All Chapters of Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku: Chapter 31 - Chapter 40
116 Chapters
Chapter 31. Anna Kritis
Terdengar suara ledakan ringan berbarengan dengan ambruknya pintu kamar suite room itu. Belum hilang dari keterkejutannya, tiba-tiba seorang pria yang mengenakan masker balaclava melompat dan menendang Ardi. Sontak lelaki yang hendak mencekik Anna itu pun tersungkur di lantai.Pria itu tidak memberi kesempatan pada Ardi untuk bangun, ia langsung menghujani lelaki itu dengan bogem mentah. Ardi pun babak belur dibuatnya tanpa bisa melakukan perlawananan yang berarti.Namun pria itu nampak sangat khawatir dengan kondisi Anna, melihat hal itu Ardi memanfaatkan kesempatan untuk kabur. Sedangkan di luar ruangan, terjadi baku hantam antara anak buah Ardi dan tim Bob.Sementara itu Anna sudah benar-benar diambang batas kekuatannya, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit dan terbakar, pandangannya pun menjadi kabur.Namun ditengah ketidakberdayaannya, Anna mendengar suara yang sangat familier memanggilnya."Anna, kamu tidak apa-apa, An? Bertahanlah Anna." Suara itu terdengar dengan jelas, meskipu
Read more
Chapter 32. Tatapan Mesra
Anna tertegun, ia mencoba fokus mendengarkan suara-suara itu. Pertama ia mendengar seperti suara angin, lalu suara angin itu perlahan menghilang dan ia mendengar suara beberapa orang memanggilnya, namun masih samar.Anna memejamkan matanya dan berusaha mendengarkan lagi, suara orang-orang memanggil namanya, suara itu sepertinya datang dari hamparan luas yang ada di hadapannya.Hamparan itu nampak kehijauan, aroma wewangian alami dapat ia rasakan, sangat nyaman dan tenang. Anna tersenyum, ia melangkahkan kaki menuju suara-suara itu.Namun baru saja ia melangkah, Anna dikejutkan dengan suara tangisan seseorang. Suara yang tentu saja sangat akrab baginya, suara gadis kecil yang selalu mengisi hari-harinya selama ini. Ya suara Amelia, gadis itu menangis sangat sedih sambil memanggil namanya."Kak Anna ... bangun Kak ... Kak Anna nggak sayang Amel ...."Anna mematung, sejenak ia bingung. Sementara suara-suara di hadapannya terus memanggilnya, di sisi lain Amelia menangis dengan sangat sedi
Read more
Chapter 33. Persiapan
Ardi mengetuk-ngetukan telunjuknya di meja, tatapannya datar tanpa ekspresi menatap selembar foto di hadapannya, semalam ia memaksa Elsa untuk memberikan foto itu. "Dasar perempuan sampah! rencanamu tidak berguna!" hardik Ardi sambil menjambak rambut Elsa, laki-laki itu paling suka menjambak rambut perempuan yang menjadi korbannya, apalagi jika mendengar mereka meringis kesakitan, dia akan merasa sangat senang. "Bukan rencananya yang salah, tapi anak buahmu yang tidak becus kerja!" Elsa berkata tanpa takut, sekarang semua siksaan itu seakan sudah biasa baginya. "Aku hampir berhasil, kalau tidak ada manusia brengsek itu yang menyelamatkannya." Ardi mendengus sambil mendorong tubuh Elsa dengan keras, wanita itu pun terlempar hingga kepalanya membentur tembok. Elsa merasakan pusing, namun ia menegakkan kepalanya dan menatap Ardi dengan tajam. "Hahaha, itu namanya pecundang! menghadapi mereka aja nggak mampu." Elsa tertawa mengejek. Lelaki itu tidak bereaksi apa-apa, ia hanya melangk
Read more
Chapter 34. Tewasnya Elsa
Harry mengerutkan kening, nomor siapa ini? dan pesan yang dikirim dari nomor itu seakan akrab dengan dirinya. Belum sempat mengecek, namun pesan baru masuk lagi dari nomor yang sama.[Mas, Har. Aku Elsa Mas. Aku mau bicara dengan Mas Harry untuk yang terakhir kali, Mas]Harry menghela napas, ia hendak mematikan ponselnya ketika satu pesan kembali masuk.[Please Mas Har, aku mohon izinkan aku bicara untuk yang terakhir kali. Aku berjanji tidak akan mengganggu Mas Harry dan keluarga Mas Harry lagi, karena aku akan memutuskan untuk meninggalkan kehidupan fana ini untuk selama-lamanya]Harry tertegun, apa maksudnya?[Oke, tunggu 3 menit] Harry membalas pada akhirnya.Kemudian lelaki itu mengaktifkan rekaman panggilan di ponselnya, ia juga mengaktifkan mode pelacakan."Halo Bob, 2 menit lagi Elsa call, tolong cek di mana keberadaannya, mode pelacakan sudah on." Harry menghubungi Bobby."Ok." terdengar jawaban sigap dari Bobby.Tiga menit setelah pesan Harry dikirim, panggilan suara dari E
Read more
Chapter 35. Rencana Ardi
"Ya, sudah dapat dipastikan kalau dia bukan melompat sendiri tapi didorong seseorang." Bobby menganalisa. "Tapi mengapa saat selesai aku bicara, tiba-tiba hening? aku tidak dengar suara apa-apa." tanya Harry. "Itu bisa jadi ponselnya dijauhkan dari Elsa, entah dilempar atau dibuang," sahut Bobby, "aku sudah melihat lokasi, angin di sana cukup kencang, jika berbicara tidak langsung dekat perangkat maka akan terdengar jauh." Harry mengangguk, ia kembali mendengarkan rekaman yang sudah diperbesar amplitudonya oleh Bobby, sehingga suara lebih jelas terdengar. Harry penasaran dengan suara Elsa pada detik-detik terakhir, suara itu terdengar sangat jauh, namun setelah dinaikan energi gelombang suaranya dan diperbesar amplitudonya, suara itu dapat didengar dengan jelas. "Aku masih mau bicara sama Harry, nanti aku akan lompat sen ... Aaaargh...!!" Harry memejamkan mata, ada titik bening di sudut matanya manakala ia mendengar suara Elsa di detik-detik terakhir itu. Sangat mengenaskan. "J
Read more
Chapter 36. Investigasi
Sementara itu kasus Elsa pun mulai ditangani serius, pihak keluarga telah menyewa tim pengacara, namun Harry merasa perlu ikut campur karena ia mencurigai Ardi sebagai pelakunya."Ram, tolong carikan lawyer handal untuk membantu mengawal terkait pembunuhan Elsa," pinta Harry."Bukannya keluarga Elsa sudah punya tim kuasa hukum?" sela Bobby."Ya, tapi aku meragukan kapabilitas mereka dalam menangani kasus ini, karena yang mereka hadapi adalah Ardi.""Baik, Pak," sahut Rama."Jika sudah dapat, nanti langsung kamu hubungi pamannya Elsa, kita bisa bekerjasama dengan tim mereka, atau jika mereka mau pakai tim kita saja itu lebih baik.""Siap, pak!""Untuk investigasi, aku siap mengawal," timpal Bobby sambil tersenyum.Kepolisian telah membentuk tim investigasi khusus menangani kasus Elsa, mereka mulai menelusuri berbagai bukti dan kemungkinan. Dimulai dari rekaman cctv di sekitar lokasi jatuhnya korban, maka apabila dilihat dari posisi terakhir korban saat jatuh di lantai, dapat disimpulk
Read more
Chapter 37. Menjadi Kambing Hitam
"Kumpulkan semua berkas, buat terakhir bergabung 5 bulan sebelum event." Ardi berujar datar. "Apa perlu memanggil Pak Rudi?" tanya sang asisten. "Tidak perlu, tidak usah bicara apa-apa." "Sepihak boss?" tanya sang assisten terkejut. "Ya," jawab Ardi singkat. Sang asisten tidak bertanya apa-apa lagi, hanya helaan napas berat yang samar dan tertahan. Ia sangat memahami, Arca Art/AST tidak pernah berbuat kesalahan sedikit pun, bahkan salah satu yang paling berpotensial di Agra grup, tapi untuk melindungi diri sang boss, harus ada yang dikorbankan, terpaksa dijadikan tumbal. "Satu lagi," ucap Ardi ketika sang asisten hendak beranjak, "urus segera, semua terkait suite room hotel itu atas nama Rudi." "Apa?" ujar sang asisiten spontan, ia tidak bisa menutupi keterkejutannya. Ardi tidak menjawab, hanya menatap asistennya tanpa ekspresi, namun sirat di matanya sangat dingin, membuat sang asisten tergagap. "B-baik boss, segera diurus." Sang asisten keluar ruangan Ardi dengan wajah puca
Read more
Chapter 38. Dipanggil Mama
Keduanya terperanjat dan diam sesa'at. "Jangan-jangan dia akan mengganti semua data-datanya," ujar Harry."Bisa jadi, atau dia akan menyuap pihak hotel, dan mengganti data-data dia dengan orang lain." Bobby menimpali."Kasihan Rudi, aku dengar dia adalah orang yang jujur dan berdedikasi." Harry bergumam."Tapi sayangnya dia masuk tempat yang salah," sahut Bobby."Mungkin dia tidak tahu jika Ardi adalah seorang psikopat dan bajingan, sama seperti Elsa dan wanita-wanita lain yang terobsesi dengan penampilan luarnya.""Tapi aku salut sama Anna, hanya sekilas dia bisa mengenali hal yang buruk pada Ardi, padahal secara penampilan dan pembawaan lelaki itu perfect," ujar Bobby."Hmm, Anna beda. Dia tidak tertarik dengan penampilan luar dan tidak terobsesi dengan harta, dia gadis yang mandiri," balas Harry sambil tersenyum. --Bangga dan kagum pada Anna."Cocoklah dengan kau, semoga kalian berjodoh dan segera ke pelaminan." Bobby berkomentar."Yea, tapi dia masih belum mau menikah, perlu usah
Read more
Chapter 39. Teman Baru
Lelaki itu baru saja mendapatkan laporan dari sekretarisnya, ia duduk termangu dan nampak syock seakan tak percaya melihat kenyataan bahwa perusahaannya telah dikeluarkan secara sepihak dari Agra grup. Rudi berusaha melakukan evaluasi, apa kesalahan yang telah ia dan timnya lakukan? namun ia tak juga menemukan celah yang salah. Selama ini AST adalah salah satu penyokong terbesar bagi Agra, tapi mengapa tiba-tiba ditendang tanpa alasan. Berkali-kali ia menghubungi Riko, sahabatnya yang menjadi asisten Ardi, namun selalu tidak bisa dihubungi. Ia juga mencoba menghubungi Ardi sebagai sang big boss, namun juga tak bisa. Maka hari itu, ia memantapkan hati untuk berangkat ke kantor pusat Agra, ia harus mendapatkan kepastian apa kesalahannya, agar ia bisa memperbaiki. "Maaf Pak, bapak tidak bisa masuk." Rudi dihadang security. "Lho kenapa? saya bukan orang baru di Agra," ujar Rudi terheran-heran, Bahkan masuk ke dalam saja ia tidak dibolehkan. "Maaf Pak, saya hanya menjalankan tugas yan
Read more
Chapter 40. Dijebak
Anna tertegun, ada seorang wanita yang mencarinya sambil menangis, siapa? apa teman-teman Anna? tapi sepertinya teman-teman dia nggak ada yang seperti itu.Teman-teman Anna hampir kebanyakan sama seperti dia, bukan tipikal gadis cengeng yang gampang mewek. Kalaupun ada masalah besar pasti akan call dia dan chat dari hati ke hati, ujung-ujungnya mereka akan ngetrack atau balapan, atau juga teriak-teriak di pantai yang berombak tinggi."Siapa Ma?" tanya Anna pada akhirnya."Mama juga nggak kenal, dia tidak bilang siapa namanya hanya bilang teman kamu," jawab Mama mengecilkan volume suaranya."Oke, Ma. Suruh tunggu ya, Anna akan segera ke sana."Usai mematikan panggilan mamanya, Anna menatap Amelia yang masih asik bermain."Sayang mau ikut ke rumah nenek, Gak?""Ke rumah nenek?" beo Amel, "mau-mau, Amel sudah kangen sama nenek dan nenek buyut."Keduanya pun segera meluncur ke rumah orang tua Anna. Setiba di ruang tamu, Anna tertegun melihat seorang wanita dengan wajah yang sendu, matanya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status