Share

4. Bertemu Teman Lama

Ditemani secangkir teh hangat, dengan cuaca di siang hari yang mendung, matahari terlihat tidak menampakkan cahayanya karena awan hitam mulai menghiasi langit. Ina menatap buku sketsa yang berada di atas meja dengan seksama, hari ini ia sedang mendesain sebuah gaun yang akan ditampilkan bulan depan pada acara fashion show. Ina menatap takjub pada hasil desainnya, sangat memuaskan. Di sana, sebuah gaun bermodelkan pada bagian dada rendah yang jatuh menjutai ke bawah tanpa ada motif dengan lengan transparan berbentuk terompet. Karena Ina memiliki bayangan jika ini akan menjadi gaun terbaiknya yang akan ia tampilkan. Sebuah gaun pernikahan yang nantinya Ina ingin terlihat memiliki warna yang menyala ketika lampu dimatikan. Dan rencananya, gaun ini akan ia tampilkan pada puncak acaranya.

Ina mendesah lega, ketika ia hampir menyelesaikan desain gaunnya. Lalu, suara pintu yang terketuk membuat ia mendongak. "Ya, masuk," serunya dari dalam.

Pintu terbuka, di ambang pintu Dini berdiri. "Mbak, ada temen yang nyari. Katanya dia sahabat Mbak Ina waktu SMP," kata Dini pada Ina.

Ina menaikkan sebelah alisnya, sebelum akhirnya ia tersadar. "Aaah, suruh masuk aja, Din!" katanya pada Dini.

Dini mengacungkan jempolnya, "Oke Mbak!" balasnya sebelum pergi dari balik pintu.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita masuk dengan balita berjenis kelamin perempuan berada di gendongannya. "Inaaa!" serunya.

Ina menoleh seketika beranjak dari duduknya, berlari kecil menghampiri wanita itu. "Jasmin!" serunya tidak kalah heboh.

Ina langsung saja memeluk Jasmin erat, "Udah lama banget nggak ketemu!"

Wanita bernama Jasmin itu mengangguk menanggapi, "Iya. Udah lama banget."

"Duduk-duduk," kata Ina mempersilahkan. "Mau minum apa?" tanyanya.

"Eh, nggak usah. Aku sebentar aja di sini," kata Jasmin.

"Nggak boleh buru-buru. Udah lama juga kita nggak ketemu! Masa mau cepet-cepet," omel Ina membuat Jasmin terkekeh.

"Air mineral aja," balas Jasmin.

"Serius? Nggak mau jus atau es teh gitu?" tanya Ina.

Jasmin mengangguk meyakinkan, "Seriusan."

"Okeee," kata Ina beranjak dari duduknya, mengambilkan minuman untuk Jasmin.

"Kamu apa kabar?" tanya Ina memulai pembicaraan.

"Alhamdulillah baik, seperti yang kamu lihat," balasnya. "Kamu sendiri gimana?"

Ina tersenyum, "Alhamdulillah baik juga."

"Lucu banget sih, namanya siapa?" tanya Ina menatap gemas pada balita yang ada pada pangkuan Jasmin.

Jasmin menatap bayi yang berada di pangkuannya, tersenyum. "Namanya Julia, Tante."

"Boleh gendong, nggak?" tanya Ina pada Jasmin.

Jasmin tersenyum, mengangguk–memberikan putrinya pada Ina. "Boleh dong."

"Oiya, ngomong-ngomong kamu di Bogor ada acara apa?" tanya Ina pada Jasmin.

"Suami aku, lagi ada acara di sini. Terus dia lagi ketemu sama kliennya, jadilah aku mampir ke butik kamu," balas Jasmin. "Udah lama banget kita nggak ketemu, hampir berapa tahun ya?"

Ina terdiam, mengingat-ingat pertemuan terakhir mereka. "Kita ketemu terakhir itu waktu pernikahan aku, tujuh tahun yang lalu."

"Ah, iya. Bener," kata Jasmin menanggapi.

"Kamu sendiri gimana, sama Amir?" tanya Jasmin.

Ina menaikkan sebelah alisnya, tersenyum simpul. "Alhamdulillah baik kok, doain aja ya biar aku cepet nyusul punya debay juga."

Jasmin mengusap tangan Ina, tersenyum hangat. "Pasti, secepatnya Allah akan kasih kalian momongan."

"Bagi aku, kamu sama Amir itu keren, sabar banget buat nunggu semua ini. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar," lanjut Jasmin. "Pasti nanti Allah bakal kasih kamu yang terbaik buat semua ini."

Rasanya, sudah begitu banyak cerita yang belum mereka ceritakan satu sama lain. Sudah lama tidak berjumpa, terakhir bertemu tujuh tahun lalu. Saat itu, setelah pernikahan Ina, Jasmin tiba-tiba menghilang dan ternyata sahabatnya itu berada di luar negeri untuk melanjutkan studi selama tiga tahun. Bahkan ketika Jasmin menikah, Ina tidak tahu. Lalu tiba-tiba saja, sahabatnya itu datang dengan putrinya. Itu benar-benar mengejutkan Ina.

Dan yang mengejutkan lagi, Jasmin tahu jika Ina memiliki butik karena salah satu fotonya yang lewat di sosial media. Lalu, Jasmin memutuskan untuk mencari tahu tentang itu.

–Mal–

Ina sudah ijin pada Amir, jika ia akan terlambat pulang dan meminta maaf karena juga tidak akan sempat membuatkan makan malam karena ia dan Jasmin akan pergi berjalan-jalan. Untung saja ternyata Amir juga ada klien yang datang tiba-tiba, jadilah suaminya itu akan pulang terlambat. Amir juga berkata, jika dirinya sudah selesai jalan-jalan untuk segera mengabarinya karena Amir akan menjemputnya. Dan mobilnya ia tinggal di butik karena tadi berangkat memakai mobil milik Jasmin.

Mereka sudah mengelilingi mall ini sejak siang hingga sore, dan berakhir ada di salah satu restoran untuk mengisi perut. Barang belanjaan pun sudah ada beberapa kantung. Kebanyakan Jasmin yang membeli untuk Julia, putrinya.

"Oh iya, Na. Kabar mantan kamu gimana?" tanya Jasmin dengan iseng membuat Ina sontak menghentikan aktivitas makannya.

"Hilmi, maksudnya?" tanya Ina membuat Jasmin mengangguk.

"Iya, siapa lagi."

"Oh, dia. Nggak ada kabar sih, sejak hubungan kita berakhir."

"Syukurlah sih, berarti kalian bener-bener lost contact?"

Ina mengangguk, menanggapi kalimat Jasmin. "Aku juga nggak urus," balasnya terkekeh.

"Terus, gimana sama ibu kamu? Sekarang udah baik-baik aja, kan?" tanya Jasmin.

"Udah kok, semua berkat Amir. Dia yang udah ngeyakinin ibu kalo cita-cita aku nggak bisa diremehin gitu aja, terus Amir juga bener-bener ngedukung aku," kata Ina mulai bercerita. "Aku bersyukur banget Amir datang di saat orang yang aku cintai enggak ngedukung aku."

*****

"Gimana ketemu temen lama?" tanya Amir membuka percakapan.

Ina menoleh, menatap Amir dengan senyum lebarnya. "Seneng banget! Soalnya udah lama banget tau ai, kita enggak ketemu."

"Berapa lama?"

"Tujuh tahun, bayangin aja mana lost contact lagi. Terakhir ketemu itu waktu pernikahan kita."

"Seriusan?"

Ina mengangguk, "Duarius deh."

"Bahkan waktu dia nikah aja aku enggak tahu," lanjut Ina.

Amir mengusap kepala Ina singkat, "Nggak papa, yang penting sekarang kalian udah ketemu lagi setelah sekian lama lost contact."

"Iya, kamu bener," balas Ina mengangguk setuju.

"Ai, mampir makan dulu ya, aku laper."

"Iya, kasihan banget suami aku belum makan," seru Ina mengusap rahang Amir dari tempatnya berada.

"Kamu udah makan tadi?"

"Udah, sekalian. Hehe."

"Oke, berarti makan lagi ya!" seru Amir.

Ina menggeleng, "Nggak mau. Kok makan lagi sih! Udah kenyang."

"Nggak papa, biar nggak kurus gitu."

Ina melongo, "Kurus dari mananya sih. Ini aku termasuknya berisi loh, ai!"

"Nggak, kurus tahu itu namanya."

"Sebahagianya Amir deh," balas Ina. Amir terkekeh, menggoda istrinya adalah hobi terbaru baginya sejak mereka menikah.

Amir suka menggoda Ina, apalagi ketika istrinya marah hingga sedang merajuk. Baginya, Ina terlihat cantik berkali-kali lipat dan itu mampu membuat Amir jatuh cinta lagi dan lagi dengan semakin dalam pada wanita itu. Istrinya, Alainanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status