Pria yang menemukan seorang gadis di tempat tertutup dan dia ingin memiliki gadis yang terpaut jauh dari umurnya. Dia menginginkan gadis itu dengan cara apapun, untuk mendapatkan dirinya. Dia rela dan bahkan melakukan hal yang dianggap sangat kurang ajar agar dia bisa melihat gadis tersebut setiap harinya, menemani aktivitasnya dan melakukan hal-hal lain. Apakah gadis itu akan menerima pria yang arrogan itu? Bahkan cinta sekalipun? Apa saja yang diberikan pria itu terhadap hidup sang gadis?
Lihat lebih banyak"Aku tidak akan menyerahkan PrimeVenture ke tanganmu, kecuali kau memiliki setidaknya satu orang anak."Retirado, pria yang usianya nyaris menyentuh angka tiga perempat abad itu tengah menyidekapkan tangannya di atas meja, menatap Marvel yang kini duduk di hadapannya dengan wajah kecewa."Tapi, Pa.""Tolong bersikap profesional, kita sedang berada di kantor, itu artinya aku adalah atasanmu, bukan ayahmu," koreksi Retirado dengan suara tegas dan berwibawa.Marvel sempat menghela napas gusar, sebelum akhirnya mengangguk dengan penuh keterpaksaan."Sebelumnya, saya minta maaf. Tapi, Tuan Presdir sudah berjanji kepada saya, bahwa Tuan akan menyerahkan PrimeVenture kepada saya sepenuhnya setelah proyek pembangunan proyek kantor cabang yang saya ketuai selesai. Peresmian akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan saya mohon dengan sangat untuk Anda menepati janji Anda.""Aku berubah pikiran," ujar Retirado sontak membuat Marvel terperangah tak percaya."Ken
"Pengantin baru itu tidak bisa jauh-jauh, bawaannya nempel terus," Zuke berujar seolah berpengalaman."Aku maklumi.""Tapi setelah kupikir-pikir, kau ini maruk sekali Marvel," imbuh Zuke setelahnya. Marvel yang merasa bingung kontan mengangkat sebelah alisnya tinggi."Maruk?"Zuke mengangguk."Setelah dengan Abriel dan ditinggal pergi selamanya, kau menikahi musuhnya yang tak kalah cantiknya. Sepertinya pelet keluarga Sansan sangat kuat hingga kau tak mau mencari wanita lain yang lebih dewasa alih-alih perempuan S2.""Bukan seperti itu, kau salah paham. Aku menikahi Grace juga karena alasan, tidak sembarangan." Marvel buru-buru menyangkal."Lagipula jika disuruh memilih, aku juga akan mencari wanita yang sepantaran untuk diajak berumah tangga.""Kalau kau tidak mau, berikan saja padaku. Tipe idealku gadis-gadis imut seperti istrimu," kelakar Zuke spontan membuat Marvel menatapnya tajam. Pria berkulit putih itu tentu kelabakan."Bercanda,
Tok! Tok! Tok!"Om Marvel sudah tidur?" Grace berseru selagi mengetuk pintu, menunggu jawaban dari sosok manusia yang berada di dalam sana.Omong-omong ini sudah hampir jam sembilan malam, ia tak sepenuhnya yakin bahwa si pemilik kamar ini masih terjaga."Belum, ada apa?"Oh, ternyata dugaannya salah. Dia lantas melirik sekilas sebuah kotak berukuran sedang yang tengah ia bawa, kemudian kembali menyeru."Marvel, ini ada paket. Aku taruh depan pintu atau bagaimana?""Bawa masuk saja, pintunya tidak di kunci," titah Marvel dari balik sana.Grace hanya menurut, dengan gerakan perlahan ia mulai mengayunkan gagang pintu, kemudian mendorongnya masuk hingga terbuka setengah dan ..."Wow ..." Gadis itu langsung melongo, matanya melotot lebar dan napasnya tertahan di tenggorokan.Rasanya Grace seperti kena serangan jantung saat kedatangannya disambut dengan pemandangan kurang ajar bikin jiwa dan raganya gonjang-ganjing tak karuan. Bagaimana tidak?
"Ya, tapikan kamu sudah besar. Menyesuaikan lah," tandas Marvel."Kalau masih balita nontonnya Coco Melon, TK sampai SMP-Frozen 2 masih ok, tapi kalau sudah hampir lulus S2 begini cocoknya nonton The Avanger, Fast and Furious dan sejenisnya."Grace mengangguk-angguk."Oh ... menyesuaikan umur ya, Marvel? Jadi kalau sudah lansia nontonnya film malam pertama di alam kubur sama azab kubur ya? Soalnya 'kan mau meninggal.""Ya-mm--gimana, ya? Benar juga, sih." Marvel menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ingin membantah Grace tapi yang gadis itu ucapkan tidak sepenuhnya salah."Sayang, kita nonton Squid Game saja, yuk? Nanti setiap ada yang mati ketembak, aku cium bibir kamu. Mau, ya?" tanya Marvel menawarkan.Mencari kesempatan dengan gaya."Mati ketembak? Jangan ah, seram. Maunya Frozen 2 yang ada manusia salju tonggos sama kadal gurun berapi itu," elak Grace tidak mau tahu.la bahkan dengan sengaja mencebikkan bibir bawahnya, pura-pura ngambek, b
"Bukan," sahut Yvan memberi sedikit kode.Grace lantas mengetuk-ngetukkan jemarinya di dagu, sedang berpikir keras."Sepantaran kita? Atau lebih tua?""Pikir saja sendiri." Percayalah, telinga Yvan mulai terlihat memerah."Satu organisasi sama kamu? Cassie?" tebak Grace, namun langsung disangkal dengan gelengan kepala oleh Yvan."Sekelas sama kita?" Yvan mengingat-ingat siapa wanita yang berpotensi disukai Grace, laki-laki tersebut susah ditebak dan tidak mudah bergaul dengan sembarang wanita, jadinya ia berasumsi kalau mungkin yang ditaksir Grace adalah yang seringberinteraksi dengannya."Biasanya anak pintar naksir anak pintar juga. Mmm ... kamu naksir Sarrah yang semester kemarin dapat IPK 4?""Bukan," kata Yvan datar."Sarrah 'kan sudah punya pacar, mantan presma itu.""lya juga." Grace mengangguk sadar."Oh! Atau jangan-jangan kamu naksir Elsa si tukang caper itu, ya? Kan dia kayak pick me girl gitu, seksi manja montok, ti
Tepat pukul tujuh malam, seseorang yang sangat Marvel tunggu-tunggu akhirnya pulang juga. Grace memang belum masuk ke dalam rumah, tapi Marvel sudah tahu dari suara langkah kaki grasak-grusuk yang semakin lama terdengar semakin jelas dan dekat. Maka, pria dewasa itu memilih untuk beranjak dari sofa, kemudian berjalan menuju pintu utama. Menunggu si gadis di sana sambil melipat kedua tangan di depan dada."Istriku pulang?" Marvel menyambut kedatangan Grace dengan sebuah pertanyaan sarkas, nada bicaranya setengah tak menyangka."Aku kira kamu menginap di rumah Yvan.""Memangnya boleh?Aw-ah! Marvel, lepasin!" pekik Grace seraya berjengit kesakitan saat Marvel tiba-tiba menjewer telinganya."Kamu mau aku pindah ke sekolah lain biar tidak ketemu sama bocah bau minyak telon itu lagi?" ancam Marvel keki.Grace semakin meringis."lya-iya ampun! Lepasin Marvel, nanti telingaku copot dari kepala kan tidak lucu."Melihat wajah Grace yang kian memerah karena m
"Caramel macchiato deh satu," ucap Yvan, lalu teringat sesuatu."Nanti jangan lupa ya, Grace. Habis dari sini kamu traktir aku bakso janda dombret dekat sekolah yang baru launching."Grace yang mendengar peringatan dari Yvan jadi makin was-was, sebab kini Marvel terus menatapnya dengan sorot mata tajam yang menyeramkan. Rasanya ia ingin membungkam mulut Yvan yang suka ceplas-ceplos itu, ia tidak mau berakhir salah paham lagi dengan suaminya."lced americano satu," kata Marvel setelah Yvan selesai memesan.Tidak ada embel-embel 'hai' atau senyuman, Marvel tak berniat menyapa gadis itu sama sekali, mengambil peran sok tidak kenal.Marvel lantas sengaja mencari tempat duduk yang strategis agar ia bisa melihat Grace sekaligus Yvan yang dari tadi menguji kesabarannya. Bagaimana tidak? Yvan benar-benar tidak mau memalingkan pandangannya dari Grace yang sedang meracik kopi. Ke mana gadis itu bergerak, bola matanya selalu mengikuti."Sial!" umpat Marvel geram.
Siang ini, Marvel tidak bisa menjemput Grace karena ada jadwal rapat mendadak di kantor pusat hotelnya-membahas tentang kondisi saham perusahaan yang mulai tidak stabil dan berpotensi mengancam. Seharusnya mulai hari ini ia bisa mempekerjakan sopir pribadi yang jauh-jauh hari ia pesan dari agen terpercaya, namun saat ia memastikan sendiri seperti apa sopir barunya untuk Grace, Marvel langsung membatalkan kontrak kerja dan memberi orang itu kompensasi lumayan besar sebagai gantinya. Tak disangka ternyata sopir itu masih muda dan memiliki paras yang tampan. Marvel takut tersaingi. Apalagi kalau sampai Grace kepincut dan jatuh hati. Oleh karena itu, ia meminta tolong pada bawahannya untuk mencari sopir baru yang sudah tua, kalau bisa yang visualnya biasa-biasa saja. Pun untuk sekarang, ia menyuruh Grace pulang naik taksi.Marvel sudah mentransfer uang sebanyak 10 juta ke rekening Grace untuk membayar taksi, semoga saja tidak kurang. Alih-alih langsung pulang ke rumah sesuai yang d
Marvel pulih setelah berhari-hari ia lalui di rumah sakit. Seperti biasa pria yang akrab di sapa 'Vel atau Mar' itu lagi-lagi selamat dari maut. Bahkan Marvel merasa pulih lebih cepat dan orang yang pertama kali ia cari adalah Grace. Dalam satu Minggu sudah berulang kali dia bertanya di mana istrinya, namun Gio dan Claire hanya diam saling menatap. Yang Marvel tahu hanyalah berita tentang kedua orang tua kandung Grace yang berhasil selamat dan sedang dalam perawatan di rumah sakit yang sama dengannya. Marvel turut berduka karena dia kehilangan dua sahabat terbaik dalam hidupnya. Dhave dan Geom selalu menjadi bagian dalam segala perjalanan hebat, gila dan menakutkannya. Kini Marvel hanya bisa mengenang mereka. Sedangkan Abriel, ternyata dia masih setia menemani Marvel setiap hari. Sedetik saja wanita itu tidak pernah beranjak dari sisi Marvel bahkan dia baru bisa berhenti menangis setelah melihat Marvel membuka mata."Aku sangat senang bisa mendengar suaramu lagi Sayang," kata A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.