Hari berikutnya Damar Wulan kini berangat bersama. Sebelum kekantor Damar terlebih dahulu mengantar Wulan ke kampusnya. Dalam perjalanan menuju kampus, Wulan nampak terdiam tak tahu harus bicara apa pada Damar. Padahal ada banyak hal yang ingin ia ungkapkan namun, rasanya begitu sulit untuk ia sampaikan."Lan, kakak mau bicara sebentar, bisa kita menepi dulu? Em... Apa kau tidak sibuk?""Tidak Kak, Wulan juga ingin bicara dengan Kakak," ucap Wulan ada sang kakak angkat.Akhirnya mobil mereka pun menepi, ditempat yang lumayan sepi. Tak jauh dari kampus Wulan. "Lan, kakak besok akan ke Jerman hanya untuk sepuluh atau paling lama dua minggu, tapi setelah pulang dari Jerman kakak, akan langsung bilang ke Mamah, Papah tentang hubungan kita, terserah kamu setuju atau tidak, kakak tidak bisa lagi menahan lebih lama!" tegas Damar pada Wulan. Pria itu sudah tak peduli lagi tentang apapun yang akan terjadi nantinya."Tapi kak, kalau mereka menentang hubungan kita bagaimana?""Kita kabur, atau b
Pagi harinya, Wulan terbangun dari tidurnya. Wanita yang masih dalam keadaan polos itu, begitu terkejut saat ponselnya berdering begitu nyaring. Wulan pun akhirnya bangkit dan melihat siapa yang telah meneleponnya pagi-pagi sekali.Karin, nama yang tertera di layar ponselnya. Karin rupanya menghubungi sahabatnya itu pagi-pagi sekali. Ia ingin memberitahukan jika nyonya Laura menelponnya dan menanyakan keberadaan Wulan. "Hallo assalamualaikum iya Rin," sapa Wulan masih dengan posisinya yang hanya mengenakan selimut, ditambah lagi tangan Damar yang melingkar tepat dibawah dua gundukan sintal miliknya."Wulan kamu sama Kak Damar ...." pekik Karin seraya melongo saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kini penampilan dan keadaan sahabatnya itu."Akhhh!!" Wulan berteriak dan langsung menutup telponnya dengan cepat. Sontak saja teriakan Wulan membuat Damar terusik. Sementara, disebrang sana Karin masih terdiam shock dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu."Sayang kena
Damar dan Wulan kini sudah benar-benar lega. Berbekal selembar surat bermatrai dengan dibubuhi tanda tangan keduanya serta dua orang saksi. Ditambah foto dan video saat Damar mengucapkan ijab kabul. Menjadi bukti kuat pernikahan mereka. Damar memang sengaja membuatnya sebagai dokumentasi, yang mungkin saja akan sangat berguna kelak.Pria itu juga benar-benar menepati kata-katanya, yang ingin bulan madu bersama Wulan. Sampai-sampai pria itu menyewa sebuah rumah di tepi pantai untuk mereka tinggali selama satu minggu kedepan.Senyum bahagia di bibir Damar tak pernah luntur sedari tadi. Pandangannya terus tertuju pada sosok wanita yang tengah bercengkrama sambil memasak menu makan malam bersama sahabatnya Karina."Bro gue balik ke Jakarta sekarang ya?" pamit Riko pada sahabat sekaligus bosnya itu."Makan dulu lah Rik, bentar lagi bini gue selesai tuh masaknya." Damar berkata dengan bangganya mengakui Wulan sebagai istrinya."Elahh iya, iya yang udah punya bini," ucap Riko dengan raut waj
Pukul dua dini hari, Damar dan Wulan kembali melakukan kegiatan panas mereka. Setelah sebelumnya mereka telah bertempur dan beristirahat di jam setengah dua belas malam. Kini, sepasang pengantin baru itu kembali mengulang kegiatan panas mereka. Suara rintihan dan desahan kembali terdengar oleh Karin dan Riko."Ya ampun Wulan nggak cape apa dia?" ucap Karin seraya keluar dari kamarnya."Gila si Damar gencar banget dia ampun deh." Tak berselang lama, Riko juga keluar dari kamarnya. Pria itu memilih keluar dari pada harus berlama-lama berada di kamar. Mendengar suara-suara yang malah membuat hasratnya terpancing. Tidak munafik, Riko adalah pria normal mendengar suara-suara seperti itu pasti membuat hasratnya terpancing.Riko berjalan menuju teras depan di sana ternyata sudah ada Karin yang tengah menatap pantai lepas di depannya. "Belum tidur atau kebangun?" tanya Riko pada Karin seraya mendudukkan dirinya di samping wanita itu."Eh, Kak Riko, em... Kebangun Kak." Karin menjawab dengan s
Pagi harinya Wulan sudah terbangun terlebih dahulu. Wanita berparas cantik itu, langsung mandi kemudian berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan. Tak lama kemudian Damar datang dari arah kamar mereka. Pria itu juga sudah terlihat fresh setelah membersihkan diri."Pagi sayangnya Kakak," ucapnya menyapa sang istri seraya memeluknya dari belakang."Pagi Kakak sayang." Wulan membalas tanpa menghentikan kegiatannya. Wanita itu kini tengah memasak nasi goreng seafood untuk sarapan mereka."Sayang, kanapa kau tidak membangunkan ku hem," ucap Damar seraya meraih wajah Wulan untuk menghadap padanya. Damar kemudian melumat bibir Wulan dengan lembut."Kak, aku lagi masak nih." Wulan merengek mendorong pelan tubuh Damar. Sontak saja aksi Wulan menghentikan kegiatan pria yang tengah asik melahap bibir manisnya."Kalau begitu matikan dulu sayang," ujar Damar seraya mematikan kompor dan kembali meraih wajah Wulan. Pria itu kemudian kembali melanjutkan kasinya. Mencium bibir sang istri yang begit
Satu minggu sudah Damar dan Wulan berada di pulau bidadari. Kini waktunya untuk mereka berdua pulang. Sementara, Riko dan Karin sudah lebih dulu pulang lima hari yang lalu. Iya, Riko dan Karin pulang setelah dua hari mereka menginap disana."Assalamualaikum warahmatullahi wabarokattuh mamah ...." sapa Wulan saat dirinya sudah sampai di rumah."Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokattuh, sayang...." Nyonya Laura menjawab dengan senyum sumringah. Wanita itu begitu senang melihat putri kesayangannya sudah kembali."Mamah Wulan kangen," ujar Wulan seraya memeluk sang mamah."Mamah juga sayang." Nyonya Laura menciumi semua bagian wajah sang putri dengan derai air mata. Entah kenapa hati wanita paruh baya itu mendadak terasa sedih, saat melihat wajah putrinya itu."Loh kok Mamah nangis si?""Nggak sayang mamah hanya kangen kamu nak,""Ya ampun Mamah aku hanya pergi camp selama satu minggu dan sekarang sudah pulang dengan selamat, lalu apa yang bikin mamah sedih?""Entahlah sayang, semingu
Damar akhirnya pulang kerumah malam harinya. Dirinya begitu merindukan sang istri tercinta. Sampai-sampai rencananya untuk pulang besok pagi ia urungkan. Baginya satu detik saja sangatlah berharga, ketika bisa melihat Wulan. Apalagi lusa ia akan pergi ke Jerman, untuk urusan bisnisnya. Damar ingin selalu menghabiskan sisa waktunya bersama Wulan. Apalagi kini, Wulan sudah sah dan halal untuknya. Jika saja bisa, Damar ingin sekali membawa Wulan bersamanya. "Mar, besok kamu jadi berangkat ke Jerman?" tanya sang mamah disela-sela acara makan malam mereka."Jadi Mah, memangnya kenapa?" Bukan Damar yang menjawab melainkan tuan Prabu yang menjawab pertanyaan sang istri."Nggak Pah, besok kan kita pergi ke—" Menggantung nyonya Laura tak melanjutkan perkataannya. Wanita paruh baya itu memilih memberi tatapan isyarat pada sang suami, jika besok adalah jadwalnya untuk cek up."Em... Damar, sepertinya keberangkatanmu harus ditunda lagi, karena ternyata besok adalah jadwal rutin papah untuk m
Pagi-pagi sekali nyonya Laura dan Tuan Prabu telah berangkat ke bandara. Diantar oleh Damar dan Wulan. Mereka berangkat ke Singapura untuk lima hari kedepan.Untuk itu selama lima hari kedepan Wulan dan Damar bisa berduaan lagi tanpa ada pengganggu. Kini, setelah mengantar kedua orangtuanya. Mereka memutuskan untuk pergi ke apartemen Damar untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal disana.Namun, saat mereka menaiki lift, mereka berpapasan dengan seseorang. Orang itu adalah Kinan dan Riko. Rupanya keduanya baru saja keluar dari apartemen Riko. Ternyata apartemen Riko dan Damar terkeletak di gedung dan lantai yang sama.Mengingat Riko adalah sahabat baik Damar. Jadi, tak heran jika pria itupun memiliki apartemen di lantai yang sama. "Karin, ya ampun nggak nyangka ketemu kamu disini, oh iya kenapa hari ini kamu nggak kuliah?" sapa Wulan memeluk sahabatnya itu. Seraya menanyakan tentang mengapa sang sahabat tidak masuk kuliah selama dua hari ini. Iya, rupanya setelah melakuaknya