Ethernal Hopes Of The Moon

Ethernal Hopes Of The Moon

Oleh:  Amari Yo  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
17 Peringkat
16Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Rasa khawatir, takut, sedih, dan amarah adalah bagian dari hidup. Semua orang memiliki bagian dan porsinya masing-masing, tetapi ... coba bayangkan jika hidupmu berada di posisi terburuk dari setiap kehidupan. Seperti yang tengah dialami Luna. Wanita berusia dua puluh lima tahun ini tengah berjuang menghadapi hal terburuk yang pernah ia alami. Berlari, bersembunyi, dan menghilang, mengantarkannya pada sebuah cinta dan mimpi yang baru. Namun, perang melawan diri sendiri tidak pernah usai baginya. Apakah semesta memang sekejam ini pada semua orang?

Lihat lebih banyak
Ethernal Hopes Of The Moon Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lusia
Diksinya keren. Suka
2021-05-05 19:46:26
1
user avatar
Melda Fitri
Pelik amat hidup mu luna, tapi aku suka kenan.. So, lanjut Thor 💪👍👍 Jgn lupa rate balik y Thor 🥰
2021-04-15 11:24:09
1
user avatar
Yuni Hana
Aku ngebut beneran dari bab 1-10 Pertanyaanku, apa Ester bakal ninggalin Luna juga nantinya kayak Demian? 😂😂😂
2021-04-14 17:22:41
1
user avatar
d'Rythem24
Semangat nulisnya, Yo ❤️❤️❤️
2021-04-12 12:00:17
1
user avatar
Putri Oktaviani
This story very amazing, mulai dri pemilihan kata-katanya dan alur ceritanya 😍😍
2021-04-10 20:15:20
1
user avatar
mumps
suka pilihan kata2nyaa astagaa
2021-04-08 17:03:42
1
user avatar
Arizumi
Diksinya bagus. Aku suka. Mangats kak.
2021-04-08 16:39:56
1
user avatar
Amari Yo
I have much time to write this story but I dunno how to make ur feeling fucked, guys. Aku pengen yg baca hatinya ambyar seambyar2nya 🤣
2021-04-08 16:30:12
2
user avatar
corn leaf
Penggunaan diksi yang menarik. Sukses dan semangat terus buat nulisnya kakak.
2021-04-08 10:46:44
1
user avatar
Ailana Misha
Ceritanya menarik, membuat emosi campur aduk jg...🥺🥺
2021-04-03 14:31:09
1
user avatar
Asihdias
Semua pilihan berada di tangan masing-masing. Hmm
2021-04-03 13:08:14
1
user avatar
MissDey
Recommended..
2021-04-03 01:59:53
1
user avatar
Rindu Rinjani
Terus up yang banyak
2021-04-02 16:12:33
1
user avatar
Namira
Wqwq kasihan yg dduk di jok belakang jd obat nyamuk
2021-04-02 01:13:44
0
user avatar
Namira
Wqwq kasihan yg dduk di jok belakang jd obat nyamuk
2021-04-02 01:13:44
0
  • 1
  • 2
16 Bab
Prolog
Kalau hidup itu seindah cakrawala senja, mungkin setiap orang akan betah untuk berlama-lama terpapar panas di ruang terbuka hanya untuk menunggu sang penerang bumi tenggelam.Kalau hidup itu seindah fajar, berarti semua orang akan betah kedinginan sepanjang malam hanya untuk menunggunya terbit kembali?Untuk apa? Merasakan setiap kesakitan dan teriakan bumi yang terus hidup dalam kebobrokan?Dusta. Nyatanya semua orang mengabaikan hal-hal nikmat yang dilalui dalam hidup hanya untuk memedulikan urusan tidak realistis, membuat diri mereka terjebak dalam lingkaran setan.Atau lebih tepatnya, menjadi bereng
Baca selengkapnya
Chapter 1
Jangan memandang ke belakang. Mereka hanya akan membuatmu semakin membenci dirimu sendiri.Dering alarm berbunyi sejak dua belas detik yang lalu. Namun, meski terusik, aku terlalu malas bergerak seinci pun untuk mematikan suara bisingnya.Aku tidak ingat telah menyetel alarm pada ponselku semalam, atau mungkin aku tidak sengaja memencetnya tanpa kuketahui? Biasanya aku bisa sangat ceroboh saat memegangnya dalam kondisi tidak terkunci, sehingga jemariku menyentuh beberapa tombol tanpa kusadari. Pernah tanpa sengaja benda itu menelepon nomor polisi karena aku memutar-mutarnya saat bosan.Sesuatu di atas perutku bergerak karena terusik. Ah, ya, aku hampir lupa jika semalam ak
Baca selengkapnya
Chapter 2
Jika aku bisa, aku hanya ingin mengingat bagaimana rasanya mati.Aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini datang dan membelenggu setiap jengkal hati dan pikiranku. Berkali-kali aku mencoba mengingatkan pada diriku sendiri, bahwa setiap pilihan yang kuambil akan berdampak sangat besar pada jalan hidupku.Jika ditanya, apa alasanku melakukan setiap hal mengecewakan yang tidak pernah bisa kuhapus dari ingatanku adalah ... tidak ada.Perasaan itu terus menerus datang dan memintaku untuk melakukan perbuatan bodoh yang telah membuatku dibenci oleh seseorang yang namanya tidak pernah bisa kuhapus dari benakku.
Baca selengkapnya
Chapter 3
Entah apa yang kupikirkan setengah jam yang lalu hingga membuat Kenan datang ke rumah pada pukul dua dini hari. Saat semua isi kepala merespons perasaan kalut yang terus-menerus menjadi kekhawatiran, maka tidurku tidak akan tenang. Usaha kerasku untuk mengubur semua rapat-rapat serasa percuma. Mereka datang bak hujan dan terus menyerangku yang berdiri sendiri tanpa perlindungan."Ini tehnya, diminum dulu."Kenan duduk di kursi kerjaku yang ia seret hingga ke sebelah sofa dan menjadi sandaran untuknya. Secangkir teh kuterima dan kusesap sedikit, mengabaikan rasa panas yang membentur lidah."Kamu lagi mikirin apa, sih? Kenapa bisa mimpiin itu lagi?"Aku meletakkan kepala pada s
Baca selengkapnya
Chapter 4
Tidak bisa kupungkiri bahwa setiap perasaan menyedihkan yang datang padaku adalah atas dasar keinginanku sendiri. Namun,aku tidak bisa mengendalikannya. Setiap kali aku memikirkan alur hidupku, rasanya ingin sekali melawan kehendak Tuhan yang begitu kejam. Skenario yang disusun-Nya memanglah bukan tanpa alasan, tetapi aku tidak bisa menerimanya. Ini terlalu berat untuk orang sepertiku. Bahkan, jika boleh kukatakan, aku sama sekali tidak ingin ada tangan yang menyeretku saat aku berjalan.Sayangnya, semua itu hanyalah asa. Bahwasannya takdir yang kujalani memanglah ulah sang pencipta. Bisakah aku membenci-Nya barang sedetik saja? Nyatanya, aku urung karena sadar itu akan menambah beban drama yang Ia ujikan.Mobil yang membawaku tengah melaju pelan di antara guy
Baca selengkapnya
Chapter 5
"Hidup adalah sebuah perjalanan," kata seseorang yang suaranya terus-menerus mengisi rongga di kepalaku. Seseorang yang tidak henti-hentinya kurindukan.Dahulu, ia hanya tertawa saat mendengarkanku melontarkan sebuah respons negatif. Meski begitu, ia tetap menerimanya dengan senyum yang menawan."Memangnya ke mana kita pergi selama kita hidup? Bukannya kita bakal tetap ada di satu tempat yang nyatanya udah kita pijak selama lebih dari dua puluh tahun?"Saat itu, semua pertanyaan-pertanyaan yang kulontarkan seolah-olah menolak semua opininya. Namun, tanpa kusadari, setiap jejer kata yang ia susun malah membekas dan meresahkan batinku sendiri hingga sekarang. Bahkan, empat tahun berlalu. Setelah selama itu aku dipaksa oleh semesta untuk mengikhlaskan di
Baca selengkapnya
Chapter 6
Tanganku terulur ke depan, memasukkan sebuah besi berukir ke sebuah lubang kecil di bagian kiri pintu. Kuputar sebanyak dua kali hingga menimbulkan dentingan nyaring yang membuatku yakin bahwa benda ini bisa kubuka sekarang. Kuedarkan mataku setelah kupastikan pintu itu benar-benar terbuka, menampakkan sebuah ruangan yang diselimuti warna biru dengan motif sulur di setiap dindingnya. Pengharum ruangan beraroma seperti daun jambu menyeruak, membangunkan sedikit kesegaran dalam tubuhku.Aku menoleh ke belakang, mendapati Ester yang mengetik sebuah pesan di ponselnya. "Masuk, ter!"Ester menegakkan lehernya, menatapku dengan raut datar, kemudian melongok ke dalam rumah, memastikan apakah semuanya tampak sempurna. Aku yakin apa yang ada dalam pikiranku ini benar, maka aku berniat menyuruhnya langsung beristirahat sebelum ia mengatakan s
Baca selengkapnya
Chapter 7
Keheningan semakin menggelayut kala larut menemukan khusyunya. Deburan suara ombak yang kian naik menggelitik telinga, seolah-olah merasakan dengan jelas bahwa lautan tengah memanggil, mengundang jiwa-jiwa yang tengah sibuk melamun di tepian untuk datang dan menyelaminya jauh lebih dalam. Seolah-olah terhipnotis, aku menatap ke ujung cakrawala yang kini terselimuti dalam gulita. Embusan angin yang menghantarkan nyanyian laut yang begitu menenangkan. Rasanya jika aku tidak ingat akan betapa bahayanya ombak laut selatan yang cukup besar dan mampu menenggelamkan siapa pun tanpan ampun, mungkin aku sudah menceburkan diri ke sana dan menyelam bersama para penghuni dasar samudera yang menakjubkan.Aku masih tetap terdiam lamunan bintang menyambut, membuatku sedikit kedinginan akibat sapuan angin yang cukup ganas malam ini. Aku hanya berharap sepulang dari sini aku tidak akan masuk angin.
Baca selengkapnya
Chapter 8
Dalam rasa gelisahku, ada bahagia yang membuncah. Namun, degup jantung yang agak kurang ajar ini membuatku berat untuk melangkah. Senang melihat ibuku menaruh perhatian dan rasa khwatirnya padaku, membuat aku berpikir bahwa sebenarnya dia begitu mencintaiku. Namun, ingatan buruk yang membuatku terluka begitu dalam dan harus pergi meninggalkan duniaku yang sesungguhnya, membuat kecewa itu hinggap lagi. Apakah harus ada penyesalan dahulu untuk membuat seseorang sadar akan kesalahannya?Aku mengatur napas cukup dalam, menggantungkan cemas di ujung jariku ketika kembali nama itu muncul di layar ponsel Ester. Hatiku yang telah terjahit sempurna dan baru saja terlepas dari perban yang mengikatnya kuat, kini seolah-olah tergores kembali. Suara retakannya terdengar begitu jelas di telingaku yang cukup tajam. Sakit, tapi tidak berdarah.
Baca selengkapnya
Chapter 9
Aku terbangun dalam hangatnya sinar mentari pagi yang menembus ke dalam kamar melalui jendela, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya pada retina. Aku terdiam menatap langit-langit kamar tanpa nuansa yang terasa hampa. Kosong. Seolah-olah tidak ada nyawa sama sekali yang melingkupinya. Seperti jiwaku yang terombang-ambing dalam fana dan tidak di mana-mana.Rasa berat di kepalaku kian mengambang, membuat bayangan pertengkaran—atau lebih tepatnya luapan kemarahan yang tidak tersalurkan secara langsung pada target sesungguhnya—itu meledak. Kakiku berusaha menapak, menyokong tubuh ringkih yang anehnya masih kuat untuk dipaksa kabur dan bekerja tanpa henti. Kuperhatikan sekeliling. Ini bukan kamarku. Tidak ada rak buku, air purifier, dan kaca besar yang biasa teronggok di sudut ruangan. Ruangan ini hanya terisi oleh tempat tidur, nakas, lemari, dan sebuah meja rias tepat berada di dekat pintu.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status