“Selamat pagi, Nona Aubree.” Seorang pelayan menyapa Aubree yang baru saja keluar dari kamar.“Pagi,” jawab Aubree dingin, dan raut wajah tanpa ekspresi.“Nona Aubree … Nyonya Delina sudah menunggu Anda sarapan,” ujar sang pelayan memberitahu dengan sopan pada Aubree.Aubree menganggukan kepalanya. Aubree tak mengatakan sepatah kata pun. Dia langsung melenggangkan kakinya memasuki ruang makan. Tampak pagi ini Aubree begitu cantik dan cerah dengan balutan dress berwarna kuning dengan motif bunga kecil.“Morning, Mom.” Aubree menyapa ibunya seraya memberikan kecupan di pipi ibunya itu.“Morning, Sayang,” jawab Delina hangat.Saat Aubree duduk di kursi meja makan, para pelayan langsung menghidangkan makanan kesukaan Aubree. Tentunya itu adalah menu makanan sehat. Aubree tak sembarangan dalam memilih makanan. Aubree memiliki jadwal khusus kapan dirinya bisa makan bebas. Bisa terhitung dalam satu minggu hanya satu atau dua kali Aubree bisa makan bebas. Itu pun tetap dalam batas tertentu. M
“Nona Aubree?” Cedric menyapa dengan sopan kala Aubree baru saja keluar dari lift, dan melangkah menuju ruang kerja Nathan.“Aku ingin bertemu dengan Nathan,” jawab Aubree dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi.Cedric terdiam beberapa saat. Sebelumnya Cedric memang sudah mendengar dari Tuannya kalau hari ini Aubree akan datang. Itu kenapa Cedric tak terkejut melihat kehadiran Aubree. Lagi pula selama ini memang Aubree sering datang tanpa memiliki janji lebih dulu dengan Nathan. Cedric sudah sangat hafal sifat dari calon istri Tuannya itu.“Tuan Nathan ada di ruang kerjanya, Nona. Beliau baru saja selesai meeting,” jawab Cedric sopan.“Thanks.” Aubree melangkah dengan anggun memasuki ruang kerja Nathan. Cedric dan dua sekretaris Nathan yang ada di sana mereka langsung membungkukan badan mereka kala Aubree sudah berjalan menuju ruang kerja Nathan.“Nathan.” Aubree membuka kenop pintu Nathan. Tampak senyuman di wajah Aubree terlukis kala melihat Nathan yang tengah fokus pada M
‘Kylie?’Nathan nyaris tak percaya dengan apa yang dia lihat ini. Wajah wanita yang ada di hadapannya itu tak mungkin Nathan lupakan. Dalam diam, tatapan Nathan tak henti-hentinya menatap manik mata perak yang ada di hadapannya. Seolah tatapan itu membuat Nathan hanyut ke aliran sungai yang entah berujung ke mana.Kylie bergeming. Bukan hanya Nathan yang menatapnya tapi dia pun menatap pria itu. Ya, Kylie Alessio memberikan tatapan penuh maksud pada Nathan. Baik Nathan dan Kylie merasa bahwa hanya mereka berdua yang ada di restoran itu. Bahkan mereka seperti mengabaikan Aubree di sana. Mereka berdua saling bertatapan begitu dalam dan menghanyutkan.Kening Aubree mengerut melihat Nathan dan Kylie saling bertatapan. Sepasang iris mata hijau Aubree menatap penuh interogasi Nathan yang tak henti menatap Kylie. “Kalian saling mengenal?” tegur Aubree dengan nada tegas, dan sontak membuyarkan lamunan Nathan dan Kylie.“Ah, hai, Aubree. Lama kita tidak bertemu.” Kylie mengalihkan perhatian Au
Nathan melangkah memasuki pethouse miliknya dengan raut wajah yang tampak kesal. Pagi ini sudah cukup Aubree membuatnya sakit kepala dengan tuduhan-tuduhan tak warasnya. Lalu siangnya Nathan masih harus menghadapi Joseph—adiknya yang terkenal pembawa masalah. Ya, tadi Joseph pun menunjukan padanya pesan yang dikirimkan pada Aubree. Di sana jelas kalau memang Aubree tidak membalas pesan yang dikirimkan oleh Joseph. Lebih tepatnya satu-satunya perempuan yang tak membalas pesan Joseph hanyalah Aubree. Untuk hal ini Nathan tak cemburu. Dia tak mungkin cemburu. Hanya saja adiknya itu selalu mencari-cari masalah. Itu yang membuat Nathan menjadi emosi.Nathan menjatuhkan tubuhnya di sofa; pria itu membuka dasi yang masih mengikatnya ke lehernya, dan meletakan dasi itu sembarangan. Detik selanjutnya, Nathan mengambil wine yang sudah tersedia di atas meja—lalu ditegaknya kasar.Kini Nathan mulai menyandarkan punggungnya ke sofa seraya memejamkan mata lelah. Tiba-tiba dikala Nathan tengah sedik
“Scarlett adalah kakak iparku dan teman masa kecilku. Aku tidak memiliki hubungan khusus seperti yang kau pikirkan. Berhenti berpikiran konyol. Aku tidak mau lagi mendengar hal-hal konyol keluar dari mulutmu.”Suara Nathan berseru dengan tegas kala mobilnya telah tiba di mansion Aubree. Ya, sepanjang jalan tadi Nathan masih bungkam karena dia menunggu dirinya mengantarkan Aubree hingga tiba ke depan rumah gadis itu. Nathan memang menahan diri untuk berbicara. Lebih tepatnya Nathan mengindari perdebatan.Aubree bergeming. Gadis itu masih membisu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Lidahnya seperti terkunci, dan tak mampu mengeluarkan kata-kata. Bak terhipnotis; Aubree seperti tidak lagi mengingat apa yang membuatnya marah.“Turunlah. Aku harus kembali ke perusahaanku,” tukas Nathan dingin dan tegas.Aubree menganggukan kepalanya pelan. Gadis itu masih tak bisa mengeluarkan kata. Entah apa yang terjadi padanya. Nathan tak mau lagi menanyakan perubahan sifat Aubree.Saat Aubree sudah turu
Sebuah ruang rias mewah dipenuhi dengan beberapa asisten dari make up artist ternama yang tengah menyiapkan segala kebutuhan rias. Tampak di kursi meja rias ada Aubree yang tengah dirias dengan make up yang tentunya glamour. Sesuai dengan permintaan gadis itu, dia ingin make up yan terlihat glamour tapi tak berlebihan. Ya, hari ini adalah hari yang telah dinanti nantikan oleh Aubree. Hari di mana Aubree sebentar lagi akan menikah dengan Nathan—pria yang begitu dia inginkan dan cintai.“Perfect … Anda memiliki wajah yang sangat cantik, Nona. Kulit Anda begitu halus dan mulus layaknya bayi baru lahir. Sebenarnya tanpa riasan pun Anda sudah memiliki paras yang luar biasa cantik.” Sang make up artist berucap memuji kecantikan Aubree kala Aubree baru saja dirias.“Thanks,” jawab Aubree datar dengan senyuman puas melihat wajahnya sempurna.“Nona, mari saya bantu Anda untuk mengganti gaun Anda,” ujar sang make up artist sopan.Aubree menganggukan kepalanya. Lalu dia bangkit berdiri dibantu o
Selama resepsi pernikahan berlangsung, Aubree terus mengulas senyumannya menyapa para tamu undangan yang hadir di pesta pernikahannya. Tak hanya para tamu undangan saja keluarga besarnya dan keluarga besar Nathan pun menyapa dirinya. Bisa dikatakan jumlah keluarga Nathan cukup banyak. Mengingat Nathan adalah empat bersaudara. Ditambah Nathan pun memiliki banyak sepupu. Tentu, Aubree menyambut saudara-saudra Nathan dengan senyuman anggun di wajahnya.Kini tatapan Aubree mulai teralih pada alunan piano yang dimainkan. Dan seketika raut wajah Aubree berubah melihat Athena—kakak ipar Nathan tengah bermain piano dan dikelilingi lima anak-anaknya. Ya, Justin dan Athena memiliki lima orang anak. Hal itu membuat hati Aubree sedikit merasa iri. Dilihat Justin dan Athena seperti pasangan yang saling mencintai. Ditambah anak-anak Justin dan Athena sangatlah menggemaskan. Tak memungkiri melihat Athena bisa sepuasnya bermain piano membuat rasa iri Aubree semakin bertambah.“Aku baru tahu Athena bi
“Cepat habiskan sarapanmu, setelah selesai sarapan aku akan membawamu ke penthouse-ku. Hari ini banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”Suara Nathan berucap dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi. Ya, kini Nathan tengah sarapan bersama dengan Aubree di kamar pengantin mereka. Seperti layaknya pangantin baru mereka sarapan di kamar dengan tampilan menu yang tampak romantis. Namun, sayangnya itu membuat Nathan sedikit jijik. Menu sarapan yang banyak sekali bunga mawar merah yang terhias. Tapi Nathan berusaha menerima. Bagaimanapun dirinya dan Aubree adalah pengantin baru. Tak heran banyak sekali hiasan bunga mawar merah yang identik sebagai hiasan dari pasangan yang baru saja menikah.“Nathan … hari ini kau akan bekerja?” tanya Aubree seraya menatap Nathan yang tengah berkutat dengan iPad di tangannya. Gadis itu tengah menikmati sandwich sayur sebagai menu sarapannya pagi ini.“Aku akan bekerja di apartemenku. Tidak di kantor,” jawan Nathan datar.Hari ini Nathan sengaja