menggeleng, dia duduk di hadapan Noah dengan pandangan mata memindai hal hal di sekitarnya. Dirinya baru masuk ke ruan
"Aku akan menginap di rumah Raya malam ini, Noah, tak apa apa kan?" tanya Valerie. Dia melihat ke arah Raya yang sedang membayar di meja kasir. "Menginap di rumahnya kan? Bukan di hotel?" "Iya, jangan khawatir." "Baiklah. Kalau begitu malam ini aku tidak pulang, nenek sedang dirawat di rumah sakit." "Apa sakitnya parah?" "Tidak begitu, aku akan mengabarimu kalau aku akan pulang besok." "Baiklah Noah." Raya memeluk Valerie dari belakang tiba tiba. Dia tersenyum pada Valerie dan mengajaknya keluar. "Suamimu?" tebak Raya. "Iya, dia mengabariku kalau tidak akan pulang malam ini." Raya tersenyum, tapi Valerie tak dapat mengartikan arti senyum di bibir Raya. Malamnya, Valerie memakai piyama milik Raya. Dia sudah bersiap untuk tidur malam itu usai membersihkan dirinya. Raya belum terlihat sejak dirinya mandi, jad
Pagi itu Valerie merasa terkejut saat mendapati dirinya berada di kamar Noah. Di kamar itu Valerie merasakan aroma Noah meski pemiliknya tidak berada di sana. la turun dari ranjang lalu keluar dari kamar. Tiba tiba ia terkejut saat melihat Noah keluar dari ruang baca dan berjalan ke arahnya. "Tadi malam kamu pingsan, jadi kubawa ke kamarku," jelas Noah. "Apa kamu masih sakit? Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." Valerie menggeleng. la memandang Noah dengan perasaan bersalah. la tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk mengatakan pada lelaki itu bahwa dia telah kehilangan bayinya tadi malam. Valerie yakin jika Noah akan kecewa padanya. "Bisa kita bicara sebentar Noah?" tanya Valerie. Noah mengangguk, ia berjalan ke arah ruang tengah. Valerie duduk di depan Noah dengan kedua tangan saling bertaut karena gugup. "Apa