The Secret Admire's Love

The Secret Admire's Love

Oleh:  Lavender My Name  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
29 Peringkat
60Bab
4.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jika cinta yang tumbuh justru mengancam yang terkasih Jika keberadaannya hanya akan membahayakan nyawa sang pujaan karena kejadian di masa lalu Apakah menyerahkan semuanya pada takdir adalah keputusan terbaik? The Secret Admire's Love

Lihat lebih banyak
The Secret Admire's Love Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Giri Pramono
cerita enak diikuti, dan bikin penasaran
2021-07-14 14:09:41
1
user avatar
Kaitani_H
Semangattt menulisnya, Kaka ♥️♥️♥️
2021-06-08 18:33:32
2
user avatar
Rainfall
Next ya thor
2021-06-07 06:58:01
1
user avatar
AnggiaFM
Seru banget ceritanya 👍
2021-06-07 02:23:31
1
user avatar
Ayunina Sharlyn
Masa sekolah emang seru 😃😃
2021-06-06 23:35:33
1
user avatar
Fani Kons
Aih jadi ikutan terbang pas baca ceritanya Menarik thor 🐊🐊
2021-06-06 23:05:28
1
user avatar
Eli
Next thor. Penasaran ceritanya kereen
2021-06-06 22:32:24
1
user avatar
Kanietha
Update lagiii Mbaaaa ....
2021-05-07 06:04:29
1
user avatar
Wanita Yang Tegar
Kenapa ya kalau baca kata senyum manisnya hatiku jadi meleleh. Ingin jatuh cinta lagi namun aku masih trauma🥺
2021-05-07 06:04:23
1
user avatar
mayuunice
Masukin library. Ceritanya nagih nihhh nyicil bacaa
2021-04-20 17:15:34
1
user avatar
Alfarin
Nice story... Lanjut thor
2021-04-19 20:54:42
1
user avatar
Tias Yuliana
Waa suka-suka ceritanya asyik. up lagi dunk
2021-04-19 12:39:11
2
user avatar
Wonder Icy
Widih cinta pandangan pertama saat masih bocil, sama kaya aku hehe tapi beda ending nih suka kaakkk, tetap semangat.. lanjutkaann
2021-04-08 11:27:18
1
user avatar
Bluesea
Ih. Ih. Ih. Next dong.
2021-03-17 01:54:11
1
user avatar
Mu chan zayam
Wah, asyik nih. Ngambil ceritanya dari sudut pandangan pria😍
2021-03-16 21:51:23
1
  • 1
  • 2
60 Bab
Awal Pertemuan
Bugh. Bugh. Bugh. Seorang bocah laki-laki, berusia sekitar 14 tahunan, menjadi bulan-bulanan sekelompok remaja pengangguran di sudut jalanan yang harus ia lalui setiap pulang sekolah. Dan hari ini adalah hari naas baginya, karena bertemu dengan sekelompok remaja yang memang terkenal sering membuat onar di lingkungan sekitar daerah tersebut. Tubuhnya yang kecil, membuatnya terlihat tak berdaya dan menjadi sasaran empuk ketika remaja-remaja itu gagal memeras orang lain. Kekesalan mereka, mereka tumpahkan pada seorang bocah yang sebenarnya berusia tidak jauh dari mereka.  Ketika tubuh kecil itu sudah tidak bergerak barulah mereka menghentikan pukulan-pukulan itu, dan meninggalkannya begitu saja. Wajah bocah itu sudah tidak berbentuk lagi, lebam di sana sini, darah mengucur di kedua sudut bibirnya. Pelipis kanan dan kiri pun sobek meninggalkan bekas yang juga mengeluarkan darah segar. Pakaian seragam sekolahnya sudah tidak berwarna putih lagi melainkan coklat merah
Baca selengkapnya
Namanya Hira
Aku menghabiskan waktu selama tiga  hari dua malam di rumah sakit untuk menyembuhkan luka-lukaku. Untung tidak ada satu pun bagian dari tubuhku yang mengalami patah tulang. Hanya memar saja.  Semua biaya rumah sakit sudah dilunasi Ibu. Dan hari ini, hari ketiga, aku sudah diijinkan pulang oleh Dokter Erwin, dokter yang merawatku. Ada satu pesan dari Dokter Erwin yang terus terngiang di telingaku. "Saatnya kamu menunjukkan siapa kamu sebenarnya, agar kamu bisa melindungi orang-orang yang kamu sayangi. Jadikan ini sebagai awal baru hidupmu".  Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Berjalan disamping wanita cantik yang sudah melahirkanku. Sesaat kurasakan tangan lembutnya menepuk punggungku pelan. Tepukan yang mengalirkan rasa nyaman dan hangat dalam diriku. Aku menundukkan kepalaku. Tanpa sadar, diujung pelupuk kedua mataku, sudah terbentuk beberapa kristal bening yang siap jatuh membasahi pipiku. Wanita cantik itu menghentikan langkahnya. Re
Baca selengkapnya
Namaku Satya
Seminggu sudah kejadian penganiayaan itu berlalu. Kini aku kembali masuk sekolah. Aku sekarang duduk di tingkat menengah pertama, kelas 2. Kali ini aku berangkat dengan sepeda. Iya, ibu membelikanku sepeda agar tidak perlu melewati jalan tikus yang selalu digunakan tempat nongkrong anak-anak yang tidak jelas identitasnya.  Namun sejak kejadian yang aku alami jalan tersebut sepi. Tidak ada lagi anak-anak nongkrong yang sering kali memeras orang yang sedang melintasi jalan tersebut, atau pesta minum-minuman keras yang ujungya berakhir dengan kericuhan diantara mereka sendiri. Perangkat kerukunan warga bersama warga memutuskan untuk membangun pos keamanan yang dijaga oleh hansip dan warga dengan jadwal bergiliran. Hal ini untuk mencegah kejadian penganiayaan dan pemerasan berulang kembali.  Aku mengayuh sepedaku. Saat hendak berbelok ke kanan, aku melihat seorang gadis kecil berjalan bersama seorang wanita yang usianya tidak jauh dari ibuku, sambil memanggul t
Baca selengkapnya
Bertahanlah Hira
Pagi ini, aku berangkat agak lebih pagi dari biasanya, karena ada jam praktik di  laboratorium fisika di jam ke 0. Ibu menyiapkan bekal 2 rangkap roti isi selai kacang kesukaanku serta air putih hangat seperti biasanya. Aku tidak begitu suka pergi ke kantin. Aku hanya akan ke sana bila diseret paksa oleh teman-temanku. Bukan tanpa alasan. Sekali lagi, aku tidak suka dengan keramaian. Satu-satunya keramaian yang aku suka hanya keramaian pada saat tim basketku melawan tim dari sekolah lain dalam suatu pertandingan.   Kembali ke masalah kantin tadi. Karena kantin selalu penuh saat jam istirahat, maka sebisa mungkin aku menghindari kantin. Aku tidak suka dengan perhatian lebih yang diberikan oleh gadis-gadis labil di sekolahku, bila aku berada di kantin. Aku tidak seperti Aji, sang Ketua OSIS, yang justru terlihat santai bila didekati oleh kaum hawa. Sejak dulu. Sejak pertama kali aku menapakkan kakiku di sekolah ini, aku sudah membatasi diriku sendiri untuk tidak
Baca selengkapnya
Kembali Tersenyum
Mobil SUV hitam mengkilat keluar dari rumah mewah yang berada 5 blok setelah rumahku. Aku kembali mengayuh sepedaku dengan kencang. Sesampainya di depan rumah, aku melihat Om Gunawan sudah menggendong Hira menuju ke mobil hitam itu. Tante Ratih membukakan pintu mobil baris kedua dan masuk terlebih dahulu untuk memangku Hira.  Om Gunawan menepuk pundakku. Aku menatap tubuh Hira yang berada di pangkuan Tante Ratih. "Nanti Om kabari keadaan Hira," ucap Om Gunawan kembali menepuk pundakku. Aku hanya menganggukkan kepalaku tanpa bersuara sedikitpun. Mobil itu melesat menerjang panasnya terik matahari. Aku terduduk di serambi depan toko ibu. Saat dimana tubuh Hira berhasil aku tangkap dan kudekap erat, melintas kembali di kepalaku. Seandainya tadi aku tidak berada di sana. Seandainya tadi langsung pulang seperti biasa. Siapa yang akan menolongnya? Siapa yang akan menggendongnya pulang? Begitu banyak pengandaian dan pertanyaan yang kuciptakan. Aku menghela nafa
Baca selengkapnya
Dari Jauh
Empat  hari sudah berlalu. Keadaan Hira semakin membaik. Om Gunawan bercerita  Hira sempat menanyakan penolongnya, namun karena kesepakatan yang sudah dibuat, maka mereka merahasiakan identitasku, dan mengatakan bahwa yang menolong saat ia pingsan adalah teman baik papa yang saat itu kebetulan sedang melintas di jalan yang dilalui Hira. Aku sendiri tidak bisa menengok Hira setiap hari. Aku hanya bisa menengok Hira pada dua hari setelah malam saat aku menengoknya bersama ibu. Hari ketiga, aku  latihan basket selama 2 hari berturut-turut dan saat ini aku sedang mempersiapkan diri bersama tim untuk mengikuti lomba matematika tingkat provinsi. Aku mengetahui perkembangan kesehatan Hira dari ibu yang menelpon atau terkadang ditelpon Om Gunawan. Besok Hira sudah bisa pulang, tapi belum diperbolehkan masuk sekolah. Paling tidak ia masih melanjutkan istirahat di rumah selama dua hari baru ia bisa kembali bersekolah. Aku saat ini sedang menjalani masa k
Baca selengkapnya
Ketahuan
Ibu mengantarku ke sekolah pagi ini. Hari ini aku akan berangkat mengikuti lomba matematika selama dua hari. Ibu memelukku erat sambil mengusap-usap lembut punggungku. Agak lama beliau memelukku, mungkin sambil merapal doa untukku.   "Jangan lupa berdoa. Serahkan semua pada yang diatas. Ibu hanya ingin kamu pulang ke rumah dengan selamat," ucap Ibu. Dikecupnya dengan sayang keningku, dan kedua pipiku layaknya seorang bayi. Aku memang akan selalu menjadi bayi di mata dan hatinya. Bayi yang mulai tumbuh menjadi remaja labil, hehehe, kekehku dalam hati. Aku berjalan masuk ke ruang aula yang berada sebelum gedung tempat kelasku berada. Aku melangkah masuk dan menaruh tas ransel di atas meja yamg biasanya digunakan untuk menerima tamu. Aku memasang head set dan mulai memutar lagu kesayanganku, menunggu kedatangan guru dan teman-temanku yang lain.  Tidak lama menunggu,  satu per satu teman se-timku mulai berdatangan. Tim matematika yang dikirim
Baca selengkapnya
Erick
Hira masih sibuk memilih jajan yang akan ia bawa untuk bekal di sekolahnya besok. Sesaat sebelumnya ia memilih buku gambar yang terletak di etalase tempat ku duduk di belakangnya. Ia terus melihat  ke arah etalase. Aku sempat terkejut karena ia menatap ke arah etalase sambil menyunggingkan senyum manisnya. Kukira ia mengetahui keberadaanku. Ternyata, aku salah. Senyum yang menghias wajahnya itu dikarenakan gambar sampul buku gambar yang ada di etalase adalah gambar kesukaannya. Snow White. Aku terkekeh dalam hati, menertawakan ke-pede-an ku  yang kebablasan.   Aku menggunakan kesempatan itu untuk masuk ke dalam rumah dengan langkah yang sedikit tergesa karena kuatir Hira akan mengetahui keberadaanku di toko. Di dalam ketergesaanku, aku teringat akan oleh-oleh yang aku belikan untuk Hira kemarin. Beruntung saat ini Hira sedang berbelanja di toko ibu, aku segera berlari mengambil bungkusan kecil itu yang masih berada di dalam tas ranselku.  Aku
Baca selengkapnya
Mengikuti Erick
Kata-kata ibu barusan tidak bisa kumengerti sepenuhnya. Apa maksudnya saatnya aku kembali mengenal siapa diriku sebenarnya? Aku bertanya-tanya sendiri dalam hati. Pria blasteran di hadapanku hanya duduk diam seribu bahasa. Raut wajahnya angkuh dan dingin. Rahangnya seperti dipahat menjadi bentuk paling kaku yang pernah aku temui. Aku terus menelusuri semua yang ada pada dirinya. Wajah blasteran, bentuk wajah kaku, aura dingin dari dirinya berusaha mengintimidasiku. Jas yang ia pakai tampak bukan sembarang jas. Sangat jelas terlihat bila itu buatan penjahit profesional. Lama ku berdiam diri. Bermain dengan pikiran dan imajinasiku sendiri tentang pria dingin yang ada di depanku. Kupikir, dengan diamku yang begitu lama, ia akan mengajukan keberatan dan memecah kesunyian diantara kami dengan perintah atau petuah khas seorang asisten yang mengingatkan tuannya akan jadwal atau kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya.  Asisten? Sebut saja pria yang bernama Erick
Baca selengkapnya
Ingat Aku
Tanpa terasa, setahun telah berlalu. Aku tetap berangkat sekolah seperti biasa, hanya saja kini aku diantar dan dijemput oleh Erick, asisten pribadiku. Latihan basketpun berjalan seperti biasanya, namun pada akhirnya, aku pun harus mengundurkan diri dari tim. Aku tidak lagi mengayuh sepeda  sehingga tidak lagi bisa mengawasi Hira dari kejauhan, seperti yang biasa aku lakukan  dulu. Kini, aku mengawasinya dari balik jendela mobil yang mengantar dan menjemputku. Ketika Hira sudah dijemput atau sudah tiba di rumahnya, barulah aku akan meminta Erick untuk melesat meninggalkan tempat itu Erick terus memberiku berbagai macam hal yang baru untukku. Aku tidak mengerti. Namun, aku mencoba memahami semampu yang aku bisa. Perlombaan basket yang seharusnya kuikuti, kubatalkan. Untuk sementara, aku mengundurkan diri dari tim. Keinginan untuk mengetahui kejadian sebenarnya yang menimpa ayah, membuatku menghentikan semua kegiatan yang biasa aku lakukan. Tapi, khusus untuk Hira, a
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status