NILAM (PELACUR IBU KOTA)

NILAM (PELACUR IBU KOTA)

Oleh:  minipau  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.7
39 Peringkat
23Bab
25.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Dewa. Kamu harus ingat nama itu Nilam. atau kamu akan di hukum" Nilam menangis ketika Dewa dengan perlahan menyusuri kulit sepanjang pahanya dengan gerakan ringan. Nilam tidak menyangka kalau pelariannya dari kampung untuk menghindari pak Tono akan membawa Nilam ke tempat ini, pelacuran. Dewa semakin mendorong Nilam untuk merapat ke dinding, dengan mulutnya Dewa juga berkali kali mengecupi cuping telinga dan juga tengkuknya. Nilam merasa semakin ketakutan ketika merasakan tangan Dewa sudah mencapai pangkal pahanya. "Stt.. tenang Nilam. kamu hanya belum terbiasa. Saya akan ajari kamu bagaimana cara orang-orang di ibu kota bersenang-senang"

Lihat lebih banyak
NILAM (PELACUR IBU KOTA) Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-02-02 13:08:47
0
user avatar
Callah
ga berani baca lagi stlh baca endingnya.... sedih bgt ..............................
2021-08-10 20:33:01
0
default avatar
Myxd_
Sampe ending pun, Nilam menjadi pemeran yg tersiksa. Ini emang gak ada kelanjutan nya Thor?
2021-07-24 14:22:48
0
default avatar
amon.forsyth
melas banget kau Nilam hukssss
2021-06-28 18:40:29
0
user avatar
Intan Sahante
aduh thor kejam amat ama nilam😭😭
2021-06-03 15:47:16
0
user avatar
Gallon
Nilam 😭😭😭😭
2021-05-27 01:15:43
0
user avatar
Gallon
Nilam 😭😭😭😭
2021-05-27 01:15:41
0
user avatar
ARTGulf
😍😍😍😍😍
2021-05-16 01:23:20
0
user avatar
Starnight
Nilam, malang nasibmu
2021-05-15 21:15:11
0
user avatar
ARTGulf
😍😍😍😍😍
2021-05-09 21:33:34
0
user avatar
Maya Andita
Lanjuttttt ❤️❤️❤️❤️❤️
2021-05-08 22:14:07
0
user avatar
Loveliv
Next kakkk😍
2021-05-08 18:44:45
0
user avatar
Vazio Nove Doiz
Kasian Nilam, keluar dari mulai harimau malah diterkam buaya.
2021-05-07 22:27:33
0
user avatar
Butiran_Debu
up thooorrrr
2021-05-07 03:12:43
0
user avatar
Veedrya
Wah... Penasaran sama kelanjutannya Lanjut akak....
2021-05-06 20:58:14
0
  • 1
  • 2
  • 3
23 Bab
Saya Menolak Jadi Simpanan Bapak
“Nilam, kamu di panggil pak Tono.” Nilam yang sedang beristirahat langsung menghela napas, meski enggan perempuan itu tetap bangkit dan menghampiri perempuan tua yang sudah menunggunya di ujung jalan.               "Tuh kan bener, si Nilam ini sekarang jadi simpenan pak Tono"             "Diem-diem nusuk ya dia, gimana si Ayu enggak gila. Udah pak Tono di rebut dianya di gilir jahat juga si Nilam" Tanpa melihat kanan dan kiri Nilam terus berjalan mengikuti perempuan tua yang beberapa bulan lalu membantunya mandi di rumah pak Tono, pemilik perkebunan tempatnya mencari nafkah. Ia abaikan semua gunjingan rekan kerjanya, meski dalam hati ingin sekali Nilam berteriak kepada semua orang bahwa ia bukan simpanan. Nilam sama sekali belum menjawab tawaran pak Tono meski yang bersangkutan sudah berkali-kali membuat alasan agar bisa menemuinya untuk menanyakan jawaban dari tawarannya t
Baca selengkapnya
Saya Enggak Gila!
“Eh, siapa itu?”               “Astaga, gila ya dia?”               “Buk, itu orang gila?”               “Sttt, jangan di tunjuk. Udah ayo, ikut ibuk belanja aja.” Nilam gugup, ia begitu saja menjadi pusat perhatian begitu turun dari mobil pengangkut sayuran yang berhasil di temuinya  begitu sampai di jalan besar. Beberapa orang menunjuknya sembari berteriak kata ‘gila’               “Oh, maaf. Maaf saya enggak sengaja, maaf.” Nilam langsung menunduk, memungut satu persatu belanjaan seorang ibu-ibu yang tidak sengaja ia senggol.               “Enggak apa-apa neng, enggak apa-apa.” si ibu memperhatikan Nilam leka
Baca selengkapnya
Portofolio
Nilam hanya pasrah ketika petugas salon memotong rambut ikalnya menjadi sebahu dan mengubah rambutnya yang sudah ke coklatan menjadi lebih berwarna lagi, dark honey-blonde kata petugas salonnya ketika Nilam bertanya apa nama warna rambut barunya. Perempuan itu menatap wajah barunya dengan perasaan asing, wajahnya mulai bersih dan penampilannya semakin trendi selama enam bulan ini tinggal di ibu kota. “Nilam cantik banget!” Rara yang hari ini menemaninya ke salon berseru heboh, perempuan cantik itu memotretnya beberapa kali dan mengirimkan fotonya ke bu Darmi. “Yuk, kita harus ke studio sekarang. Nik sama timnya udah nunggu.” Nilam lagi-lagi hanya pasrah, ia masih belum bekerja. Bu Darmi bilang Nilam masih harus membuat portofolio, karena itu sekarang Rara menemaninya menemui Nik fotografer langganan bu Darmi. “Nik!” Rara langsung berlari menghampiri laki-laki yang sedang memegang kamera, Nilam hanya mengikuti. “Nik, ini Nilam. Anak baru dan Nilam ini
Baca selengkapnya
Lo Cantik Nilam, Cantik.
Nik beberapa kali mengambil gambar Nilam sebelum akhirnya mengacungkan jempol ketika pose Nilam yang sedang berdiri di atas kedua lututnya sembari menggigit jari telunjuknya dan menatap malu-malu pada kamera terabadikan, di foto itu kemeja Nilam yang kancing atasnya sudah terbuka hingga memperlihatkan belahan dadanya terlihat melekat di beberapa tempat karena keringat. "Bagus loh Nilam, keliatan polos tapi seksi hahaha" itu komentar Rara setelah melihat hasil fotonya dari kamera Nik. Untuk sesi foto kedua Rara menyarankan Nilam untuk memakai sweater rajut yang di lengkapi dengan kaus kaki sepanjang lutut sebagai aksesori. Sweater itu jauh lebih pendek dari kemejanya barusan karena hanya mampu menutupi hingga bawah bokongnya saja, belum lagi kerah sweater rajut ini lumayan mengekspos leher, bahu dan tulang selangkan Nilam. Di sesi foto kedua ini Nik mengacungkan jempolnya untuk foto Nilam yang menyenderkan tubuh ke dinding sembari menekuk salah satu kakinya ya
Baca selengkapnya
Berhenti Ngikutin Saya!
Nilam yang baru saja selesai olahraga terkejut menemukan Nik si fotografer yang satu bulan lalu memotretnya ada di dapur rumah bu Darmi. Laki-laki itu hanya mengenakan celana jeans yang menggantung rendah di pinggulnya tanpa mengenakan atasan, Nilam spontan menunduk demi mengalihkan pandangannya dari otot Nik yang kencang.             "Hai kembang desa, udah liat hasil portofolionya?" tanya Nik sembari membuka tutup air mineral yang ia dapat dari kulkas rumah bu Darmi.             "Belum, memang udah jadi?" Nilam berusaha bersikap sesantai mungkin ketika berjalan ke meja makan dan mengambi sebutir apel dari keranjang.             "Udah, ada di Rara. Tanya aja" Perempuan itu mengangguk dan mulai menaiki tangga menuju kamarnya. Nilam mengerutkan dahinya ketika melihat Nik mengikutinya naik ke lantai tiga, semua pekerja bu Darmi entah laki-laki atau perempuan memang tinggal
Baca selengkapnya
Di Balik Ruang Ganti Pakaian
“Nik!” Nilam spontan langsung mendorong tubuh Nik menjauh begitu Rara mendekat, perempuan itu menundukan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.               “Eh, kalian kenapa? Nilam, Nik gangguin lo ya?”               “Eh, enggak, enggak kok. Eng saya ke bu Darmi dulu deh.” Nilam pergi begitu saja, sama sekali tidak mau tau apa yang Rara bicarakan dengan Nik. Dari tempatnya berdiri, Nilam hanya sekilas melihat dua sejoli itu seperti sedang berdebat.               Nilam masih terus merasa Nik memperhatikannya, hal itu membuat perempuan itu salah tingkah. Akibatnya Nilam tidak bisa dengan jelas menyimak obrolannya dengan bu Darmi.               “Nilam.”     
Baca selengkapnya
Gue Enggak Tau, Lo Akrab Sama Nik
“Gue enggak tau kalau lo akrab sama Nik.” Rara tiba-tiba saja bersuara, mereka sudah dalam perjalanan pulang sekarang. “Gue liat dia tadi keluar dari ruang ganti yang lo pake.” “Ah, eng itu..” wajah Nilam kembali memerah begitu mengingan kejadian beberapa saat lalu, beruntungnya Nik sudah pergi begitu Nilam keluar dari ruang gantinya. “Nik itu supel, gampang deket sama orang. Kadang sampe bisa bikin salah paham.” Rara melirik Nilam sekilas dari sudut matanya. “Gue enggak mau lo berharap sama sesuatu yang enggak perlu sih.” “Misalnya?” “Cinta.” Nilam tertegun sebentar. “Denger Nilam, kalau lo mau hidup di kota lo enggak boleh percaya cinta. Jadi, buang jauh-jauh apapun yang lo pikirin tentang Nik. Percuma, lo cuma bakalan sakit hati nantinya.” Rara mengetuk jarinya pelan, perempuan itu jelas sangat berhati-hati ketika berbicara dengan Nilam. “Ya, gue sih cuma ngingetin aja. Sisanya terserah lo.” Nilam tidak menjawab, Rar
Baca selengkapnya
Munafik
"Duh, kamu ini. Tau aja mana barang bagus" bu Darmi tiba-tiba saja datang, Nilam memutuskna untuk bersembunyi di balik tubuh bu Darmi begitu menyadari laki-laki itu masih terus menatapnya lekat.             "Bu Darmi yang keterlaluan, ada barang bagus malah diem aja. Takut saya enggak bisa beli?" bu Darmi terkikik, perempuan yang menolak di sebut tua meski usianya sudah setengah abad itu sepertinya sedang benar-benar merasa bahagi malam ini.             "Mana berani saya mikir kayak gitu, yang ini butuh penanganan special, kayak bayi baru lahir. masih polos."             "Udah banyak yang nawar?" lagi Nilam mendengar laki-laki itu bertanya kepada bu Darmi             "Lumayan, mereka semua penasaran mau nyobain gimana rasanya main sama yang masih polos. Kadang yang belum pengalaman itu bikin greget katanya" Nilam semakin merapat
Baca selengkapnya
Sampe Tidur Bareng?
“Astaga, Nik!” Rara berteriak heboh ketika Nik mengambil minuman yang sedang ia buka, dua sejoli itu memang sangat berisik sejak tadi.               “Minta, pelit banget.”               “Ambil sendiri!” Nik mengabaikan ucapan Rara, laki-laki itu dengan santai tetap membuka kaleng soda di tangannya dan menghabiskannya dalam satu tegukan cepat.               “Nik! Lo gila ya?!”               “Hahahaha, duh sakit tenggorokan gue.” Rara berdecak dan cepat-cepat mengulurkan air putih untuk si fotografer.               Nilam memperhatikan semua interaksi itu dalam diam, perempuan itu tetap memangku popcorn di pahanya. Sama sekali
Baca selengkapnya
Gue Enggak Pernah Main Sama Yang Enggak Pengalaman
  "Nik"             “Hmm?” Nilam mengabaikan Nik yang sekarang menaikan sebelah alisnya seolah bertanya ada apa, Nilam hanya terus melangkah maju dan semakin mendorong Nik untuk menempel ke kulkas yang tertutup.             Perempuan itu menyusuri dada Nik dengan jarinya sembari sesekali membuat pola abstrak, Nilam semakin merasa percaya diri ketika Nik sama sekali tidak menolaknya. Fotografer itu hanya diam bahkan ketika tangan Nilam sudah sampai di tengkuk laki-laki itu, kepalanya menengadah sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mengulum bibir tipis fotografer kesayangan Rara tersebut.             Di kulumnya bibir Nik yang membuatnya penasaran. Seakan belum cukup Nilam juga menggunakan lidahnya untuk membelai bibir tipis yang masih tertutup rapat tersebut. Nilam hampir menyudahi ciuman sebelah pihak tersebut ketika akhirnya Nilam merasakan sebelah tangan Nik m
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status