*CUTE, SWEET, DAN DANGEROUS LOVE STORY* Update: 4 kali seminggu, kadang lebih. ---------- "Aku tidak mau melakukan perjanjian itu!”yakin Risa mantap dalam nada suaranya, menatap Shouhei berang, kedua tangan mengepal kuat, matanya penuh dendam dan amarah terhadap pria yang sudah mencuri hatinya begitu kejam, begitu jahat, dan sangat licik. Senyum dingin di wajah sang pria langsung melebar indah, berkata tenang: "Sayang sekali, Risa Abdullah. Tapi kau sudah menyetujuinya beberapa saat lalu.” DEG! Risa Abdullah kaget, bagaikan disambar petir. "Salahkan dirimu tidak membaca semua dokumen yang perlu ditanda-tangani, Risa Abdullah.” "BOHONG!”pekiknya marah. CEO tsundere? Itu sudah biasa! Tapi, bagaimana jika menikah dengan CEO yandere, kebalikan dari tsundere? Malapetaka yang manis! Itulah yang dihadapi oleh Risa Abdullah! Terpaksa menikah atas dasar kontrak bisnis dengan Shouhei Shiraishi, seorang CEO yang menyukainya secara terang-terangan, dan sengaja menghancurkan acara pernikahannya, bahkan mengancam keluarga Risa akan dibuat bangkrut dan menderita tujuh turunan kalau menolaknya sebagai menantu?! Cinta? Ok! Tampan? Ok! Berlimpah harta dan kasih sayang? Ok! Tapi sangat pencemburu, licik, dan posesif ekstrem!! Bagaimanakah Risa menghadapi suaminya yang terlihat lembut dan penyayang penuh cinta, tapi diam-diam memiliki jiwa psikopat? Shouhei sanggup melakukan 'apa saja' agar Risa tak pergi dari sisinya dan tak ada yang berusaha mengusik hubungan mereka. Termasuk menghilangkan nyawa orang lain! Seperti apa hari-hari Risa menjalani kehidupan rumah tangganya yang penuh kehebohan dan bikin jantungnya selalu nyaris copot itu? Akankah Risa tetap bertahan dengan sikap suaminya yang berlebihan dan ternyata memiliki andil dalam setiap kesialan kisah cintanya sejak dulu? Ataukah dia akan memilih pria lain? Written by: NatsuHika
View MoreDeretan Pawai Karnaval akhirnya menghiasi mata para pengunjung taman hiburan. Sorak-sorak kegembiraan mewarnai malam yang indah, dan seperti sebelum gladi bersih beberapa saat lalu, atraksi penari api yang menakjubkan tetap diselenggarakan dalam pawai tersebut. Namun, kali ini lebih ketat dan terkendali pengamanannya.Sepanjang jalan pawai tersebut diberi garis batas, dan beberapa penjaga keamanan yang berjaga setiap 2 meter. Tak lupa juga balon-balon yang ada di sana menjadi perhatian utama mereka, ditiadakan selama proses pawai berlangsung.“Balon kecil yang berisi helium, meski bukan hidrogen, sebenarnya sangat berbahaya jika sampai lepas di udara. Apalagi jika dalam jumlah. Dalam sejarah dunia, terdapat beberapa peristiwa tragedi terkait balon helium atau balon yang bisa dinaiki.”Shouhei Shiraishi menjelaskan sambil menatap deretan pawai di depan mereka. Risa Abdullah menoleh dengan tatapan penuh minat, melupakan sejenak soal pertengkaran kecil mereka yang selalu terjadi bagaikan
Risa Abdullah tidak menyangka kalau mereka akan kembali ke taman hiburan. “U-untuk apa kita ke sini?” tanya Risa dengan wajah bodohnya, menoleh bergantian antara outdoor taman hiburan di depannya dengan pria dingin bermantel hitam di sebelahnya.Shouhei Shiraishi hanya tersenyum lebar.“Setelah pukul 7 lewat malam ini, bukankah akan ada pawai karnaval?”“I-iya, sih. Aku juga tahu. Tapi, buat apa kita ke sini?”Sang bos dingin merangkul kedua bahu sang wanita lalu menggiringnya berjalan menembusi kerumunan orang-orang yang mulai sangat antusias menunggu acara spektakuler malam ini.“Acara itu adalah salah satu poin yang ada di dalam proposal yang kita ajukan.”“Be-benarkah? Kenapa aku tidak tahu?” balas Risa dengan wajah lugunya, mata mengerjap polos. Menatap wajah tampan di dekatnya seolah terhipnotis.“Tentu saja kamu tidak tahu karena aku mengubah sedikit isinya sebelum Pak tua CEO itu menyetujuinya.”“Oh, begitu rupanya.”Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di sebuah menar
Risa dan Shouhei akhirnya tiba di kantor setelah jam makan siang, dan sang bos segera berpisah dengannya untuk menghadiri rapat yang tertunda. Risa Abdullah hanya bisa melihatnya dari jauh dengan sebuah senyum dipaksakan ketika Shouhei tersenyum kecil menuju ke arah ruang rapat sementara dirinya sudah duduk manis di meja kerjanya. Dari jauh beberapa anggota tim sekretaris buru-buru mendekatinya dengan wajah penasaran. “Kalian dari mana saja, sih? Katanya sang bos galak kita itu jarang sekali menundah rapat penting seperti itu. Apakah ada masalah di luar sana?” tanya salah seorang kepada Risa, sudah bersandar di tepi meja sambil jongkok untuk mendengarkan kisah Risa dan bosnya. Maksudnya masalah ranjang bosnya yang ganas dan tak kenal ampun itu? Risa memekik kesal dalam hati. Tapi, tidak bisa menyalahkannya juga sepenuhnya, karena dia merasa semuanya bukanlah kesalahan Shouhei. Itu gara-gara dia yang memulai api panas di antara mereka berdua di mobil hingga berakhir lebih panas di
“Apa maksudmu berkata begitu kepada orang tuaku, hah?!” desis Risa galak ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Shouhei yang sibuk mengemudi dengan santainya menjawab, “aku rasa, tidak perlu mengatakan hal yang sudah pasti jawabannya apa.” “Kamu bicara apa, sih? Tolong singkirkan dulu status antara bos dan sekretaris di antara kita berdua! Ayo bicara antara sesama tuan dan simpanannya!” Mendengar hal itu, mobil mendadak direm, membuat Risa Abdullah kaget sampai berteriak marah, langsung memukul bahu sang pria penuh emosi. “Kamu sudah gila betulan, ya? Kenapa mendadak mengerem begitu?!” koar Risa kesal, menatapnya super galak seolah ingin membuat sang bos hangus sampai menjadi arang. Anehnya, malah gelak tawa Shouhei Shiraishi yang muncul ke permukaan, membuat jantung sang wanita tertegun sangat kaget. “Soalnya kamu menyebut istilah ‘tuan dan simpanan’, padahal sudah bertemu dengan calon ibu dan ayah mertua. Bukankah itu sangat lucu?” jelas sang bos dengan tawa indahnya
Keesokan harinya, Sabtu ini Risa Abdullah bangun sangat pagi, bahkan meski kemarin banyak kejadian menyebalkan, malam harinya dia tidur dengan memeluk boneka-boneka yang diberikan oleh Shouhei kepadanya, termasuk gantungan pewangi mobil yang dulu dimintanya gara-gara bersikap canggung.Semua benda-benda yang ada bersamanya semalam, membuat hatinya sedikit lebih tenang, dan bisa membuatnya tidur lebih nyenyak.Apalagi ketika teringat gombalan maut Shouhei yang akan membelikannya 5 pulau pribadi.Risa merasa itu sangat konyol dan tidak masuk akal, tapi cukup menghiburnya.Wanita ini berpikir, ternyata Shouhei tidak sedingin es abadi, karena ternyata dia bisa juga bercanda. Namun, yang tidak Risa ketahui adalah Shouhei Shiraishi bukanlah pria yang suka bercanda, apalagi jika hal terkait janjinya kepada wanita yang dicintainya.Begitu turun dari lantai 2 dan selesai berpakaian lengkap, Risa sangat berseri-seri hingga menarik perhatian ibunya.“Waduh, kamu seperti senang sekali hari ini. A
Risa Abdullah pikir kalau acara bermain golf kedua pria beda generasi itu akhirnya selesai, maka mereka akan langsung pulang ke rumah. Nyatanya tidak demikian, keduanya lanjut dengan sesi makan malam bersama pada sebuah restoran mahal di sebuah hotel tak jauh dari tempat golf sebelumnya.“Aku senang dengan konsep yang kamu berikan, anak muda. Besok kita lihat saja bagaimana acaranya berlangsung meriah,” puji Pak tua CEO, menyisip teh hangatnya dengan wajah penuh senyum.“Tentu saja kami akan memberikan yang terbaik kepada klien terbaik kami,” balas Shouhei dengan penuh sikap dewasanya.Risa yang tengah menikmati makanannya usai stres gara-gara telepon Andres dan juga ucapan Shouhei, hanya melirik kedua orang tersebut bercakap-cakap sejak tadi.Perusahaan mereka memang berjalan di bidang iklan, tapi juga memiliki bidang konsultasi dan penawaran ide bagi perusahaan terkait yang ingin mengambil paket khusus.Shouhei Shiraishi dengan mudahnya menawarkan hal itu kepada Grup Shine Star, mes
Risa Abdullah bernapas dengan nada memburu, dadanya naik turun oleh amarah, mata menatap layar ponselnya penuh kemarahan. “Ada apa?” Suara Shouhei mengejutkan Risa disertai dengan tepukan di salah satu bahunya. “Sho-Shouhei?” gugup Risa, menatapnya setengah berkaca-kaca. Wajah sembabnya terlihat jelas. “Kenapa kamu menangis? Siapa yang kamu ajak bicara barusan?” tanya Shouhei dengan kening berkerut tak enak dipandang. Risa menghapus air matanya dan menggeleng cepat. “Bukan apa-apa. Lupakan saja. Tadi hanya telepon tidak penting sama sekali.” Shouhei tidak setuju, tetap menatapnya penuh keseriusan. Kedua tangannya kini memegang kedua bahunya sekuat mungkin. “Siapa, Risa Abdullah? Katakan kepadaku. Apanya yang salah? Kenapa kamu harus minta maaf?” Wajah kelam penuh intimidasi sang bos sangat terlihat jelas bagaikan gunung es hitam di depannya, membuat Risa menelan saliva gugup. “Shouhei... sungguh. Tadi itu tidak penting sama sekali.” “Risa. Abdullah,” ejanya dengan nada menek
“Kenapa? Aku kira kamu akan pura-pura tidak mengenaliku.” Andres tertawa mengejek dengan nada serak seksi nakalnya. “Dari mana kamu dapat nomor ponselku, hah?!” bentak Risa setengah mendesis marah. “Sayang, jangan marah begitu. Kalau hanya sekedar dapat nomor ponsel seseorang, lewat kekuatan orang dalam, apa saja bisa, bukan? Oh, ya, itu tidak penting. Aku menelepon repot-repot begini bukan hanya untuk membahas soal bagaimana mendapatkan nomor ponselmu. Yang aku ingin bahas adalah tentang sandiwaramu saat kita bertemu terakhir kali. Heh, ternyata, setelah bersandiwara dengan bos sendiri, malah tunangan dengan pria lain. Apa sekarang kamu sudah murahan melayani dua pria sekaligus? Menyesal karena kabur malam itu di klub?” “Diam! Tutup mulut kotormu itu! Aku tidak punya masalah denganmu lagi! Kenapa kamu tidak bisa melepaskan masa lalu, hah?! Bukankah ada banyak wanita cantik dan seksi di dekatmu? Untuk apa menggangguku lagi? Apa kamu dendam karena hal yang terjadi di antara kita b