KUKU BU SAPTO

KUKU BU SAPTO

Oleh:  Raifiza27  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
70 Peringkat
300Bab
73.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Raisa seorang gadis yang baru berusia 20 tahun. Dan, harus menjadi seorang pemandi jenazah. Hingga pada sebuah kejadian, saat memandikan jenazah Bu Sapto. Kukunya terlepas, dari jasad. Tersangkut di renda jilbab Raisa. Sejak itu, kehidupan gadis manis itu berubah. Dia selalu dihantui oleh Bu Sapto.Kematian Bu Sapto semakin menjadi teka teki. Hingga Raisa bersama Delon, menyelidiki tentang Kematiannya.

Lihat lebih banyak
KUKU BU SAPTO Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Zhu Phi
Sereeeem Mampir yuk di Rumah Kosong di Dusun Angker Dijamin seru
2022-06-08 16:44:33
1
user avatar
Ochi Lee
mampir pria tampan terdahsyat yang legendaris
2022-02-06 12:24:31
0
user avatar
Nannys0903
Mampir ke karyaku MALAM TANPA NODA Faisal tak menemukan bercak dara di atas ranjang apa benar istrinya sudah tak perawan. memilih menikahi wanita lain pilihan ibuanya tanpa mau menyentuh istri pertama. Mampukah Airi bertahan dalam rumah tangganya.
2022-02-05 22:14:46
0
user avatar
Aisyah Azzahra
ceritany bgs bngt Thor ......
2022-01-29 21:51:51
0
user avatar
Juniar Gunawan H
mau baca ah pria Yang tidak terduga
2022-01-23 04:09:47
0
user avatar
Ramdani Abdul
Ceritanya keren banget bagi pecinta horor, kalian bisa banget mampir ke ceritaku yang berjudul "Kafan Hitam"
2022-01-05 10:46:41
0
user avatar
Sekar Putri
baru baca kukunya nyangkut di jilbab, udah merinding duluan. habis bacanya hampir tengah malam..... ...
2021-11-04 18:17:52
1
user avatar
Hayisa Aaroon
Berbagai hal ganjil yang dialami pemandi jenazah setelah memandikan jenazah benar adanya, itu saya dengar langsung dari mereka. Banyak pelajaran hidup bisa ambil dari mereka yang sudah tidak hidup. Terimakasih Penulis untuk tema luar biasanya, mengingat kematian membuat hati kita, down to the earth.
2021-10-13 16:30:57
0
user avatar
Hayisa Aaroon
Novel ini juga mengingatkan saya tentang seorang Ustadzah yang setiap sebulan sekali mengajak santrinya sowan ke para orang tua dengan pekerjaan memandikan Jenazah. Rata-rata mereka adalah nenek-nenek, saya masih ingat betul beberapa kisah horor yang diceritakan setelah memandikan jenazah.
2021-10-13 16:22:17
0
user avatar
Hayisa Aaroon
Novel yang unik dengan mengangkat tema pekerjaan yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat namun sayang, selalu berusaha dilupakan atau dijauhi sebagian orang karena kesannya menyeramkan; Pemandi Jenazah. Melalui novel ini saya bisa merasakan lebih dekat tentang luar biasanya pekerjaan mereka.
2021-10-13 16:18:07
0
user avatar
Putri Pluviophile
ceritanya keren, idenya sangat menarik. jadiin bacaan favorit
2021-09-25 12:29:02
1
user avatar
Lia Lintang
Baca sinopsisnya aja udah merinding. Dapat banget feel-nya. Keren Kak. Aku padamu lah ya .........
2021-09-20 20:08:54
1
user avatar
R Martono
sangat suka menarik mendebarkan d tunggu cerita misteri selanjutnya
2021-09-09 08:57:04
0
user avatar
latina
bagus bagus
2021-08-17 07:01:23
0
user avatar
Frans Sinatra
wah mau tamat makin seru
2021-08-03 18:35:01
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
300 Bab
KEMATIAN BU SAPTO
  Raisa terhenyak saat dirinya diminta untuk ikut memandikan jenazah bu Sapto. Padahal dia baru beberapa kali, mengikuti pelatihan itu bersama emak haji. "Kenapa harus saya, Bu? Yang lain 'kan bisa," elak gadis manis itu. "Enggak ada orang. Emak haji lagi pulang ke Padang. Bu Titin ada hajatan di rumahnya. Mbah Sarji sakit, jadi cuman ada kamu, biar dibantu dengan ibu-ibu masjid," ucap Bu Marto panjang lebar. Dia berusaha meyakinkan gadis itu. Raut wajahnya berubah. Dirinya tak yakin, jika harus menerima permintaan ini. "Kasihan jenazah Bu Sapto!" "Tapi, selama ini saya selalu sama Emak Haji." "Raisa, enggak baik menolak. Ini tentang orang meninggal. Bukan hal bersenang-senang!" Gadis itu mulai berpikir. Ada pertarungan dalam benaknya. Antara menerima atau menolak. Namun, dia sudah berjanji pada neneknya, emak haji. Jangan pernah menolak jenazah untuk dimandikan. Siapa pun! Dengan berat hati, akhirnya dia m
Baca selengkapnya
DIHANTUI
Gadis itu melihat, seseorang tidur di sebelahnya. Dengan tubuh miring menghadap Raisa. Rambut yang keriting menutupi sebagian wajah. Raisa semakin merasa ketakutan.  "Ke-kenapa tiba-tiba ada orang di atas kasurKu? Mana sebelahan lagi." "Raisaaaa ...." Terdengar sosok itu seperti memanggil dirinya. "Aaaaaargh!" Terdengar suara teriakan Raisa yang ditahan. Terdengar suara yang mendengkus kasar. Yang kini, tengah menatap tajam pada Raisa. Kedua mata membulat lebar. Dengan bagian pupil, tertutup selaput putih menguning. Layaknya mata seseorang yang menjemput kematiannya. Bagai mayat hidup, yang kini tatapan terus mengarah pada Raisa. "Bu-Bu ... Sapto?!" Dengan mata yang melotot. Napasnya semakin memburu. Detak jantung berdegup semakin keras. "U-untuk apa Ibu ke sini?" "Raisaaaa ...." Sosok itu kembali memanggil dirinya. Membuat gadis itu semakin ketakutan. Bibirnya berg
Baca selengkapnya
HIDUNG BERKAPAS
Harso terperanjat. Saat ketukan di jendela kamar depan kembali terdengar. “Aneh?” ucapnya berbisik. Langkahnya perlahan menuju jendela lagi. Kali ini, dia sengaja hanya mengintip. Dari sisi jendela sebelah kiri. “Enggak ada siapa-siapa!” gumamnya. Dia mengernyitkan dahi, dengan dagu yang berkerut-kerut. “Coba aku lihat keluar.” Bergegas langkahnya  keluar kamar. Dia mengambil sebuah pentungan dari kayu, yang berada di balik lemari. “Kali aja maling,” bisiknya. Harso sudah berdiri, di balik jendela ruang tamu.Tangannya bergerak lambat. Menyibak korden secara perlahan. Sepintas Harso seperti melihat sebuah bayangan. Berdiri di depan pagar. Namun dia ragu. Pandangan matanya memicing. Seolah dia ingin memastikan. Apakah  dia benar-benar sedang melihat sebuah bayangan  berdiri di depan pagar. “Haaahhh! Benar, ternyata! Aku melihat seorang perempuan, berdiri di sana. Tapi, buat apa?”
Baca selengkapnya
KUKU MENGHITAM
 "Coba bersihkan wajahmu dulu!”Gadis itu membersihkan wajahnya dengan cepat. Setelah selesai membersihkan. Raisa kembali melihat wajahnya di cermin.“Gimana?” tanya sang Bapak.Gadis itu hanya mengangguk.“Ya sudah, kalian tidur sekarang!”“Tapi, Pak. Momoy takut tidur sama Mbak,” rengek Momoy.“Emang aku ini hantu apa? Udah kamu tidur sama Bapak aja!”“Beneran kamu enggak apa-apa?”Raisa mengangguk dengan kuat. Harso bersama momoy meninggalkan kamar Raisa. Menuju kamarnya sendiri.Dalam hati dan pikiran Harso, masih bertanya-tanya tentang kejadian yang baru dialaminya.Dia pun mendesiskan sebuah nama, “Bu Sapto?”“Apa Pak?” sahut Momoy.“Tunggu sebentar di kamar.Tidur pakai selimut!”“Momoy takut, Pak,” rengek bocah kecil itu.“Hussst!Anak laki-laki dilarang tak
Baca selengkapnya
KUKU BU SAPTO HILANG
“Badan kamu sehat ‘kan?”Tampak kecemasan membayang di wajah Harso. Apalagi pekerjaannya sebagai sopir pribadi sering mengharuskan dirinya keluar kota.“Raisa sehat, Pak. Bapak berangkat aja. Nanti bosnya marah-marah lagi.”“Jaga adik kamu ya, Raisa. Jangan keluyuran malam-malam!”“Iya, Pak.”Setelah berpamitan, Harso masuk ke dalam mobil. Dia harus sampai jam enam pagi di rumah sang bos.“Assalamualaikum!” ucap Harso sembari melambaikan tangan pada anak-anaknya.“Waalaikumsalam!” jawab mereka berdua serempak.“Dadadaaa, Paaaak!” teriak Momoy, yang terus mengikuti laju mobil sang Bapak sampai menghilang.Tampak Raisa masih menunggu Momoy. Terdengar derap langkah adiknya berlari mendekat. Membuat napasnya tersengal-sengal.“Ayo masuk!”“Aku lapar, Mbak.”“Beli, apa bikin?”
Baca selengkapnya
TABRAKAN
Raisa masih berdiri di dekat Bu Tyas. Tubuh wanita itu, terkulai lemah. Saat dia memperhatikan dengan seksama. Dari ujung rambut hingga kaki. Tatap mata Raisa, tertuju pada tangan Bu Tyas yang berdarah.“Kenapa kukunya?”  tanya Raisa berbisik.Kemudian, dia melihat di bagian kuku jempol kiri. Kukunya seperti terkelupas. Dengan darah yang terus menetes.Saat Raisa tersadar. Dia langsung berlari keluar rumah.“Kuku …?” bisiknya sambil berlari.Pandangannya melihat ke kanan dan kiri. Lalu mengarah pada rumah tetangga.Dari kejauhan terlihat seorang laki-laki mengendarai motor. Raisa berlari kencang mengejar.“Paaak … Pak!”Motor itu langsung berhenti. Raisa berlari mendekat.“Pak, tolong saya!”“Memangnya ada apa?”“Tolong tetangga saya!”Dua orang lelaki itu terhenyak.“Lah RTnya ke mana Mbak?”
Baca selengkapnya
ANCAMAN
Mereka berdua mencari kuku itu di sekitaran mobil. Lelaki tampan itu, seperti melihat sesuatu di bawah ban mobilnya.“Ini, yang kamu cari?” Sembari enunjuk ke arah ban mobil.“Iya!” Raisa hampir berteriak. Rona kemerahan di pipinya menghiasi. Wajahnya yang kesal berubah senang. Dia pun menghampiri lelaki tampan itu.“Tolong mobil kamu majukan sedikit.”“Oke. Aku pinggirin sepeda kamu dulu!”Setelah itu, dia masuk ke dalam mobil. Hanya sekian detik. Mobil berpindah tempat. Raisa segera mengambil bungkusan plastik itu.“Syukur Alhamdulillah.”Saat melihat sepedanya. Raisa langsung berteriak.“Sepedakuuu! Gimana aku bisa pulang, dan ke kuburan?”Lelaki itu berjalan menghampiri Raisa. Wajahnya terlihat masam“Bukannya tadi aku sudah bilang Non. Sepeda aku perbaiki, atau kamu yang perbaiki. Nanti aku kasih duit.”Raisa berpaling,
Baca selengkapnya
BAU BUSUK LAGI
“Ini kuburannya?”Raisa mengangguk.“Mas Delon tunggu di mobil aja.”“Aku ingin ikut kamu!”“Enggak usah! Tunggu aja di mobil!”Delon semakin heran melihat tingkah laku Raisa. Setelah Raisa berjalan cukup jauh. Dia pun turun dari mobil.“Aku ingin tau, apa yang sebenarnya dilakukan di kuburan? Anak Pak Harso ini, semakin aneh.”Delon pun mulai memasuki kuburan. Dari jauh dia bisa melihat Raisa yang sedang berjongkok, di depan sebuah makam. Terlihat dia seperti, sedang menggali tanah.“Apa yang dia lakukan? Ke-kenapa dia menggali tanah kuburan dengan tangannya? Ini sudah aneh sekali. Pak Harso apa main guna-guna, atau dukun ya?”Bersamaan dengan itu. Peluh mulai membasahi wajah dan tubuh Raisa. Berulang kali dia mengusap keringat yang menetes dari dahinya.Setelah membacakan sholawat, dan kalimat tauhid. Raisa memendam kuku Bu Sapto.&ld
Baca selengkapnya
KUKU ITU ADA LAGI
“Da-darah?”Momoy mengangguk pelan. Lalu bocah kecil itu, menunjuk sesuatu.“Apa lagi?”“Mbak lihat sendiri ke atas lemari!”Perasaan Raisa semakin tidak tenang. Bulu kuduknya langusng berdiri, merinding. Belum pernah selama hidupnya, dia merasa merinding seperti ini.Momoy menggoyang jari-jari tangan kakaknya. Sembari menunjuk ke atas lemari.“I-iya, sebentar.”Lalu, Raisa naik ke atas kursi. Mencoba melihat apa yang ada di atas lemari.Deg!Sontak raut wajahnya memucat. Kedua matanya terbelalak, dengan mulut yang terbuka lebar.“Ke-kenapa … jadi ada di sini lagi?” Suara Raisa hampir berteriak.Membuat Delon yang semula duduk tenang di ruang tamu. Beranjak dari tempatnya. Dia berdiri di depan pintu kamar.Hidungnya terlihat bergerak-gerak.“Bau apa ini, Sa?”Tanpa menjawab, Momoy menunjuk ke atas lemari. Rai
Baca selengkapnya
DIKEJAR BU SAPTO
Tampak dia mendahului berjalan keluar. Dengan cepat Delon mengikuti langkahnya.Lalu membuka pintu mobil. Diikuti oleh Raisa dan adiknya.“Raisa, jalannya ke mana ini?” tanya Delon.“Biar saya pandu, Mas.”“Makasih, Pak.”Mobil mulai melaju menuju pemakaman desa sebelah. Tak lama kemudian. Mobil sudah berhenti di depan pagar makam.“Ayo, kita turun!” ajak Pak Yasin.Mereka berjalan mengikutinya.“Mbak Raisa, di mana makamnya?”“Itu, Pak. Jalan lurus aja!”Tak lama mereka berjalan. Akhirnya sampai di makam Bu Sapto. Tampak Pak Yasin berjongkok.“Mana bekas Mbak Raisa menguburkan kuku tadi?”“Ini, Pak!”Kemudian, lelaki itu menggali bekas Raisa. Cukup lama dia menggali tanah dengan sebuah ranting pohon.“Apa Mbak Raisa menguburnya cukup dalam?”“Enggak kok, Pak. Saya me
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status