1095 Days!

1095 Days!

By:  SYLVIAAZ  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings
50Chapters
4.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kisah gadis remaja yang jadi rebutan dua lelaki tampan di sekolah. Dia adalah Naira Anggiana Olivia, gadis cantik dengan penampilan agak tomboi itu selalu menjadi pusat perhatian. Di hari pertama sekolah, Naira bertemu dengan Gibran Alandra. Dia adalah most wanted di sekolahnya. Lelaki yang selalu mengganggu Naira. Alhasil Naira jatuh hati pada Gibran. Tetapi naas, Gibran hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat. Di tahun kedua datanglah seorang lelaki yang tak kalah kerennya dengan Gibran. Ia adalah Alvalino Abel Kavindra, lelaki keren dengan menggunakan kacamata itu menyukai Naira. Tetapi, Gibran selalu saja menghalangi usahanya yang akan memenangkan hati Naira. Lantas, seperti apa perjalanan cinta segitiga mereka nanti?

View More
1095 Days! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Baiq Harmalah
hai author aku pengguna baru goodnovel baru bacanya aja udah suka banget. semangat thorrr......
2023-07-03 15:19:36
1
user avatar
Acha07
semangat kak
2021-04-29 14:56:54
5
user avatar
Askama95
keren ceritanya 👍
2021-04-26 05:01:25
2
user avatar
Choco Almond
Keren banget kak ❤️ bikin baper 😭😭
2021-04-24 13:35:24
2
user avatar
Dianfafa
Sepertinya Gibran tuh sudah ada rasa sama Naira cuma dia tidak menyadarinya saja, semangat lanjut Thor
2021-04-17 12:30:37
1
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Jangan lupa mampir ya >> My Girl is mine
2021-04-15 23:35:56
1
user avatar
gvnddmslmn
Pasti bab selanjutnya banyak mengandung bawang😭 ditunggu kelanjutannya thor
2021-04-13 15:58:44
1
user avatar
Buah_Kaktus
Gibran, kamu suka ngeledek Nay seh... Jadi Naira tumbuh benih-benih cinta dah, ayo tanggung jawab 😁😁😁 Semangat Thor...
2021-04-05 19:07:20
1
50 Chapters
BAB 1 - Naira
“Naira? Lo ngapain di pantai sendirian? Udah malam ini, Ra!” Teriak seorang gadis ke arahnya dengan sedikit berlari. Ia menghampiri gadis yang saat ini tengah duduk di pinggir pantai. Gadis itu mencoba mendekatinya karena dirinya sudah melamun sejak dua jam yang lalu, dengan penampilannya yang acak-acakan, gayanya yang sedikit tomboi, dan rambutnya yang diikat asal-asalan. “Lo kenapa, Ra?” tanya gadis itu setelah melihat mata merah Naira. “Gue—nggak apa-apa kok,” kata Naira dengan santai. Lalu ia berjalan meninggalkan Alisya yang sedang kebingungan melihat sikapnya. “Naira! Kalau ada masalah jangan di pendam, gue sahabat lo kan, Ra?” ujar Alisya. “Maaf, ngomong-ngomong kenapa lo ke sini?” tanya Naira dengan menghentikan langkahnya. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan. “Tadi gue ke rumah lo Naira! Cuma lo nggak ada, jadinya gue ke sini nyariin lo,” jelas Alisya. “Pulang yuk, Ra?” ajak Alisya yang dibala anggukan oleh Naira. Naira berjalan di samping sahabatnya dengan malas lalu m
Read more
BAB 2 - Tahun Pertama
Tiga puluh menit kemudian mereka telah sampai pada tempat tujuan. Mereka berdua bersekolah di SMK Kesehatan yang tempatnya berada di kota Jakarta. Mereka adalah siswi baru di sekolah ini. Ya, mereka masih kelas sepuluh SMK. Naira yang sedikit tomboi dan Alisya yang feminim itu menjadi pusat perhatian banyak siswa dan siswi di parkiran sekolah. Dengan gaya rambut Naira yang di cepol ke atas, berbeda dengan Alisya yang rambutnya dibiarkan terurai. Itu membuat Alisya tampak anggun. “Sya?” panggil Naira secara tiba-tiba setelah keluar dari mobil. “Apa Naira cantik?” jawabnya dengan sedikit menggoda. “Najis! Nggak jadi,” seru Naira. “Bercanda Naira, kenapa?” tanya Alisya dengan memiringkan kepalanya. “Tadi pagi ada temennya Abang gue telepon,” jelasnya dengan berjalan berdampingan menyusuri koridor. “Siapa? Pacar lo pasti,” ujar Alisya dengan menggodanya lagi. “Ck!” Naira berdecak lalu meninggalkan Alisya dan berjalan cepat setelah menemukan kelasnya. Ia langsung masuk ke dalam kela
Read more
BAB 3 - Terpaksa
“Neng? Di luar ada tamu yang nyariin, Neng,” ujar Bi Inah. “Malam-malam begini, Bi?” jawab Naira dengan sedikit rasa tidak percayanya. “Iya atuh, katanya sih pacarnya Neng Naira,” jelas Bi Inah. Naira yang mendengarnya pun langsung menutup buku yang sedang dibacanya. Ia segera bangkit dari duduknya dan mencari tahu siapa yang mencarinya malam-malam seperti ini. Padahal saat ini sudah pukul sebelas malam. Siapa yang berani bertamu malam-malam seperti ini. Sangat tidak sopan, bukan? Naira sudah sampai di lantai satu dan segera membuka pintu rumahnya. Terlihat jelas ada seorang lelaki yang tengah berdiri di depan sana. Namun, Naira hanya mampu melihat punggungnya saja. “Ada yang bisa saya bantu, Mas?” ucap Naira dengan sopan. Alhasil membuat lelaki itu langsung menoleh ke arah Naira dengan melambaikan tangannya. “Gibran? Tahu dari mana alamat gue?” tanya Naira dengan penuh penasaran. “Mau tahu aja atau mau tahu banget?” tanyanya kembali dengan kedua tangannya yang dilipat. Naira l
Read more
BAB 4 - Pulang
Suara bel berbunyi, menandakan jam pelajaran telah selesai. Bunyi yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh siswa. Ada juga yang menganggap suara bel pulang merupakan bunyi yang menandakan bahwa pintu surga kebebasan telah tiba. Siswa-siswi yang mendengarkannya pun bersorak dengan senang dan segera merapikan peralatan menulisnya ke dalam tas mereka masing-masing. Berbeda dengan Naira, ia justru memilih tertidur di jam terakhir pelajaran. Khawatir ditegur oleh guru yang mengajar saat itu, ia sudah memilih pindah tempat ke bangku yang paling belakang. “Ra?” panggil Alisya. Gadis itu mengguncangkan pelan tubuh Naira. Naira yang tidak suka diganggu tidurnya pun mendorong Alisya agar menjauh darinya. Alhasil, hampir saja Alisya terjatuh dari kursinya. “Naira?” panggil Alisya dengan cemas. Alisya bingung harus dengan cara apa lagi agar sahabatnya yang tertidur ini segera bangun. Ia mengetuk dagunya dengan jari telunjuk seraya berpikir dan mencari cara sehingga menemukan sebuah ide. “R
Read more
BAB 5 - Pengakuan Gibran
Setelah sampai di depan rumah Naira. Gibran segera ke luar untuk membukakan pintu samping. Naira yang melihat aksinya pun tersenyum dengan sedikit merasa malu. Gadis itu merasa diistimewakan karena tindakan Gibran. “Silakan ke luar, Tuan putri,” ujar Gibran dengan gayanya mempersilakan. “Terima kasih! Pangeran—tapi bohong!” sahut Naira dengan ketus. Gibran yang mendengar merasa sedikit kesal karena awalnya dipanggil pangeran oleh Naira lalu tidak jadi. “Pulang, ah!” sindir Gibran. “Iya, sana pulang.” “Hati-hati?” sindir Gibran pada Naira. “Hati-hati di jalan,” balas Naira yang mengerti. Gibran segera berjalan masuk ke dalam mobilnya. “Naira!” teriak Gibran dari dalam mobil. Naira menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke sumber suara. Ia berkata, “Apa?” “Ketemu lagi besok!” Gibran melambaikan tangannya dengan menunggu agar Naira masuk ke dalam rumah. Kriinngg! Kriingg! Ponsel Gibran berdering saat dirinya baru saja ingin menyalakan mesin mobilnya. Terpampang jelas nama 'B
Read more
BAB 6 - Senyum Palsu
Malam ini sudah pukul 23.30 WIB. Dirga telah pulang dari kantornya. Ia berjalan menuju kamar dan segera membersihkan tubuhnya agar terasa lebih fresh. Berbeda dengan Naira dan Alisya, mereka belum juga tertidur. Tetapi sedang bertengkar karena Alisya yang tidak terima karena dituduh seperti ikan buntal oleh Naira. “Nyebelin lo!” teriak Alisya dengan melemparkan bantal ke wajah Naira. “Jangan sentuh bantal gue, nanti bau comberan lagi, ah!” canda Alisya. Alisya yang dituduh pun kesal karena dirinya sudah berusaha sewangi mungkin malah disamakan dengan air comberan. Gadis itu duduk di pinggir kasur Naira dengan mengembangkan kedua pipinya. “Tuh kan mirip ikan buntal, haha!” Naira menyindir setelah melihat wajah Alisya yang sedang cemberut dengan bibirnya yang manyun. “Sewot banget sih netijen!” murka Alisya. Naira yang berhasil membuat sahabatnya merasa kesal pun tertawa penuh kemenangan. “Ketawa lo palsu, Naira!” kata Alisya dengan lantang dan tajam. Naira yang mendengar ucapan
Read more
BAB 7 - Sahabat
Pagi yang cerah di hari Minggu. Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB dengan seorang gadis yang masih terlelap dalam mimpinya. Ia memang juaranya dalam masalah tidur. Bahkan Dirga telah membangunkannya sejak pukul 06.00 WIB dan sampai sekarang pun belum juga terbangun dari tidurnya. “Bangun! Atau gue dobrak ini pintu!” Dirga berteriak dengan lantang dan mengancam. Sejak tadi ia sudah membangunkan adiknya dengan cara apapun tapi tidak juga berhasil. Ia terdiam sebentar menyesap secangkir kopi yang tengah digenggamnya lalu duduk di kursi yang berada di pinggir pintu kamar Naira. Bip! Bip! Suara ponsel Naira berbunyi terus sejak semalam tanpa henti. Bahkan hingga saat ini ia belum juga mengecek siapa yang mengirimkan pesan sebanyak itu. Ia terlihat tidak perduli dengan siapa yang mengirimkan pesan. Ia merasa muak dengan semuanya. “Neng!” teriak Dirga lagi. “Gue dobrak di hitungan ketiga!” ancam Dirga. “Satu, Dua....” Dirga mulai menghitung. “Tig—” Ceklek! Naira segera membuka p
Read more
BAB 8 - Latihan Bela Diri
Saat ini Gibran telah berada di rumah temannya, Farrel. Ia merebahkan tubuhnya dengan kasar lalu menatap langit kamar Farrel dengan tatapan yang kosong, ia kepikiran oleh kejadian tadi. “Kenapa lo, Bran?” tanya Farrel dengan tersenyum lebar. “Pusing gue” Gibran menjawab dengan membenarkan posisinya menjadi duduk. “Pusing? Minum oska—” Bugh! Gibran melempar guling ke wajah Farrel yang hendak menirukan iklan di televisi, sehingga Farrel tidak dapat melanjutkan ucapannya dan langsung terdiam. “Tapi yang satu ini pusingnya nggak bisa disembuhin pakai obat, Rel,” jelas Gibran. Gibran langsung mengacak lagi rambutnya. “Soal cewek?” tanya Farrel dan dibalas anggukan oleh Gibran. “Makannya, Bran, jangan kebanyakan cewek lo!” pungkas Farrel. “Gue nggak punya cewek, bego!” seru Gibran. Lelaki itu melirik tajam ke arah Farrel sehingga sahabatnya langsung terdiam. Ia hanya ingin mengalah pada Gibran yang lagi dipenuhi oleh rasa emosi, karena takut jika dirinya akan menjadi pelampiasan am
Read more
BAB 9 - Permintaan Maaf
Sore ini Gibran sedang asik bercanda dengan adik perempuannya di ruang keluarga. Dengan memakai kaos bercorak army, celana jeans hitam, dan kalung perak dengan gantungan berbentuk salib yang menggantung di lehernya. Saat ini ia juga tengah mempersiapkan diri untuk menemui seorang wanita yang akan menjadi kekasihnya. Ya, lelaki itu akan menyatakan cintanya hari ini. Ia celingukan mencari ponselnya. Setelah mendapati ponselnya ia segera mengetik tombol nomor untuk menelpon seseorang. “Sudah disiapkan semua, Pak?” tanyanya pada seseorang itu. “Oh gitu, terima kasih,” ucapnya lagi dengan tersenyum lebar. Setelah itu Gibran berdiri karena ingin berpamitan dengan Kyra. Adiknya pun mengiyakan. Gibran mengacak rambut Kyra dan segera menuju garasi untuk memanasi mobilnya. Krinngg! Krinngg! Ponsel Gibran berdering, terpampang sebuah nama dari sahabatnya, yaitu Farrel. Akan tetapi, Gibran tidak mengangkat teleponnya karena sedang mengendarai mobil, ia tidak ingin kejadian yang tidak seharu
Read more
BAB 10 - Kejutan
Malam ini sudah tepat pukul setengah tujuh. Naira juga sudah selesai mempersiapkan dirinya dengan rapi, tapi masih dengan gayanya yang tomboi dan terkesan modis. Ia mengenakan kemeja berwarna abu-abu dengan celana jeans hitam. Kali ini Naira membiarkan rambutnya terurai dan tidak menggulungnya seperti biasa. Krinngg! Krinngg! Ponsel Naira berdering. Ia segera mengecek siapa yang menelponnya. Gadis itu dengan sigap mengangkat ponselnya dengan berkata, “Halo?” “Gue ke rumah lo ya, Ra? Gue bosan ini di rumah terus.” “Ah! Gue pikir siapa tadi yang nelpon gue, ternyata cuma salah sambung,” ucap Naira dengan ngasal. Karena dipikirnya Gibran yang menelponnya tadi. Ternyata hanya Alisya yang sedang gabut ingin pergi ke rumahnya. “Heh! Salah sambung apaan! Jangan ngada-ngada deh, Ra!” protes Alisya yang dituduh salah menelpon. Naira langsung tertawa setelah mendengar Alisya yang kesal. “Jangan! Gue mau ke luar soalnya, Sya,” jelas Naira. “Jangan bilang ke luar sama si cowok gila itu?”
Read more
DMCA.com Protection Status