Bicara

Bicara

By:  Titik Imaji  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
40Chapters
6.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Bian dan Misell adalah sepasang sahabat. Karena kedekatannya, banyak orang lain tidak percaya jika mereka adalah teman biasa. Keduanya selalu berteriak dan menegaskan jika mereka hanyalah sahabat. Tidak akan berubah, dan akan terus seperti itu. Namun, apa jadinya bila ego dari mereka sendiri yang membuat persahabatan ini semakin rumit? Jika kalian pernah mengalaminya atau hanya ingin mengenangnya kembali, mungkin cerita ini yang kalian cari.

View More
Bicara Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
40 Chapters
SATU
"Udah kali, Sell! Difoto aja catatannya, 'kan nanti juga bisa disalin di rumah," ucap gadis berjepit merah muda yang terlihat bingung dengan teman sebangkunya."Nggak mau! Ntar, kalau gue ngefoto papan tulis, ujung-ujungnya bakal jadi koleksi doang di galeri. No, no, no! Jadi, mending gue kelarin sekarang aja sekalian." Misell membalas dengan tatapan yang masih fokus ke papan tulis tanpa peduli hasil tulisannya."Nyatet, sih, nyatet, emang bisa kebaca kalau tulisannya naik turun gitu?" tanya Salsa yang semakin dibuat bingung.Misell lantas mengalihkan pandangan ke buku catatannya, yang saat ini tulisannya sudah seperti sandi rumput. "Hah? Astaga, Salsa! Kenapa baru bilang?" Ia berteriak sampai murid lain yang masih ada di kelas memutar tubuh ke arahnya."Ya gimana mau bilang, kalau dari tadi sahabatku yang cantik ini nggak peduli sama sekelilingnya.”Misell memasang wajah cemberutnya. "Ih, tetep ingetin dong, Sal! Terus ini gimana do
Read more
DUA
Esok hari telah tiba, hari yang ditunggu-tunggu semua manusia di bumi ini--hari Minggu. Hari di mana orang-orang bisa istirahat sejenak melepas penat atau hanya sekadar berkumpul dengan keluarga. Hari Minggu seakan menjadi hari kebahagiaan Misell. Ia hanya akan tertidur di kamar seharian tanpa peduli apa pun selain kasur dan selimut kesayangannya. mama dan papanya sudah paham betul watak anaknya itu.TING! TONG!Bel rumah Misell berbunyi setelah ada seseorang yang memencetnya. Wulan segera beranjak dari aktivitasnya di dapur untuk mengecek siapa yang berkunjung pagi-pagi di hari Minggu. "Eh, Bian! Nyari Misell, ya? Mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Wulan, saat tahu Bian yang datang."Iya Tante, mau ngajak jogging di taman kompleks perumahan sebelah.""Eh, tapi kayaknya Misell masih molor deh, emang kebiasaan tuh anak kalau hari Minggu. Kamu langsung naik aja ya Bian, ke kamar Misell. Bangunin sendiri, Tante mah udah nyerah ngebangunin
Read more
TIGA
Seorang pria yang memakai jersey berwarna navy dan bawahan jogger pants, sedang berdiri di depan pintu rumah bercat putih dengan menenteng kresek yang berisi dua porsi bubur ayam. Siapa lagi kalau bukan Biantara, orang yang baru saja direpotkan si pemilik rumah ini.TING! TONG!Bel rumah telah dipencet oleh Bian berulang kali, tetapi masih tidak ada jawaban. Tidak menyerah, Bian mengulang hal yang sama. Sebenarnya dia bisa saja langsung masuk, karena tahu rumah ini tidak akan terkunci di hari minggu. Namun, ia tetap menghargai si pemilik rumah dan tidak bertindak semaunya secara tidak sopan. Akhirnya dia menyerah dan merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih di sana. Lelaki itu lantas mencari kontak Misell dan menekan tombol calling."Halo? Kenapa? Mau minta maaf?" balas Misell di seberang sana. Dilihat dari intonasi bicaranya dia masih marah pada Bian."Eh, kalau mau marah nanti aja, sekarang mendin
Read more
EMPAT
BRAKKK!!!Suara gebrakan meja berhasil mengagetkan seluruh siswa yang saat ini sedang serius belajar untuk ulangan harian nanti. Orang yang paling dikagetkan di sini adalah Bian dan Arya, mereka berdua langsung menatap tajam sang pelaku. Bisa dipastikan Tama adalah pelakunya!"Lo bisa nggak, sih, tenang dikit? Belajar sono! Berisik mulu!" omel Arya pada Tama."Lo pada harus tahu berita terbaru!" kata Tama dengan semangat 45."Ye, bakat admin lambe turah lo kagak ada matinya. Kenapa lagi sekarang?""Ayo dong, tebak dulu apaan?"Arya terlihat berpikir sebentar dan akhirnya mencoba menebak. "Batagor Kang Asep lagi diskon?"Tama menggelengkan kepala yang artinya jawaban Arya salah. "Salah, ayo tebak lagi!""Suami Bi Eni kagak pulang lagi?" tebak Arya sekali lagi."Ah, si kambing! Mau lo apaan, sih? Suka ngasal nebaknya!" ucap Tama geram.Bian yang mendengar kedua sahabatnya berdebat, hanya d
Read more
LIMA
Bian saat ini sedang bersusah payah untuk fokus dengan materi. Kalimat teman-temannya di kantin tadi, sukses membuatnya memikirkan masalah itu, sampai-sampai tidak fokus ke pelajaran. Ingin rasanya ia cepat-cepat keluar dari kelasnya, untuk menemui Misell dan pulang ke rumah. Sisa waktu pelajaran, hanya Bian gunakan untuk memandangi detik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya.KRINGGG!!!Suara yang dinanti-nantikan, akhirnya berbunyi. Dengan secepat kilat, dia langsung membereskan buku dan alat tulisnya ke dalam tas dan segera pergi ke luar kelas. Tama dan Arya hanya melongo kebingungan melihat tingkah Bian. Mereka berdua heran karena tidak biasanya Bian bersikap seperti ini.Bian berlari menuju ruang di samping kelasnya yang bertuliskan 12 IPA-1 di pintu bagian atasnya. Setelah ia melihat kedalam, orang yang dicarinya masih berbicara dengan Bu Indah, guru Kimia SMA Pelita yang terkenal killer itu. "Ck, dasar! Masih aja suka cari muka sa
Read more
ENAM
Malam sudah semakin larut, tetapi lelaki ini tak kunjung memejamkan matanya. Berulang kali ia membolak-balikkan tubuhnya di tempat tidur dengan maksud mengubah posisi tidurnya agar cepat terlelap. Namun, tetap saja semua terasa sia-sia.Hingga detik ini, ia tak kunjung memejamkan matanya. Pandangannya lurus menatap langit-langit kamar, seakan bermaksud meluapkan seluruh perasaan yang mengganjal di hatinya sejak tadi. Sebenarnya, apa yang ada di pikirannya saat ini?Entahlah, terlalu banyak sampai ia tidak tahu bagaimana harus menyelesaikannya. ***** Keseharian Bian tidak pernah berubah sejak dulu, setiap pagi dia harus menjemput Misell untuk berangkat ke sekolah bersama. Bukan masalah besar bagi Bian jika harus menjemput Misell. Karena, rumahnya hanya berbeda blok di perumahan yang sama. Walaupun masalah kemarin masih mengganggu pikirannya, dia tetap harus bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Bian berpikir, mungkin Misell m
Read more
TUJUH
"Kenapa lo? baru ditinggal bentar udah kangen?" tanya Misell tanpa dosa saat baru tiba di kelasnya. Gadis itu seolah melupakan apa yang dialaminya."Dih, ogah! Pake acara kabur-kaburan lagi. Dari tadi gue diomongin sama banyak orang tau, dikiranya gue lagi berantem sama lo," jawab Salsa dengan sedikit emosi.Misell hanya tertawa membuat Salsa semakin menatapnya penuh kesal. "Lagian lo kenapa, sih? udah ketemu Bian?" tanya Salsa."Iya, udah."Perkataan itu menutup obrolannya kali ini, karena Pak Bimo, guru Fisikanya sudah memasuki ruang kelas. "Lo masih utang cerita sama gue!" bisik Salsa.Misell yang mendengar perkataan itu, hanya memutar bola matanya malas. Misell berbeda dengan cewek lain yang sangat suka bercerita pada sahabatnya jika ada masalah percintaan. Dia cenderung memendam dan mencari penyelesaian masalahnya sendiri."Selamat siang semua, tolong semua buku yang ada di meja, dimasukkan ke dalam tas. Kita akan ulangan hari
Read more
DELAPAN
Bian memarkirkan sepeda motornya, di samping sepeda motor yang ia kenal. Siapa lagi pemiliknya, jika bukan Tama dan Arya. Setelah memarkirkan motornya, dia lalu bergegas masuk ke tempat bertuliskan Warung Bi Eni itu, yang sudah sangat ramai pengunjung."Woy, nyet! Ke mana aja lo? Pasti jalan-jalan dulu sama Tiara," tebak Arya.Bukannya menjawab pertanyaan Arya, Bian justru mengambil bala-bala yang saat ini ada di depannya."Eh, ditanyain tuh dijawab!" kata Tama pada Bian dengan gemas.Bian tetap tidak berkata apa pun dan memasang wajah kusutnya."Tuh, muka juga kenapa lagi?" Tama semakin gemas dengan Bian, yang sedari tadi hanya diam dan tidak merespon ucapannya."Gara-gara lo ditolak Tiara? Salah siapa langsung ditembak. Baru juga jalan sekali. Nggak sabaran banget sih lo," sahut Arya dengan asal.Mendengar perkataan Arya barusan, membuat Bian akhirnya membuka suara. "Apa-apaan sih, lo! Ya kagak, lah! Ngapain gue ne
Read more
SEMBILAN
Setelah hening beberapa saat, Bian memutuskan untuk pamit pulang karena malam yang sudah semakin larut. "Sell, aku pamit pulang dulu ya, besok aku jemput ke sekolah.""Oke Bi, ayo! Aku anter kamu sampai depan!" kata Misell pada Bian.Bian menoleh ke arah Misell, karena dia tidak percaya dengan ucapan Misell. "Sell, aku nggak salah denger?" tanya Bian heran.Misell menarik sudut bibirnya ke atas. “Kamu nggak suka aku anter ke depan? Ya udah deh nggak jadi.""Eh, iya, iya, suka. Yuk!" ajak Bian dengan senyum di bibirnya.Misell membalas senyum Bian, dengan senyumannya yang tak kalah manis."Jangan senyum.""Kenapa, Bi?" tanya Misell pada Bian, berharap dia akan mendengar gombalan Bian."Takut tikus di rumah kamu pada kabur, hahaha," ejek Bian."Ih, Bian! Ngeselin! Mau ribut apa mau pulang?" tanya Misell dengan kesal."Ya pulang, lah!" jawab Bian pada Misell."Ya udah," kata Misell sembari jalan keluar m
Read more
SEPULUH
Motor Bian akhirnya tiba di depan rumah Tiara. Mereka berdua, telah berada di atas motor selama hampir sejam, karena jarak yang lumayan jauh, ditambah macetnya jalanan sore itu. Tiara segera turun dari boncengan dan melepas helmnya. "Makasih banyak ya, Kak. Maaf ngerepotin," ucap Tiara sembari tersenyum pada Bian."Iya, sama-sama, Ra. Nggak ngerepotin sama sekali kok," kata Bian dengan membalas senyum Tiara.Tiara terdiam dan bergumam dalam hati. Astaga, kenapa manis sekali senyumnya?"Kalau gitu, aku masuk dulu ya, Kak. Pulangnya hati-hati," kata Tiara sambil menyodorkan helm yang dipakainya tadi kepada Bian. Lelaki itu lantas mengambil helm tersebut sembari tersenyum Pada Tiara.Tiara segera berbalik dan memasuki rumahnya. Saat Bian hendak memakai helmnya kembali, tiba-tiba ponsel di saku hoodie-nya bergetar. Menandakan jika ada panggilan masuk untuknya. Saat Bian melihat nama di layar ponselnya, dia mengembuskan napasnya sekilas
Read more
DMCA.com Protection Status