Achazio adalah pria yang sempurna. Wajah tampan, tubuh proporsional, otak cerdas, harta berlimpah semuanya ia miliki. Namun, hingga usianya menginjak tiga puluh enam tahun, ia belum bertemu dengan satu pun wanita yang mampu menggerakkan hatinya. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan seorang gadis menarik. Terdengar klise, tetapi Achazio mengakui jika dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis itu. Aio jatuh cinta pada Tessa, mahasiswi berusia dua puluh satu tahun yang sudah terbiasa mengalah dan berkubang dalam luka. Gadis itu berbeda, sekaligus terasa familier bagi Aio karena memiliki cukup banyak kemiripan dengan sang adik bungsu. Sayangnya, Tessa tidak memberikan respon terlalu baik untuk Aio. Namun, itu bukan masalah bagi Aio. Karena apa pun yang ia inginkan, pada akhirnya pasti akan ia dapatkan. “Kakak bukan kakak kandungku atau pacarku, jadi berhenti untuk mengatur hidupku!”—Tessa Aretina Heidi “Aku memang bukan keduanya. Tapi aku bisa lebih menjadi keduanya. Aku bisa menjadi suamimu. Kau setuju?”—Achazio Riutha Dawson
View MoreJika Haikal dan Aio tengah berusaha untuk mencari keberadaan Tessa, maka Tessa sendiri tengah berusaha untuk memulai kehidupannya yang baru. Tessa kini sudah berada di sebuah desa yang tentu saja jauh dari jangkauan orang-orang yang ia kenal. Bermodalkan uang yang tersisa di dalam tabungannya, dan menjual beberapa benda berhaga yang ia miliki, Tessa memilih untuk pergi sejauh mungkin, dengan memantapkan hati memutuskan semua hubungannya dengan masa lalu. Tessa tahu, jika hal ini hanyalah sikap pengecut. Ia hanya lari dari lukanya. Namun, ini adalah langkah paling tepat yang bisa Tessa lakukan saat ini.Tessa sadar, keputusannya ini mungkin sangat gegabah. Ia mengambil keputusan untuk benar-benar keluar dari rumah bahkan memutuskan hubungannya dengan sang ayah, karena dipengaruhi oleh rasa marah yang membuatnya merasa sesak. Benar, Tessa marah. Bukan hanya marah, ia juga merasa sangat kecewa, karena ayah yang seharusnya menjadi orang terakhir yang berada di sisinya, kini malah
“Apa?” tanya Aio memukul meja kerjanya dengan keras dan membuat dewan direksi yang tengah rapat dengannya tersentak karena terkejut.Mereka berusaha untuk tetap tenang. Apalagi saat ini, Aldi sang asisten Aio yang bisa mereka andalkan untuk menenangkan Aio tengah tidak berada di sana. Benar, Aldi tidak berada di sana karena mendapatkan tugas khusus dari Aio untuk mengantarkan Tessa ke kampus. Setidaknya, Aio ingin memastikan jika Tessa bisa sampai ke kampus dengan selamat dan aman, walaupun dirinya tidak bisa bertemu langsung dengan Tessa.Aio sadar Tessa masih merasa malu karena sempat menangis dan mengungkapkan isi hatinya. Jadi Aio berusaha untuk memberikan waktu bagi Tessa. Selain itu, Aio juga harus menghadiri rapat dengan dewan direksi mengenai masalah perusahaannya. Namun, Aio ternyata mendapatkan kabar yang tidak menyenangkan dari Aldi.Karena itulah, Aio memilih untuk menutup teleponnya dan berkata, “Rapat ini kutunda. Coba cari solusi
Tessa melangkah berjinjit, dan mengintip dari balik bangunan gedung kampusnya. Hari ini, Tessa mendapat libur dari semua tempat kerjanya, dan kebetulan bisa pulang lebih cepat. Saat ini, Tessa berusaha untuk memastikan jika Aio tidak ada di depan kampusnya dan menunggu kepulangannya. Mungkin, saat berhadapan terakhir kalinya dengan Aio, Tessa masih belum sadar sepenuhnya, dan belum merasa malu.Namun sekarang berbeda. Dengan pikiran jernih, Tessa merasa begitu malu karena tingkahnya sendiri yang marah, dan meluapkan semua kemarahannya itu pada Aio hingga dirinya menangis. Itu sungguh memalukan dan Tessa tidak ingin bertemu dengan Aio. Bagaimana bisa dirinya lepas kendali seperti itu? Ia bahkan menangis seperti anak kecil di dalam pelukan Aio. Membayangkannya saja sudah membuat Tessa begidig dibuatnya.“Tessa?”“Astaga!” Tessa berjengit terkejut dan berbalik untuk melihat siapa yang menepuk bahunya.Tessa menghela napas leg
Haikal menempelkan kemasan minuman dingin pada pipi Tessa yang terlihat murung. Hal tersebut membuat Tessa berjengit dan memukul tangan Haikal yang tertawa karena berhasil mengerjai Tessa. Tentu saja Tessa menggerutu karena sikap Haikal yang jail itu. Sejak mereka kecil, Haikal selalu saja memiliki tingkah jail untuk menggoda dan membuatnya tertawa. Sayangnya, kali ini Tessa tidak bisa tertawa karena lelucon yang diberikan oleh Haikal.Sebelumnya, Haikal berharap jika usahanya menggoda dan membelikan Tessa minuman kesukaan sahabtnya itu bisa membuat suasana hati Tessa. Namun, pemikiran Haiklah tersebut terpatahkan karena Tessa masih terlihat murung. Haikal pun bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terihat murung seperti itu?”Namun, Tessa menggeleng. Tidak berniat untuk menceritakan masalah yang mengganggunya. Haikal memang sahabat yang sudah sangat ia percaya. Tessa bahkan tidak ragu untuk berbagi rahasia dengan sahabatnya itu. Namun, untuk masalah i
“Jangan cemberut seperti itu, seperti biasanya Bunda akan memastikan jika ayahmu akan berpihak pada kita. Selain itu, Bunda juga akan memastikan jika Aio pada akhirnya akan menjadi milikmu,” ucap Vania saat sudah mendengarkan cerita dari Elena, bahwa selama ini ternyata Tessa diantar jemput oleh Aio. Dengan kata lain, Tessa dan Elena sering kali berhubungan.Tentu saja Vania merasa jengkel. Bagaimana bisa Aio tertarik pada Tessa? Padahal jika dibandingkan dengan Elena, tentunya Tessa kalah telak. Menurut Vania, Elena lebih cantik dan elegan daripada Tessa yang terlihat belum bisa mengurus dirinya sendiri. Atau mungkin saja, Tessa yang menggoda Aio demi hidup nyaman dan bergelimang harta di tengah keluarga Dawson yang terkenal dengan kekayaan mereka. Bagi Vania, Tessa sangat tidak tahu malu.Elena yang mendengar hal itu pun senang bukan main. Karena ia sendiri tahu, ibunya selalu menepati apa yang ia katakan. Ibunya memiliki segudang ide untuk mendapatkan ap
Walaupun tahu jika saat ini dirinya harus segera mandi dan bersiap untuk pergi kuliah, mengingat jika dirinya memiliki kelas di pagi harim Tessa benar-benar terlihat enggan untuk beranjak dari ranjangnya yang nyaman. Rasanya, Tessa ingin tetap di sana seharian. Selain karena merasa lelah karena ia bekerja hingga cukup malam, alasan lainnya adalah dirinya sudah mendapatkan pesan beruntun dari seseorang yang sangat tidak ingin Tessa temui dalam waktu dekat, atau lebih tepatnya tidak ingin Tessa temui selamanya. Siapa lagi jika bukan Aio. Rasanya Tessa benar-benar ingin memukul wajah tampan yang selalu berekspresi menyebalkan itu.Meskipun masih merasa enggan, pada akhirnya Tessa beranjak untuk membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat kuliah. Karena Tessa tidak berias seperti gadis yang lainnya, Tessa tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk bersiap. Ia hanya memerlukan pelembab bibir, dan bedak tabur untuk merias wajahnya dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi dengan rapi.
Tessa berdiri di tepi jalan, menunggu ojek online pesanannya. Ia mendongak dan menghela napas karena dirinya sudah hampir setengah jam berdiri di bawah terik matahari karena ojek online pesanannya selalu dibatalkan. Jika tahu begini, Tessa akan memilih untuk berangkat pagi, walaupun kelas pertamanya berlangsung siang hari. Karena lebih baik dirinya menghabiskan waktu di perpustakaan yang nyaman dan dingin, daripada harus berdiri di bawah terik matahari seperti ini. Tentu saja bukan untuk belajar, tetapi untuk tidur. Tessa, sudah membagi waktunya dengan baik. Ia memiliki jam belajar yang cukup dan tidak perlu ditambah lagi, atau dirinya akan sakit kepala.Merasa putus asa karena pesanan ojek online-nya kembali dibatalkan, Tessa pun terpikirkan untuk menghubungi temannya yang juga satu jurusan dan satu kelas dengannya. Saat Tessa menunduk dan sibuk mengirim pesan, Tessa melonjak terkejut saat mendengar suara kelakson mobil mewah yang berhenti tepat di hadapann
Meskipun agak terkejut, Galih pun segera menyambut kedatangan Aio yang mengunjungi kantornya. Ia pun mempersilakan Aio untuk duduk dan meminta sekretarisnya unutuk menyiapkan teh untuk mereka. Mereka berbincang ringan sebelum sekretaris Galih kembali dan menyajikan teh yang diminta oleh Galih. Setelah ditinggalkan berdua dengan Aio, barulah Galih mempertanyakan alasan kedatangan Aio. Bagi Galih, kedatangan Aio tanpa janji seperti ini di luar kebiasaan Aio. Pria muda di hadapannya itu sangatlah sibuk mengurus kerajaan bisnis keluarganya hingga sulit untuk meluangkan waktu. Pasti kedatangan Aio membawa hal yang penting.“Jadi apa yang membawamu datang ke mari, Aio? Apa aku harus memanggilmu sebagai Tuan Achazio?” tanya Galih mempertanyakan apakah Aio datang untuk masalah kerjasama mereka sebagai rekan bisnis, atau Aio datang dengan membawa masalah pribadi.Aio yang mengerti hal itu pun menyunggingkan senyum tipisnya. Mereka memang sudah menjadi rekan bisnis s