MANT(en)AN

MANT(en)AN

By:  Momoy  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
16Chapters
1.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Jaya diputuskan oleh kekasihnya—Tasya—di suatu malam hanya karena tidak mengingat hari ulang tahunnya. Di saat Jaya ingin mendapatkan hati Tasya kembali, dia mengalami kenyataan yang jauh lebih pahit: Tasya menjalin hubungan dengan sahabatnya sendiri. Jaya harus memilih antara sahabat atau mantan yang masih dicintainya. Dia hanya bisa pasrah menanggung luka yang teramat dalam. Layaknya batu karang di tepi lautan, bahkan meski diterpa ombak jutaan kali pun, ia tetap bergeming.

View More
MANT(en)AN Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Frans Sinatra
teman atau pacar
2021-04-15 08:49:22
0
user avatar
DIHNU
Sahabat atau cinta?
2021-04-12 16:52:43
0
16 Chapters
PROLOG
“Lo emang nggak pernah ngertiin gue!”“Apa?! Gue nggak pernah ngertiin lo? Maksud lo apa, Sya?! Saat lo lagi sibuk sama temen-temen lo, apa gue pernah nyalahin lo? Apa gue pernah larang-larang lo? Lagian, gue selalu ngasih apa pun yang elo mau.” Sorot mataku menatap tajam pada seorang perempuan bernama Tasya, sang pujaan hati.Aku dan Tasya sudah menjalin hubungan semenjak tiga tahun yang lalu, tepatnya saat kami baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas, yang mana pada saat itu Tasya dirundung sebuah nestapa. Ibunya meninggal. Ya, dan akulah satu-satunya orang yang menyelamatkan Tasya dari neraka bernama kesepian.Sejak saat itu juga, Tasya selalu menggunakan bahuku untuk menyandarkan kepalanya di saat dia mengalami masalah yang menghancurkan hatinya. Kami berbagi kasih dan sayang. Juga berbagi kesedihan.“Bukan itu maksud gue, Jaya! Bukan itu! Gua tahu kalau lo selalu pengertian sama gue.” Tasya menggeleng pelan. Jel
Read more
Mantan Digebet Temen
Sekian bulan berlalu semenjak hari di saat aku bertengkar hebat dengan Tasya. Aku tidak pernah mendengar kabar lagi darinya. Semua pesan yang kukirim dari berbagai media sosial diabaikan olehnya. Begitu pun jika aku mencoba untuk meneleponnya. Tidak digubris sama sekali.Tak dimungkiri, aku menjadi lelaki yang amat sangat kesepian. Aku merasa kehilangan sosoknya yang selalu menghiburku saat pikiran begitu lelah dengan berbagai masalah. Kini, tiada lagi senyuman itu menghiasi hari-hariku.“Eh! Kenapa lo ngelamun?” Seorang lelaki tiba-tiba menarikku dari dunia imaji.“Nggak kenapa-kenapa. Gue ngantuk, mau tidur!” Kuletakkan ponsel di atas nakas, lalu membaringkan badan, memeluk guling.“Eh, eh, eh! Jangan tidur dulu, Jay! Gue mau curhat sama lo. Bentar aja!” Tio menyatukan kedua tangan, memohon.“Curhat soal apaan?” tanyaku, tanpa mengubah posisi.“Gue lagi jatuh cinta, Jay.”A
Read more
Mendekati Kehancuran
“Jay! Kenapa lo ngelamun gitu? Ntar kesurupan setan lo!” Tio baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengelap rambutnya yang basah karena sehabis mandi.“Nggak ada. Gue pengin ngelamun aja, sih.”“Jay!” Tio duduk di atas ranjang, sementara aku tidur telentang menghadapkan wajah ke langit-langit. “Kalau lo ada masalah, cerita sama gue. Lo, kan, udah bantuin gue juga deket sama si Tasya.” Tio tersenyum meyakinkan.Sangat menyebalkan sebenarnya bila mendengar nama Tasya dari mulut Tio. Meskipun dia teman ataupun sahabatku, tetapi tetap saja bila melihat Tasya bersama dengannya, aku ingin sekali berteriak dan memaki mereka berdua. Sangat kejam memang. Terlebih lagi, walau Tasya tahu kini aku adalah sahabat Tio, aku yakin sekali bahwa ia tidak akan pernah berhenti. Ia akan menyiksaku secara terus-menerus dengan cara seperti ini.Sebab ini merupakan kesempatan baginya untuk membalaskan dendam sakit hatinya. Aku tak
Read more
Kemarahan Tio
Aku menghela napas gusar untuk kesekian kalinya. Dengan wajah kusut dan kepala dipenuhi pikiran kacau tentang Tasya dan Tio. Sejak sejam yang lalu, aku hanya menatap layar smartphone, melihat berbagai status penghuni media sosial. Kugestur ke bawah, memberikan tanda jempol, dan begitu seterusnya hingga berhenti ketika mendengar ketukan pintu dari ruang tamu. Aku berjalan gontai dan membuka pintu. Setelah melihat siapa yang datang, aku tertegun dan membelalak.Sebetulnya, kalian pun bisa menebak siapa yang datang karena wajahku pasti sudah memberikan jawabannya. Sepertinya, aku memang harus terbiasa dengan kehadiran Tasya di dunia yang sudah berubah di mana aku hanya tokoh figuran ini. Dia untuk orang lain, bukan untukku. Karena memang seperti itulah kenyataannya.“T-Tasya?” Cukup senang sebenarnya melihat Tasya datang ke kost lagi hingga jantungku pun berontak. “L-lo tumben. Ada—““Gue nggak dateng buat lo! T
Read more
Perasaan Tasya
“APA?! Lo bilang gitu sama Tasya?!”“Gue nggak punya cara selain itu, Na. Gue nggak mau persahabatan gue sama Tio berantakan cuma gara-gara gue masih sayang sama Tasya. Toh, perasaan gue ke Tasya juga udah nggak berguna. Dia udah benci banget sama gue sebelum gue ngucapin kata-kata ngeri itu ke dia.”“Bodoh! Bener-bener bodoh, Jay! Dari mana, sih, keyakinan lo itu kalau Tasya benci banget sama lo?!”“Ya ... coba aja lo tanya ke dia. Pasti dia bilang gue cowok paling dia benci di dunia, bahkan sealam semesta.”Risna meletakkan kedua tangan di pinggang, lalu mengeleng-geleng. “Gue udah ngomong sama Tasya kemarin. Dan dia bilang masih cinta sama lo.”“Hah? S-serius lo? Alah, palingan bohong.” Aku memiringkan senyuman.“Nih, lo denger sendiri!” Risna memberikan smartphone miliknya.“Buat apa?” tanyaku, belum mengerti dengan maksud Risn
Read more
Risna di Mataku
Embusan angin pantai sejuk menyapa. Sore ini mentari sepertinya akan tampak begitu indah. Cuaca sedang sangat bagus. Ya, sangat berkebalikan dengan suasana hatiku yang kacau balau bagaikan balon hijau meletus ini. Karang-karang di tepi laut tak pernah menyerah meski jutaan kali bahkan hingga tak terhitung berapa kali telah diterpa sang ombak. Mereka tetap berada di sana. Diterpa ombak yang sama setiap harinya. Kadang lebih keras dan menyakitkan dari biasanya.Bagaimana caranya menjadi setegar batu karang di tepi lautan? Bagaimana caranya bangkit setelah ditampar-tampar sebuah kenyataan kelam? Tentu, aku belum tahu jawabannya. Itulah mengapa aku bertanya pada hatiku sendiri.“Ngomong-ngomong, lo masih pacaran sama cowok yang dulu itu, Na?”“Nggak! Dia ternyata cowok berengsek. Selingkuh terang-terangan di hadapan gue.”“Kok, gue jadi tersinggung banget, ya, lo sebut-sebut cowok berengsek.” Aku pun tercengir.&ldqu
Read more
Kemunafikanku
“Jay! Lo tahu, nggak?” Tampak jelas sebuah perasaan bahagia di wajah Tio. Matanya perlahan-lahan menyipit. Senyumannya bertambah semakin lebar.“Lah, lo belum ngasih tahu. Mana gue tahu.”“Gue jadian sama Tasya!” ujar Tio sambil mengangkat kedua tangannya.Sebetulnya, aku sama sekali tidak bahagia. Tidak akan pernah bahagia Tio menjadi bahagiaku. Sebut saja aku munafik, tetapi yang jelas, aku hanya berusaha untuk tidak membohongi diri sendiri.Menyesakkan dada. Sebuah paku baru saja menancap di jantung hatiku. Teramat pedih hingga aku merasa sangat ingin berteriak sekencang-kencangnya, kemudian menghantam apa pun di sekitar sebagai lampiasan. Namun, itu tak perlu, sebab aku hanya perlu menampilkan wajah seakan-akan aku ikut bahagia di hadapan Tio.“Bagus kalau gitu, Yo. Gue dukung lo seratus persen.” Aku pun melemparkan senyuman yang sungguh dipaksakan kepada Tio.“Gue boleh minta sesuatu
Read more
Revolusi Persahabatan
“Gue bilang juga apa! Elo, sih, jadi cowok cemen banget!” Risna bersandar pada punggung kursi.“Semua salah gue. Apa-apa gue. Terus gue harus gimana, gitu? Gue ngerasa dilema sama semua ini.”“Ya, emang, kan? Lo lelet bertindak. Lo orang yang suka ngeremehin masalah. Kan, jadi gini, nih, jadinya,” omel Risna, “terus lo bakalan gimana sekarang?”“Ya, udah. Gue nggak bakalan ngapa-ngapain. Kan, udah gue bilang sebelumnya. Kalau Tasya udah jadian sama Tio, itu artinya Tasya nggak bener-bener masih sayang sama gue,” cetusku, kemudian menyesap kopi hangat milikku.“Terserah lo aja, deh.” Risna melenguh panjang. “Jadi, rencana lo selanjutnya gimana?”“Gue nggak tahu, Na. Gue rasa diri gue udah hancur banget. Dan lagian, Tio kayaknya udah berubah gitu semenjak kenal sama Tasya. Dia udah jarang banget ngobrol sama gue. Nada bicaranya udah kayak bukan dia lagi. Gue nge
Read more
Gelagat Aneh Risna
Dering smartphone di atas nakas membangunkanku dari tidur. Dengan mata terpejam, kugapai smartphone tanpa melihat siapa yang menelepon.“Halo?”“Halo, Jay. Ini gue Risna.” Terdengar suara Risna di ujung telepon.“Iya? Ada apa nelpon pagi-pagi begini? Ada yang penting, ya?”“Bisa ketemu?”“Iya, bisa. Mau ketemu di mana?”“Bisa ke rumah gue?”“Rumah lo? Nggak, ah! Malu gue sama bonyok lo.”“Please, Jay! Nggak ada siapa-siapa di rumah gue. Mobil gue lagi dipake nyokap. Makanya gue nggak bisa ngajakin lo ketemuan di luar. Mau, ya?”“Ya, udah, iya. Gue mandi dulu. Baru bangun gue, nih!”“Oke. Gue tungguin.”Setelah mematikan telepon, aku beranjak menuju kamar mandi untuk segera membasuh t
Read more
Menanggalkan Perasaan
“Tio! Lo mau ke mana? Pulang kampung?” tanyaku sebab melihat Tio menenteng sebuah koper.“Sori, Jay, gue mau pindah kost.”“Apa?! Kenapa mendadak begini?” Aku terhenyak, bertanya-tanya alasan apa yang membuat Tio ingin pindah kost.“Untuk saat ini gue nggak bisa jelasin alasan gue. Pokoknya gue mau pindah, lah.” Tio buru-buru menjejakkan langkah.“Eh, eh, eh! Tunggu, tunggu!” Kuhentikan langkah Tio. Ia enggan melihat wajahku.“Ada apa? Kalau gue ada salah, gue minta maaf. Kita bisa ngomong baik-baik, kan, Yo,” kataku menyarankan. Berusaha menghentikan keinginan Tio.“Enggak ada yang harus kita omongin, Jay. Ini bukan tentang lo dan gue.”“Lah, terus tentang apaan? Ayolah, kita udah dewasa, Yo. Gue tahu, kok, kalau sikap lo kayak begini, lo pasti lagi marah sama gue.”“Kalau lo emang sahabat gue, biarin gue lew
Read more
DMCA.com Protection Status