Semua Bab UNSPOKEN PAIN: Bab 21 - Bab 30
52 Bab
Bagian 20 : Dialah Pemenangnya!
Ilana menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Selesai percintaan yang panas setelah dia kesal pada Harry dan berakhir bercinta yang panas dan liar bersama Barry. Ya dia gila! Ilana melihat ke arah kamar mandi melihat Barry yang baru keluar dari keluar mandi dengan tubuh telanjang. Dia tak mengerti dengan hidupnya terutama dia tak mengerti dengan dirinya apa yang dia mau sebenarnya apa. Ilana masih mencari-cari apa yang sebenarnya yang hilang dari dirinya. "Mau makan?" tanya Barry sambil memakai kembali semua pakaian miliknya. Jika orang lain bercinta melibatkan perasaan, tapi Ilana tidak memiliki perasaan pada Barry. Bagi dia hanya teman. Ya hanya satu kata itu. Tanpa embel-embel teman spesial atau teman bercinta atau teman hidup. Itu terlalu jauh. Ilana mengucek matanya, sebenarnya sedikit mengantuk, tapi dia tahu otaknya sedang berperang dan bertanya-tanya apa mau hatinya. Apa sebenarnya dia cari. Di saat adiknya sudah menikah dan
Baca selengkapnya
Bagian 21 : Wanita Munafik!
Ilana duduk memeluk Barry, duduk di pangkuan laki-laki itu dan memeluknya. Entah kenapa hatinya makin jauh dari Harry. Dia seperti tidak membutuhkan laki-laki itu lagi. Hanya bisa menarik napas panjang dan menerawang jauh, berpikir kemana seharusnya dia melangkah tapi semesta tidak mendukungnya. Dia bersandar dengan nyaman di dada Barry, kadang dia tak ingin pulang. Dia ingin bersama laki-laki ini, tapi ada tembok besar yang menghalangi di sana dan tidak bisa dirobohkan. "Kamu mau makan nggak? Aku udah janji mau masak buat kamu kan?" Ilana mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Barry. Laki-laki ini benar. Ilana terlalu banyak berpikir sekarang, bukan dia mengkhawatirkan tentang perkataan orang lain padanya tapi bagaimana perasaan mengambang yang dia rasakan. Ilana dilanda keraguan. "Okay, masak sana." Ilana berdiri dari dada nyaman itu dan duduk dengan benar. Wanita itu meneliti keadaan sekeliling, jam seperti ini belum banyak pe
Baca selengkapnya
Bagian 22 : Tanggal Pernikahan!
Ilana menutup matanya dan memegangi pipinya yang terasa begitu memanas. Seumur hidupnya dia tak pernah ditampar, biasanya dia yang berani melakukan hal itu, tapi saat dia merasakan hal itu dia hanya terdiam dan merasakan sakit hati yang luar biasa. "Kamu!" Barry murka dan mendekati Alena yang menatap mereka penuh kebencian. Ilana menangkap tangan Barry dan menggeleng, Barry langsung beringsut mundur. "Sebenarnya, aku nggak pernah berniat untuk dekat sama dia. Tapi kayaknya aku lebih pantas." ucap Ilana selangkah lebih maju mendekati Alena. Ilana tetaplah Ilana, dia tidak akan merasa bersalah atau terpojok dengan masalah apapun. "Kau munafik!" Alena langsung menunjuk Ilana, wanita itu langsung menepis tangan Alena dan menatap Alena tajam. "Oh yeah, aku dari dulu munafik. Memang bukan wanita baik-baik di mata orang. Dari dulu aku udah bobrok duluan, jadi apa yang kau harapkan berteman dengan ak
Baca selengkapnya
Bagian 23 : Dia Tidak Mencitaimu!
Entah stress atau bagaimana, Ilana menghabiskan banyak kacang mete setoples dan rasanya tak puas sama sekali. Wanita itu masih mengunyah, duduk di sofa dan hanya ingin bermalas-malasan. Bahkan Ilana belum mandi, hanya memakai piyama kesayangannya duduk sambil nonton TV walau pikirannya sedang berada di luar rumah. Dia memikirkan banyak hal, tapi yang dia pikirkan bagaimana menghadapi pernikahan ini, jika dia masih dilanda keraguan tapi pernikahan itu semakin jelas di depan mata. Menarik napas panjang, Ilana menyesap minuman bersoda dan bersendawa dengan suara keras. Melati hanya melihat Ilana diam. "Melati mau makan apa hari ini?" tanya Ilana sambil tangannya memasukan kacang mete satu genggam ke dalam mulutnya. "Apa aja, Kak." "Nasi padang, enak." Melati hanya mengangguk. Ilana menunduk. Orang tuanya juga sudah tahu pernikahan ini. Bundanya sibuk
Baca selengkapnya
Bagian 24 : Kisah Kelam!
Harry tak bisa berkutik ketika rahasia yang dia pegang sendirian dan hanya dia yang tahu bisa-bisanya tersebar sampai kesana.  "Kenapa? Heran?" tanya Barry menantang. Dia merasa seperti seorang pahlawan kesiangan yang datang menyelamatkan sang ratu yang hampir diterkam monster jahat.  Laki-laki itu hanya berdiri.  "Kamu tak usah merasa bersalah, Nana. Karena Harry hanya jadikan kamu sebagai tameng. Dia kurung adiknya dalam rumah itu karena dia bebas pakai. Si bajingan ini perkosa adiknya saat masih SMP! Adora pernah keguguran, makanya dia pernah menunda kuliah satu tahun."  Harry tahu, ketika hal ini terbongkar maka hubungan bersama Ilana selesai. Padahal dia ingin memperbaiki diri, tobat, punya istri dan Adora tetap sebagai adiknya. Sedari kecil, Harry yang merawat adiknya, tapi saat gadis itu remaja gejolak lain dalam dirinya timbul. Ada hasrat ingin melindungi Adora sekaligus m
Baca selengkapnya
Bagian 25 : Berteman Dekat Dengan Rasa Sakit!
"Abang!" Seorang bocah berusia tujuh tahun memanggil Abangnya yang sedang bermain basket.  Gadis itu baru saja diadopsi dari panti asuhan begitu juga dengan sang Abang yang diadopsi tiga tahun yang lalu. Mereka beruntung diadopsi oleh sebuah keluarga harmonis tapi sayang sang istri selalu keguguran saat hamil muda hingga 14 tahun pernikahan dan mereka memutuskan mengadopsi anak. Setelah melihat Abangnya yang pintar dan kesepian mereka mengadopsi lagi sang adik yang sudah lima bulan menempati rumah ini. Awalnya dia gadis pendiam, tapi melihat Abangnya mengayomi dan mengajarkan banyak hal si adik jadi dekat dengan Abangnya dan tak segan-segan untuk bermanja-manja dengan sang adik.  "Tepi sana! Nanti jidatnya kena bola, ngadu Mama. Nanti Abang tak boleh lagi main basket." usir sang Abang. Adora langsung manyun. Dia ingin main basket juga karena terlihat sangat seru walau tidak pernah melempar tepat di dalam ring seperti Abangnya yang
Baca selengkapnya
Bagian 26 : Test Pack
Masa putih abu-abu merupakan masa paling indah di saat kamu merasakan bagaimana menjadi remaja seutuhnya dan rasa penasaran yang begitu tinggi untuk mengenal lawan jenis dan penasaran dengan semua hal baru. Adora memasuki masa SMA dengan perasaan hampa. Tidak ada euforia yang dia rasakan seperti teman sebayanya. Kebahagiaan itu telah direnggut habis, dia sangat membenci Harry karena laki-laki itu merebut semua kebahagiaan yang dia rasakan. Kotak bahagia dan kotak tertawa miliknya dicuri dan tidak akan bisa dikembalikan. Adora berdiri di lapangan melihat teman-temannya berinteraksi, menggosip banyak hal, kadang rasanya dia punya keberanian untuk menceritakan semua yang dia rasakan di rumah itu, tapi pita suaranya seolah putus dan mulutnya juga ikut dijahit jadi dia tak bisa mengadu, kecuali menerima semua itu dengan hati yang hancur! Perhatian Harry tidak lagi wajar, Adora risih, tapi dia tak berani melawan. J
Baca selengkapnya
Bagian 27 : Takdir Selucu Ini!
Jika setan dan Harry berlomba dalam hal melakukan kejatahan, maka, setan juara dua. Setelah kebejatan yang dia lakukan pada Adora hingga menyerang jiwa gadis itu, dan berakhir hamil, sekarang Harry memaksa Adora agar mengugurkan anak itu. Harry ingin aborsi. Adora hanya menangis sepanjang perjalanan, tapi Harry tak peduli, laki-laki itu ingin melenyapkan bayi itu karena hubungan terlarang ini tak ada yang boleh tahu, terutama Adora masih sekolah. Diam-diam Harry jadi memikirkan cari pasangan, semua hanya dia jadikan kambing hitam, agar dia terlihat seperti laki-laki normal lainnya, walau wanita yang dia lihat hanya adiknya, bukan siapapun. Jikapun wanita itu masuk dalam hidupnya, dia akan jadi yang kedua setelah Adora. Dora adalah ratu yang bertakhta di sanubarinya, bersemayam indah di sana dan takkan tergantikan. "Nggak mau!" Adora mencoba memohon, tapi sudah Harry ikat hingga gadis itu tak bisa melakukan apa-apa. "Do
Baca selengkapnya
Bagian 28 : Harry, Monster Berupa!
Harry sering memperhatikan perempuan ini. Dia cantik, terlihat mandiri, dan tegas. Dia suka melakukan semuanya sendirian kecuali beberapa kali duduk bersama Abangnya. Kenapa Harry tahu? Karena dia mencuri dengar, bagaimana percakapan mereka dan Harry tahu apa yang laki-laki itu rasakan. Wanita yang dia suka sakit, dan dia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Harry kembali duduk di toko roti tersebut, dan memperhatikan orang-orang yang mulai berdatangan. Hari ini dia akan memberanikan diri untuk berkenalan secara langsung. Harry akan menjadikan perempuan itu sebagai tameng dari apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupnya. Untuk sekarang, dia akan membangun image sebagai laki-laki paling sempurna di dunia, sebagai abang goals yang dinginkan semua perempuan di dunia ini. Abang yang selalu perhatian, Abang yang peduli. Perempuan itu datang. Harry suka melihat dia yang selalu pandai memakai pakaian yang terlihat begit
Baca selengkapnya
Bagian 29 : Peduli Berujung Sayang
"Dia butuh teman. Bangun lagi kepercayaan diri yang dia punya, buat dia menjadi seorang gadis yang bisa melihat masa depan lebih baik, bukan orang yang gagal dalam kehidupan."ujar Dr. Ryan pada sahabatnya. Dia tahu, Barry adalah tipikal orang yang pandai mengambil hati orang. Mereka sering bertemu di cafe, karena Barry menjadi seorang barista dan juru masak, lama-lama berteman dekat dan tahu profesi Dr. Ryan. Barry menyanggupi hal itu, karena dia suka berteman dengan siapa saja dan memanjakan mereka dengan makanan dan minuman yang dia buat sendiri. Memanjakan lidah dan perut seseorang bisa membuat mereka terasa dekat dan punya ikatan batin yang kuat. Barry tahu jadwal konsul gadis itu. Dia tidak modus, semua karena murni agar gadis itu punya teman, kisah hidupnya yang kelam membuat semua orang bersimpati dan dia butuh teman segera untuk agar kembali ceria. Hari ini, Barry segaja membua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status