Willian melompati bebatuan dan berlari cepat di hutan kegelapan, ia telah berhasil mendapatkan cawan itu dan bermaksud untuk membawahnya ke kastilnya lalu memulai ritual untuk menyembuhkan Livia.
Willian akan menggunakan batu jiwanya sendiri untuk membuat Livia menjadi lebih kuat, sehingga mampu untuk menahan efek dari sihir jiwa dari pengobatan menggunakan cawan penyihir putih.
Willian tidak menyadari bahwa sejak tadi ia telah di ikuti, dan semua yang Willian lakukan sudah berjalan sesuai dengan rencananya. Tiba-tiba William merasakan tubuhnya yang tidak bisa di gerakan dan kaku.
“Akh!!!” Teriak Willian merasakan sebuah pedang yang menusuk jantungnya.
Willian melihat pedang yang menusuk jantunnya, pedang itu di kendalikan dengan sihir. Jika Willian seorang vampire biasa, sudah pasti Willian langsung mati dan berubah menjadi abu, karena pedang yang menusuk jantungnya bukanlah pedang biasa.
Tiba-tiba sesosok wajah berdiri di depannya, me
Suasana hutan begitu sunyi, seolah semua mahkluk-mahkluk malam sedang bersembunyi ketakutan ketakutan dengan apa yang sedang terjadi.Mora mengelengkan kepalanya tidak setuju dengan pilihan masternya, Mora menatap Gerald memohon kepadanya agar Gerald menyelamatkan masternya, Gerald yang melihat itu memeluk tubuh istrinya erat.Posisi Gerald yang menghalangi Mora dan berada di jarak yang cukup jauh membuat Willian tiadak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Willian hanya bisa melihat punggung Gerald yang bergetar, tidak tahu apa yang terjadi.“Mora...” Cicit Gerald memohon kepada istrinya.Gerald tahu bahwa Mora memilih mengorbankan diri untuk masternya, tatapan wanita itu mengatakan semuanya dengan jelas.“Jangan membenci masterku,...jika bukan karenanya aku tidak akan bertemu denganmu...” Cicit Mora melihat iba kepada Gerald.“Dia memilihmu...” Ujar Gerald rendah.Mora mengeleng pelan,
Ashlyn keluar dari kamar mandi menggunakan sehelai handuk yang melekat di tubuhnya, Ashlyn baru saja selesai membersihkan diri setelah beraktifitas seharian. Ashlyn berjalan ke arah lemari pakaian untuk mengambil pakaian, namun beberapa saat kemudian Ashlyn merasakn ada yang menatapnya tajam.Ashlyn menoleh ke arah jendela dan melihat seseorang yang menatapnya tajam. mata Ashlyn melihat terkejut siapa yang ada di sudut ruangan, di sana Luke yang berjalan mulai mendekat kearahnya, nampak lelaki itu begitu mengintimidasi saat melihat ke arah Ashlyn.“Kau! Apa yang kau lakukan? Mengapa Kau ada di sini?” Tanya Ashyn panik.Namapk Luke tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia terus melangkah mendekat ke arah Ashlyn. Suasana yang tegang begitu terasa saat Luke semakin dekat selangkah demi selangkah ke arah Ashlyn, pandangan datar lelaki itu membuat Ashlyn semakin ketakutan.“Berhenti!...Jangan mendekat!” Teriak Ashlyn.Luke ti
“Jika anda diam dan hanya menjauh itu tidak akan mengubah apapun.” Ujar Pira.Pira dan Willian melihat Ashlyn yang duduk sendirian di taman kastil, dari balik pohon. Mereka berdua sudah sejak tadi melihat Ashlyn yang nampak bosan sendirian, karena Willian yang memang sengaja menghindarainya.“Apa kau melihatnya Pira, dia semakin mirip dengannya. Tingkahnya sangat manja dan senyumannya, bahkan ia juga sangat keras kepala.” Ujar Willian.“Tentu saja tuan, keturunan nona Mora memiliki itu semua.” Jelas Pira datar.Willian serasa menjatuhkan wajahnya mendengar jawaban datar dari Pira, Willian seolah di ingatkan selama hampir dua ratus tahun ia berada di hutan kegelapan, Pira adalah satu-satunya mahkluk yang bicara dengannya dengan nada datar dan tampa ekspresi.Willian menghela nafasnya, mengingat ia tidak pernah sekalipun menemui anak Mora, dan kepada Ashlynlah ia bisa bertemu. Keturunan Mora, dan sekarang aka
Ashlyn berlari ke arah Willian yang jatuh tersungkur, nampak tubuh itu mengeluarkan banyak darah dari lukanya. Tubuh Willian yang melemah kembali seperti biasa, taringnya menghilang dan kukunya juga telah kembali kebentuk semula.Belum sampai Ashlyn mendekati Willian, ia melihat bagaimana Willian yang jatuh tersungkur terus menerus menerima pukulan dari Luke, hingga batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Ashlyn melihat bagaimana Luke yang tidak memiliki belas kasian sama sekali memukuli Willian tampa henti.“Berhenti!!!” Teriak Ashlyn.Luke tidak memperdulikan teriakan Ashlyn yang berlari ke arahnya, Luke mencabut pedang yang menusuk Willian dan kembali ingin melayangkan pedang itu ke leher Willian.Melihat itu, Ashlyn berlari sekuat tenaga dan langsung memeluk tubuh Willian untuk melindungi tubuh vampire itu dengan tubuhnya dari serangan Luke.Ashlyn menutup mata, menanti pedang yang akan menebas punggungnya, Ashlyn sudah si
Ashlyn pergi ke dapur pack untuk melihat apakah ada makanan yang bisa ia makan, kondisinya yang sedang hamil sering sekali membuat Ashlyn merasa lapar, dan ia sangat malas meminta tolong kepada pelayan pack untuk membawahkannya makanan atau mebuatkannya cemilan mengingat bagaimana semua pelayan itu melihatnya tidak suka.Ashlyn membuka kulkas pack dan melihat beberapa bahan makanan, dan buah. Melihat itu Ashlyn berencana membuat beberapa kue kering untuk ia bawah ke kamarnya, yang akan dengan mudah ia makan jika merasa lapar.Ashlyn membuka semua lemari penyimpanan yang ada di dapur itu dan mencari semua bahan dan peralatan yang ia butuhkan. Ashlyn tahu pelayan-pelayan yang melihat merasa tidak suka dengan tindakannya dan membicarakannya.Namun Ashlyn sendiri memilih tidak memperdulikan siapapun di pack ini, Ashlyn menutup mata dan telinganya untuk semua yang ia lihat dan dengar. Ashlyn hanya akan bersikap sesuai dengan orang
Dokter Elon yang menyadari kedatangan Luke berdiri dan melihat Alfanya itu, Dokter Elon tidak merasakan tekanan dari scene Alfa Luke itu karena dirinya adalah seorang omega, akan sangat berbeda jika dokter Elon adalah seorang beta atau warrior, mungkin sekarang ia tidak akan bisa berdiri dengan benar akibat tekan kuat dari scene seorang Alfa.“Alfa...apa yang membawah anda ke sini?” tanya Dokter Elon sopan.“Aku ingin bicara dengan Ashlyn, berdua.” Tekan Luke dengan kalimatnya.Dokter Elon sedikit menaikan alis matanya, namun ia tidak bisa membantah apa yang di katakan oleh Alfanya itu. Ia melihat Ashlyn sebentar untuk berpamitan dan kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.Ashlyn menghela nafasnya dan kemudian mengalihkan pandangannya ke tempat lain, rasanya Ashlyn sangat malas jika harus berdebat dengan Luke sekarang. Karena di lihat dari wajahnya saja, lelaki akan memulai pertengkaran dengannya.
Suasana pondok sangat tenang, hanya terdengar suara kuali ramuan yang di aduk dan air mendidih dari ramuan yang sedang di buat Pira. Ruangan yang biasanya cukup luas untuk di tinggali itu terasa cukup sempit siang ini, karena satu ruangan yang menjadi satu memperlihatkan semua yang dilakukan penghuninya tampa memiliki batas sedikitpun.Willian melihat punggung kecil itu dari tempatnya duduk, posisi kuali yang ada di tengah ruangan, membuat Willian tidak bisa mengalihkan pandangannya dari apa yang Pira lakukan. Mahkluk kecil itu sejak tadi yang hanya sibuk membuat ramuan, tampa mempedulikan Willian, seolah Willian tidak ada di ruangan itu.Saat keheningan masih terjadi, tiba-tiba sebuah pananh menembus atap yang terbuat dari kulit itu, membuat Pira dan Willian cukup terkejut, karena mereka tidak merasakan kehadiran siapapun, namun sekarang mereka mendapatkan serangan.Willian dan Pira saling berpandangan. Dan saling mengangguk, mengerti dengan kode mata dar
Sebuah bangunan nampak begitu kotor dengan lumut yang tumbuh di dinding-dindingnya, bangunan itu mengeluarkan aroma yang cukup menusuk hidung dan membuat yang mencium aromanya akan merasa mual, jika pertama kali menciumnya.Dari bangunan itu terdengar beberapa kali suara dentuman keras, suara itu di duga berasal dari benturan keras tubuh yang menabrak dinding. Nampak tubuh yang menahan rasa sakit itu mencoba bangkit kembali setelah beberapa kali menerima pukulan keras dengan ilmu sihir.Namun karena tubuhnya yang tidak kuat menahan sihir yang tepat mengenai dadanya tubuh itu kembali jatuh telungkup di lantai kotor bangunan tua itu.“Kenapa kau begitu bodoh?” Bentak sebuah suara.“Ma-afkan... saya master!” Jawab tubuh lemah itu menahan sakit.“Jika kau melakukan kesalahan lagi, aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah, meskipun kau anakku.” Ujar suara itu lagi.“Aku berjanji...akan lebih b