DICINTAI LELAKI KAYA

DICINTAI LELAKI KAYA

Oleh:  Thietha  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.4
11 Peringkat
30Bab
4.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hidup Jenia berubah seketika saat malam ia bertemu dengan sahabatnya yang sedang patah hati di sebuah bar. Namun, kehadiran Jenia bukan untuk menghibur sahabatnya, Cherry, tetapi gadis itu malah menjual Jenia kepada seorang duda kaya angkuh dan kasar, Marvin Hadijaya Sasena CEO dari Sasena Group yang sangat menginginkan seorang ahli waris tanpa harus menikah dengan Jenia. Rasa cemburu social dan kebencian yang sudah tertanam di hati Cherry karena sikap baik Jenia,terlebih hutang yang melilit keluarganya di kampung membuatnya mengambil tindakan lain dan menjual Jenia dengan harga tinggi. Namun, Jenia tidak pernah menyangka dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya. Baginya Cherry tetaplah seorang sahabat. Dengan mencelakai Marvin, Jenia berhasil lolos dari tempatnya terkurung kemudian ia bertemu dengan Jonathan seorang CEO tampan dari Aleandra Group yang merupakan sahabat Marvin, juga kekasih Cherry. Jonathan menyelamatkan Jenia dan membawa Jenia kembali ke Jakarta. Cukup lama Jenia berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya dan menjalin pertemanan dengan Jonathan yang selalu berusaha untuk membantunya. Penderitaan lain menghampiri Jenia. Kenyataan bahwa ia tengah hamil diketahui oleh keluarga bahkan teman-teman di tempatnya bekerja. Namun, Jenia terus bungkam dan enggan untuk menyebutkan siapa yang telah menghamilinya karena Jenia sendiri tidak tahu seperti apa wajah dan nama pria yang menghamilinya, karena setiap bertemu, pria itu menggunakan topeng di wajahnya. Bahkan pria bertopeng itu hanya menyebutkan Mr.M sebagai inisialnya. Hanya Cherry yang tahu siapa pria yang telah membuatnya hamil. Namun, keberadaan Cherry sama sekali tidak Jenia ketahui.

Lihat lebih banyak
DICINTAI LELAKI KAYA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
laut
bagus banget
2023-01-25 06:00:42
0
user avatar
Tha Bundanya Difasandika
kasihannya hidupmu Je, sabar ya
2021-05-29 09:08:49
1
user avatar
Luna Lupin
sabar ya Je..
2021-05-29 08:49:05
1
user avatar
DIHNU
Cherry jahat banget, ih.
2021-05-29 08:47:58
1
user avatar
Thietha
yuk beri rating pada buku ini,
2021-05-23 21:42:53
0
user avatar
Tha Bundanya Difasandika
Jenia harus menjalani kehidupan yang penuh dengan duri tajam dan kerikil. Mampukan Jenia menghadapi cobaan yang menimpa dirinya?
2021-04-28 23:28:15
0
user avatar
Ayahana Gaga
Duh jahat banget ayah kandungnya😌 pengen minta tonjok
2021-04-27 23:20:15
1
user avatar
Thietha
dibaca yuk
2021-04-27 19:20:19
0
user avatar
Thietha
ditunggu kelanjutannya
2021-04-17 11:11:25
0
user avatar
Thietha
Wah ceritanya pasti akan sangat menarik sekali jika kamu yang membacanya dan meresapinya
2021-04-15 22:26:35
1
user avatar
Dewi Astuti
I.,,,??tyh
2021-10-31 21:46:47
0
30 Bab
Bukan Sahabat
Mentari pagi beranjak naik menyinari bumi pertiwi. Hangatnya sinar sang surya tembus mencapai ruangan di mana seorang gadis berparas imut dan lugu terbaring di sebuah ranjang bewarna keemasan. Namanya Jenia Maheza, gelitik sinar mentari seakan memintanya untuk segera bangkit dari lelapnya. Perlahan Jenia membuka kelopak matanya. Menatap pada sumber sinar yang berasal dari jendela ruangan itu. Cahaya mentari menyilaukan mata, membuatnya kesulitan untuk membuka matanya, kepalanya juga terasa begitu berat, padahal Jenia sangat ingat, ia sama sekali tidak menyeruput minuman berbau alcohol yang terhidang di hadapannya, tadi malam. Tubuhnya terasa  pegal-pegal, membuat Jenia enggan untuk beranjak dari tempatnya berbaring. Ia kembali menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Sontak ia merasa hal yang aneh menyelimutinya saat ini. Dengan perasaan was-was, Jenia melirik tubuhnya yang mungil itu dari balik selimut. “Haa?” Jenia kaget, ia segera duduk
Baca selengkapnya
Pria Bertopeng
“Kenapa aku bisa berada di sini? Vila siapa ini? Apa mungkin Cherry membawaku ke Vilanya? Tidak mungkin! Lalu, siapa pria di luar sana?” Jenia terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Ia benar-benar merasa bingung dengan apa yang telah terjadi padanya saat ini. Tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya itu, membuat Jenia semakin risau. Jenia menggigit jari, berharap ia mendapatkan ide luar biasa untuk bisa lepas dari sana. Jenia hanya bisa duduk diam sembari memikirkan cara untuk dapat keluar dari tempat itu. Suara pintu yang terbuka membuat Jenia kaget. Tidak ada orang yang datang dari balik pintu itu, hanya sepasang tangan yang menaruh nampan berisi makanan dan minuman di belakang pintu, kemudian pintu terkunci kembali. Seperti seorang tahanan di balik jeruji besi, kurang lebih hal itu yang dirasakan Jenia saat ini. Bahkan, mereka seolah-olah tengah memberikan makan pada seekor macan sehingga mereka takut untuk menemui Jenia secara langsung. “S
Baca selengkapnya
Apa Salahku?
“Kamu adalah milikku!” suara itu kembali menggema di telinga Jenia. Jenia membulalangkan matanya, ia tidak mengerti apa maksud perkataannya. Bagaimana dia bisa mengatakan bahwa dia membeli Jenia, sedangkan Jenia sendiri tidak pernah memberikan diri dan hidupnya kepada orang lain. “Kamu bohong, kamu mau uang ‘kan? Aku akan memberikan uang yang kamu mau, aku pasti akan memberikannya, tetapi izinkan aku untuk pulang. Aku harus pulang!” pinta Jenia. Pria itu menarik Jenia dan memelintir tangan Jenia kebelakang. Jenia merintih kesakitan. Ia mendekatkan wajahnya dekat dengan wajah gadis itu. “Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari tempat ini sampai kamu memberikan anak untukku!” bisiknya dengan nada yang tegas. Jenia merintih kesakitan, tetapi ia masih dapat mendengarkan suara bisikan pria bertopeng itu. Jenia membuka matanya dengan lebar. Bagaimana bisa Jenia memberikan dia seorang anak sedangkan ia sama sekali tidak kenal dengan pria di hadapan
Baca selengkapnya
Senang diatas derita orang lain
Di tempat lain, Cherry tengah menunggu kedatangan seseorang di dekat halte bus. Ia berdiri cukup lama sembari terus menatap pada layar ponselnya. Terik mentari yang memanas, semakin terasa membakar api semangat Cherry untuk membawa barang bawaannya pergi. Cherry sudah memesan sebuah tiket bus yang akan mengantarkan ia ke suatu tempat. “Jo!” Cherry memeluk pria bertubuh tinggi tegap yang baru saja turun dari mobil merahnya. Pria itu mengusap punggung Cherry. Seakan ia tidak merelakan Cherry untuk pergi dengan membawa beban banyak di dekatnya. “Cher, apa kamu yakin akan meninggalkan aku sendiri di sini?” pria bermata sayu nan teduh itu mempertanyakan kepergian Cherry kali ini. “Maafkan aku, Jo. Aku harus pergi, karena ayah dan ibuku saat ini sedang sakit, mereka memerlukan aku!” “Tapi, kamu pasti akan kembali, ‘kan, Cher, demi aku?” tanya Jonathan Alexandria yang merupakan kekasih Cherry. Dari mata yang teduh itu terlihat jelas, betapa i
Baca selengkapnya
Bukan Sebuah Mimpi
Dahi Jenia mengerenyit, kepalanya masih terasa begitu sakit karena benturan keras yang disebabkan oleh pria bertopeng itu. Jenia menguatkan tubuhnya untuk duduk dan memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Menatap pada jendela, langit di luar sana sudah mulai gelap, hujanpun sudah mulai reda. Bahkan lampu kamar itu pun menyala begitu menyilaukan mata. Jenia sadar bahwa ia masih berada di tempat yang sama, di Vila di mana Jenia sendiri tidak tahu dengan jelas di mana posisi vila itu. “Ternyata aku tidak sedang bermimpi. Ini adalah kenyataan pahit yang harus aku telan, tapi, sampai kapan aku terkurung di sini?” tanya Jenia pada dirinya sendiri. Ia terus memikirkan cara untuk dapat keluar dari ruangan itu. Jenia memijat pelipisnya yang masih terasa sakit. Seakan tidak dapat menemukan cara karena begitu banyaknya pengawal di luar sana, Jenia kembali menangis, kali ini ia benar-benar merasa hidupnya akan berakhir begitu saja di tempat yang sangat asing bagi
Baca selengkapnya
Kesal
“Tanda tangani kontrak ini, atau kamu akan menyesal!” geram pria itu mencekik Jenia penuh amarah. “Tidak! Aku tidak akan menandatanganinya!” Jenia keras kepala, menolak untuk menandatangani surat kontrak yang ada di atas ranjangnya. “Huh, ternyata kamu memanglah gadis yang amat keras kepala. Kamu terlalu egois, sehingga kamu tidak memikirkan keluargamu yang berada di Jakarta akan hidup menderita karenamu!” Jenia membulatkan matanya mendengarkan ucapan pria itu yang merembet kepada keluarganya. Mungkinkah dia mengenal keluarga Jenia? ataukah ini hanya sekadar ancama belaka? “Kamu tidak kenal siapa keluargaku!” ucap Jenia dengan bangga dengan suaranya yang ia paksakan. Cekikan itu semakin kuat membuat Jenia merasa kesulitan untuk bernapas. Jenia merasa suaranya tercekat. “Pikirkanlah baik-baik, jika kamu tidak ingin tanda tangani perjanjian ini, maka bersiaplah mengucapkan selamat tinggal kepada ayah tercintamu, aku bisa membuatnya mati
Baca selengkapnya
Kabur
Jenia sudah memikirkan dengan matang cara untuk keluar dari vila itu. Ia tidak akan peduli dengan hasil yang akan ia capai. Namun, Jenia percaya diri, bahwa ia bisa terbebas dari genggaman pria bertopeng itu meskipun ia harus mempertaruhkan nyawanya. “Aku pasti bisa menjalankan rencanaku ini,” ucapnya yakin meskipun ada sedikit kegetiran di dalam hatinya. Jenia tersenyum memandang pada langit yang mulai kelam. Seharian ini pria bertopeng itu tidak mendatanginya, membuat ia merasa sedikit lega dan dapat memulihkan kesehatannya setelah kemarin ia harus menahan rasa sakit yang diberikan oleh pria kejam itu. Jenia menatap vas bunga berbahan kaca yang ada di atas lemari kayu dekat kamar mandi. Jenia mengelus vas bunga itu dengan senyum penuh harapan. “Vas  bunga yang sangat cantik, aku harap kamu sangat berguna di dalam kehidupanku ini!” tukas Jenia tidak luput pandangannya dari memandangi vas bunga dan mengelus benda yang ada di hadapannya itu.
Baca selengkapnya
Begal Cantik
Jenia mengandalkan segala kepandaiannya kali ini. Ia tidak bisa terus berlari sedangkan para pengawal itu terus saja mengejarnya, lagi pula, Jenia tidak tahu jalan mana yang harus ia telusuri agar terbebas dari tempat gelap dan dipenuhi pepohonan itu. Di hadapan Jenia ada sebuah pohon yang menjulang tinggi dan begitu banyak dahan di pohon yang bisa Jenia andalkan kali ini. Jenia tersenyum senang, seakan kepintarannya memberikan keberuntungan padanya. Ia tidak peduli dengan kemungkinan-kemungkinan binatang yang ada di atas pohon itu. Jenia berusaha untuk memanjat pohon itu setingginya, hingga para pengawal yang terus saja mengejarnya tidak dapat menemukan keberadaannya. Dari atas pohon, Jenia bisa mendengarkan suara para pengawal yang masih mengejarnya dan mencari-cari keberadaannya. Ia meneguk salivanya ketika seokor ular putih berada di dekatnya. Ia berusaha untuk tetap diam dan tenang, saat ular pohon menjulur melewati tubuhnya. Rasa
Baca selengkapnya
Ketulusan hati
“Apa maksud ucapanmu itu?” tanya Jenia dengan nada yang mulai meninggi. Jonathan meneguk salivanya, jakunnya turun naik mendengarkan suara Jenia yang bernada tinggi dan memekakan telinganya. Sepertinya kali ini ia telah salah dalam berkata sehingga memancing kemarahan gadis yang tengah terpuruk di belakangnya saat ini. “Maaf, aku hanya bercanda saja, aku tidak bersungguh-sungguh dalam mengucapkannya!” Jonathan berusaha untuk meyakinkan Jenia dengan menggeleng-gelengkan kepala, menunjukkan bahwa ia adalah pria yang baik-baik. “Kenapa kalian para pria selalu saja seenaknya dalam bicara? Bukankah kamu tahu apa yang kamu katakan barusan itu adalah salah satu pelecehan terhadap wanita?” “Tolong, jangan berpikir seperti itu tentangku, aku sungguh-sungguh, sama sekali tidak bermaksud seperti itu, aku hanya bercanda saja,” gagap Jonathan. “Dalam situasi seperti ini, kamu masih bisa membuat guyonan kepadaku?” “Baiklah, aku minta maaf! Aku menga
Baca selengkapnya
Gadis menyebalkan
Marvin tengah dirawat oleh seorang Dokter karena luka akibat vas bunga itu begitu dalam. Sedangkan Ferdinand mondar-mandir di luar ruangan menantikan Dokter keluar dari dalam dan memberikan kabar padanya. “Dasar bodoh! Kenapa kalian bisa melepaskan gadis itu begitu begitu saja!” berang Marvin pada salah seorang pengawal yang bertugas untuk  menjaga Jenia. Tangan Ferdinand tidak hentinya menampar dan memukuli wajah pria di hadapannya itu, dengan kekesalan yang mendalam dan amarah yang memuncak. “Aku tidak mau tahu, sekarang kalian cari gadis itu sampai dapat dan pastikan kalian membawanya kembali ke hadapanku!” tegas Ferdinand. Pengawal itu pergi setelah mendapatkan perintah dari Ferdinand. Ferdinand begitu merasa kesal. Bagaimana tidak, ia merasa takut jika saja Marvin bangun dan mempertanyakan keberadaan gadis itu. Marvin pasti akan marah besar padanya dan membatalkan semua kerja sama yang sudah ada di depan mata karena gadis itu. Ferdin
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status