Semua Bab Mantan Terindah: Bab 31 - Bab 40
105 Bab
Bab. 31 Ingin Kembali ke Masa Itu
Di garasi, Rayhan bertemu dengan Sofia yang baru selesai menerima telepon dari seseorang. Wanita itu berdiri di sebelah mobilnya---mau berangkat kerja. "Ray, selamat pagi." Sofia menyapa. "Pagi, Tante. Tante nggak sarapan dulu dan udah mau berangkat?" tanya Rayhan. "Sama kayak kamu juga, kan?" Sofia balik bertanya. "Iya, nih." "Tante sibuk banget, Ray. Harus ngurusin Deva Market juga. Kakak kamu bikin ulah lagi. Dan Tante yakin dia pasti sudah ngadu kan sama kamu." Rayhan mengangguk. Bukan hanya Sofia saja, tapi seluruh penghuni rumah pun dia yakin sudah sangat hafal dengan tabiat Mike. "Iya, Tante. Tapi emang bener Tante mecat Kak Mike dan bakal ngirim dia ke pedalaman?" Sofia menghela napas kesal. "Sekali-sekali kakak kamu itu memang harus diberi pelajaran biar kapok, Ray. Tante bisa darah tinggi kalau mikirin kelakuan kakak kamu yang nggak pernah berubah itu. Anggap saja ini hukuman buat dia. Sudahlah, biarkan saja dia kayak gini selama seminggu dulu sementara Tante mengurus
Baca selengkapnya
Bab. 32 Jasa Konsultasi Pribadi
Bella mengibaskan lengannya agar terbebas dari Rayhan. Dia tidak suka pria tersebut selalu seenaknya memegang tangannya tanpa izin. "Aku pikir nggak ada urusan pekerjaan yang perlu dibicarakan di sini." Memang seperti itulah perjanjian mereka. Tidak akan mengobrolkan hal lain selain tentang pekerjaan. Walaupun menjengkelkan bagi Rayhan, tapi dia juga sudah menyetujuinya. "Baiklah, silahkan pergi." Bella pun melenggang pergi bersama Melissa yang sempat tersenyum dan mengangguk ramah pada Rayhan. Rayhan tertinggal sendirian, memandangi Bella yang berjalan meninggalkannya, lalu menghela napas berat---kesal dengan dirinya sendiri. Dia sedikit melonggarkan dasinya sambil menengadah ke arah matahari pagi yang semakin meninggi. Udara pun semakin panas. Masa bodoh dengan cuaca panas, dia hanya merasa kesal saja."Baiklah, silahkan pergi." Rayhan mengulangi kalimat yang tadi dia ucapkan sendiri dengan nada yang sinis. "Bukan itu yang mau aku bilang tadi. Rayhan, kamu payah," ujarnya merutuki
Baca selengkapnya
Bab. 33 Naura ... Saya Menyukainya
Vicko tampak berada di sebuah kafe outdoor di tepi pantai. Pria yang hampir berusia 60 tahun itu tampak duduk tegap di kursinya sambil menatap lurus ke depan. Menatap sesuatu yang sejak tadi berada di hadapannya. Evellyn duduk di seberang meja sambil menatap tak suka pada Vicko. Mereka membuat janji temu dan memesan makanan dan minuman seadanya, lalu akan menikmatinya sambil mengobrol tentunya. Walaupun topik obrolan belum ditentukan, tapi yang jelas tidak mungkin Vicko sengaja mengajak bertemu kalau bukan untuk membicarakan hal yang penting, mengingat ini adalah pertama kali mereka bertemu setelah sekian tahun. "Apa kabar? Sudah lama sekali kita tidak bertemu," sapa Vicko membuka percakapan. Evellyn tertawa kecil mendengarnya. "Benar-benar mirip." "Maaf?" "Itu juga kalimat pertama yang diucapkan anak kamu saat kami bertemu beberapa waktu lalu." Evellyn menjelaskan. "Kabarku sangat baik. Bahkan bisa dibilang tidak pernah sebaik ini." Vicko hanya menganggukkan kepalanya saja, lal
Baca selengkapnya
Bab. 34 Kesempatan Memilikimu
Naura berdiri di dekat jendela di sebuah ruangan. Di belakangnya menggantung jas putih. Naura sedang ada di ruang kerjanya di rumah sakit. Wanita itu tampak serius mengamati sesuatu lewat jendela yang tirainya terbuka sambil tangan kanannya memegang sebuah cangkir minuman. Tidak jelas apa yang sedang diamatinya di balik jendela, tapi yang pasti tatapannya tampak kosong, pertanda pikirannya sedang melayang ke mana-mana.Ingatan Naura kembali ke saat makan malam bersama Rayhan dan papanya ...."Naura ... saya menyukainya." Ucapan tersebut sontak membuat hati Naura berbunga-bunga dalam sekejap. Bibirnya perlahan menampakkan sebuah senyuman di tengah-tengah keterkejutannya yang tidak pernah menyangka Rayhan akan mengatakan hal itu dari mulutnya langsung. Apalagi sekarang mereka sedang saling bertatapan. Bram tampak terkekeh senang. "Om sudah menduganya. Kamu pasti tidak akan menolak, kan? Om sangat senang mendengarnya." Lalu Rayhan beralih menatap Bram---tetap dengan ekspresi serius dan
Baca selengkapnya
Bab. 35 Aku Pasti Melepaskan Kamu
"Kenapa melihatku seperti itu?" Bella tanpa sadar mengucapkan dialognya yang entah itu memang benar yang harus dikatakannya atau tidak. Bella memandang ke atas pundak Vino yang sebenarnya pandangannya lurus ke belakang ke tempat Rayhan berdiri memandangnya. "Aku suka melihat kamu," kata Vino dalam dialognya. Lagi-lagi sebuah kata-kata keluar begitu saja dari mulut Bella ketika dia melihat Rayhan. "Aku nggak suka kamu perhatikan terus. Jangan melihat aku seperti itu." "Kenapa?" "Aku nggak suka ada orang yang terlalu lama melihat wajah aku." "Tapi kamu cantik." Bella masih tidak melepaskan pandangannya dari Rayhan. "Karena kalau kamu terus-terusan melihat wajah aku, aku takut kalau kamu akan bosan melihatnya." "Aku nggak akan pernah bosan. Aku mencintai kamu." "Aku ..." Bella sedikit ragu menjawabnya karena dia memandang Rayhan yang juga masih belum mengalihkan pandangannya dari Bella. "Aku juga cinta sama kamu, karena itu aku takut. Aku takut kamu bosan dan ninggalin aku. Kamu n
Baca selengkapnya
Bab. 36 Jangan Jadi Orang Jahat
Bella kali ini menoleh memandang Rayhan penuh pertanyaan. Rayhan memandangnya dan diam beberapa saat, lalu berkata "Kalau kontrak selesai." Rayhan melanjutkan kalimatnya. 'Meskipun aku berharap, kontrak kita nggak akan pernah selesai,' batinnya. "Itu kan yang kamu mau?" Bella kembali meluruskan pandangannya, tidak mau terlalu lama melihat Rayhan. Dia kesal karena selalu lemah jika menatap mata pria itu dari dulu. "Iya." "Jadi kamu nggak senang sama syutingnya?" tanya Rayhan lagi. "Dari awal kamu udah tahu aku nggak suka, kenapa sekarang masih tanya?" Bella balik bertanya dengan judesnya. Rayhan mengangguk. "Oke. Itu jawaban kamu." Bella mendengkus. Pria ini memang menyebalkan. Rayhan mendongak memandang langit cerah. "Bukannya kita punya pikiran yang sama?" "Apa lagi?""Malam ini cerah, kan?" Rayhan sengaja membicarakan tentang cuaca demi menghindari pembahasan mengenai masalah pribadi. Bella tertawa sinis. "Aku nggak pernah punya pikiran kayak gitu." Rayhan menoleh seolah ti
Baca selengkapnya
Bab. 37 Tertinggal
Malam ini Bella dan para kru bersiap-siap mengepak baju untuk pulang ke Jakarta malam ini juga karena syuting sudah selesai. Bella menarik resleting koper besarnya dan duduk di pinggiran tempat tidur mengamati Melissa yang masih sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam tasnya. "Cepetan, dong. Aku mau cepetan sampe rumah, nih. Ayo cepetan," desak Bella.Tapi yang namanya orang disuruh cepat-cepat itu pasti jadi bingung. Baju-baju yang dijejalkan Melissa ke dalam tas malah berceceran ke lantai dan membuatnya harus memungutinya tanpa melipatnya. "Iya, sabar. Kenapa sih, buru-buru banget? Ini masih jam tujuh," kata Melissa seraya melihat jam tangannya. "Nggak bakalan kena macet deh, di jalan. Lagian kenapa kita nggak pulang besok aja sih, Bel? Kan nanggung udah sampe sini, nggak sekalian kita isi buat jalan-jalan?" "Aku nggak mau. Udah cepetan." Bella tidak mau tahu dan semakin tidak sabar. Keinginannya untuk menghindari Rayhan jauh lebih besar daripada keinginannya untuk jalan-jalan. Me
Baca selengkapnya
Bab. 38 Kejutan di Pagi Hari
Karena ragu-ragu mau masuk atau tidak, Bella pun memutuskan untuk menunggu sebentar di depan pintu. Dia menyandarkan punggungnya di pintu sambil memainkan kakinya. Menahan dirinya untuk masuk sekiranya menunggu Rayhan tertidur lagi. Dia tidak ingin bertatap muka dengan pria itu. Setidaknya untuk saat ini. Setelah kira-kira lima belas menit bersandar di pintu, Bella memantapkan hatinya untuk mengecek ke dalam kamar. Berdua saja dengan seorang pria di sebuah rumah? Hal ini merupakan hal yang baru saja dia alami selama 28 tahun hidupnya. Walaupun tentu saja Bella pastikan tidak akan ada apa-apa yang akan terjadi, tapi tetap saja rasanya berbeda. Dengan ragu-ragu Bella melangkahkan kakinya memasuki kamar itu. Melihat Rayhan yang sedang tidur dengan posisi miring ke tepi ranjang. Bella tidak bisa memaksa kakinya untuk melangkah meninggalkannya. Seolah kakinya melangkah sendiri mendekati Rayhan. Bella jongkok di sebelah Rayhan dan mengamati wajah tidur pria itu.Dua belas tahun yang lalu .
Baca selengkapnya
Bab. 39 Berdua Denganmu
Bella jalan-jalan santai melewati hamparan perkebunan teh yang subur dan hijau. Dia sangat menikmati jalannya sambil sesekali menghirup udara segar itu. Matahari mulai merangkak naik tapi udara tetap terasa dingin, angin semilir menjadikan tempat itu tidak terasa panas sedikitpun. Dari belakang, Rayhan menyusul Bella dengan mengendarai sepeda videral. Dia sengaja memperlambat mengayuh sepedanya supaya bisa tetap menyejajarkan posisi dengan Bella yang jalan kaki. Bella meskipun tahu Rayhan di belakangnya, dia sama sekali tidak peduli dan tetap melanjutkan kegiatan jalan-jalan santainya. Bahkan wanita itu sejak tadi menahan dirinya untuk bertanya bagaimana keadaan Rayhan setelah pingsan kemarin. Dia terlalu gengsi menanyakannya dan tidak mau membuat Rayhan ge-er. Tapi sepertinya pria itu baik-baik saja menurut penglihatan Bella. Tentu saja dalam hatinya, Bella berharap bahwa Rayhan tidak apa-apa."Udaranya seger, ya?" kata Rayhan. Bella tidak mengacuhkannya dan menganggap seolah pria
Baca selengkapnya
Bab. 40 Undangan Lagi
Bella mendengkus kesal. Sudah pasti masalah yang ditimbulkan perusahaan itu adalah masalah untuk Bella. Namun kenyataannya masalah terbesarnya bukan tentang SG Entertainment, tapi tentang pemiliknya yang sekarang ini ada bersamanya. Rayhan tiba-tiba tersenyum, seolah mengerti dengan hanya melihat tatapan Bella. "Iya, sih. Bener juga. Kita cuma bisa merencanakan, dan terkadang emang terjadi sesuatu yang nggak kita harapkan. Tapi itulah hidup. Bisa dibilang cuma bisa indah di awal, tapi menyakitkan di akhir." Bella terlihat kurang mengerti. 'Apa sih, maksudnya?'Saat Rayhan mengangkat koper Bella mau memasukkannya ke bagasi, tiba-tiba gerakannya berhenti dengan koper terangkat di depan dadanya. Pandangannya tertuju ke suatu arah. Ada sebuah mobil berjalan pelan mendekati villa Rayhan. Dari kejauhan Rayhan bisa melihat jelas siapa yang ada di dalam mobil tersebut, begitu juga dengan Bella. Rayhan menurunkan kembali koper Bella, tidak jadi memasukkannya ke bagasi. Lalu berjalan mendeka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status