Andai Semua Berbeda

Andai Semua Berbeda

Oleh:  Ayunina Sharlyn  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
51 Peringkat
237Bab
32.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Menjadi pembantu di rumah Arnon sejak bocah, membuat Fea menjadi sahabat anak majikannya. Kedekatan mereka sampai pada satu janji akan tetap bersama sampai dewasa. Janji masa kanak-kanak itu, akhirnya menahan Fea tidak bisa ke mana-mana kecuali berada di sisi Arnon. Pria muda itu hidup dengan semaunya, karena keluarga yang berantakan. Fea selalu didesak untuk tidak pergi, karena telah berjanji akan tetap di sisi Arnon apapun yang terjadi. Fea sudah tidak tahan dengan tingkah Arnon, tetapi merasa bersalah jika pergi dan meninggalkan Arnon, karena sejatinya hati Fea tertanam untuk Arnon. Meraih cinta Arnon seolah tak mungkin, tapi bertahan hati Fea hanya penuh kepedihan. Andai semua berbeda, Fea tak pernah berjanji sangat mungkin dia sudah bahagia dengan pria yang mencintai dirinya. "Aku mencintaimu, Fea." Kalimat itu yang Fea nantikan. Kapan? Atau haruskah dia pergi tanpa peduli lagi janji masa kecilnya?

Lihat lebih banyak
Andai Semua Berbeda Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Teha
Aku ke mari karena gratisan, kak..wkwk
2022-08-14 07:10:33
1
user avatar
Ayunina Sharlyn
Terima kasih buat teman-teman yang membaca cerita ini. moga dapat sesuatu yang baik dari kisah Fea dan Arnon. Belajar menyikapi semua dengan tepat yang kita hadapi di dunia nyata. yuk, tengok kisah menarik lain ya, karya Ayunina Sharlyn. semangat selalu ......
2022-04-22 23:33:04
1
user avatar
Arizki Febrian
sekanjutnyaaaaa ............
2022-01-23 23:04:08
1
user avatar
Arizki Febrian
sangat bagus ...
2022-01-23 01:45:02
1
user avatar
Rezquila
loveeee kakkk .........
2021-10-24 15:27:41
1
user avatar
Cristhina
wihhh ... ceritanya seru! next terus thor
2021-10-13 12:46:08
1
user avatar
deaarmaya
keren parah sih ini! semangat ya Thor!
2021-10-12 19:32:54
1
user avatar
Andre Wildany
semangat, kak ...
2021-08-15 16:15:05
1
user avatar
DKris
Hingga kini masih berharap Fea bisa move on. Ehehe ... masih baca bab awal. tp layak masuk rak
2021-08-13 15:08:54
1
user avatar
Teratai
Ceritanya keren
2021-07-09 11:17:26
1
user avatar
Arpi
semangat thorrr
2021-07-08 18:48:46
1
user avatar
Ayunina Sharlyn
thanks a lot buat teman teman yang baca tulisanku. stay tune ya, tunggu keseruannya. jangan lupa tinggalkan jejak, biar makin semangat nulisnya. fea dan arnon akan ngalami apa lagi 😃😃
2021-06-29 23:19:09
0
user avatar
Ujang Sodik
wow keren sobat ku alur ceritanya
2021-06-20 19:53:59
1
user avatar
Ujang Sodik
kaya nya alur cerita nya sip deh
2021-06-20 17:58:06
1
user avatar
Ujang Sodik
ok punya alur critanya keren
2021-06-20 13:01:42
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
237 Bab
1. Kamu Masih Mau Bertahan?
Fea menatap ke arah taman lewat jendela kaca. Dia lihat pria gagah dan tampan di sana, sedang memetik beberapa daun dari tanaman yang terdapat di taman itu. Terdengar desahan Fea, dia palingkan wajah, sekarang menoleh pada sahabatnya yang duduk di depannya. Rania, memandang kepada Fea dengan tatapan kesal. "Mau sampai kapan, Fea? Kamu masih mau bertahan dengan alasan kamu sudah janji?" Rania berkata tajam dan ketus pada gadis berambut kecoklatan dan hidung bangir yang bagus itu. "Ran, kamu juga tahu aku sayang Arnon." Fea bicara lirih, lesu, dan dengan mata mulai memerah. "Kamu beneran ga sadar, cuma jadi tempat sampah buat Arnon?" Lagi nada ketus itu terdengar dari mulut Rania yang memang tajam kalau bicara. "Keterlaluan kamu, Ran. Mana mungkin Arnon gitu. Dia memang begitu kan, kalau lagi baik dia pasti sibuk dengan dirinya. Kalau dia suntuk, atau butuh bantuan dia cari aku." Fea kembali melihat keluar jendela. Arnon, cowok keren itu sudah tak terlihat. Dia kembali ke dap
Baca selengkapnya
2. Janji Adalah Janji
Arnon memandang pada Fea. Mata mereka bertemu, beradu, dan saling menatap. Fea paling sulit melihat Arnon begini dekat dan tajam. Jantungnya berdegup semakin cepat saja. "Apa maksud kamu?" Arnon yang semula tersenyum, berubah seketika. Senyum menghilang dari bibir tipis itu, berganti tatapan kesal. "Kamu sudah hidup dengan baik sekarang. Kamu punya usaha mulai besar, ada banyak yang bisa membantu kamu. Kamu tidak lagi sakit, tidak perlu aku temani minum obat. Kamu bisa lakukan semua sendiri. Jadi, aku sudah memenuhi janjiku, Arnon." Fea meneguhkan hatinya mengatakan ini. Meskipun tidak mudah. Dia juga tidak ingin jauh dari Arnon. Dia masih suka menatap cowok itu dari jauh, melihatnya memasak, tersenyum dan sesekali tertawa lebar. Tapi Fea juga tidak sanggup lagi terus melihat Arnon bersama wanita-wanita. Fea tidak pernah berhasil membuat Arnon berhenti bermain dengan mereka. Buat Arnon, dia menikmati hidupnya seperti itu. Fea tidak bisa lagi begini. Ddrrtt ... HP Arnon bergetar. A
Baca selengkapnya
3. Ungkapan Isi Hati
Setelah Fea mendengar yang Arnon katakan, Fea ingin menangis. Tapi dia mencoba menahan saja agar butiran bening itu tidak menitik di kedua pipinya. Arnon tidak juga mengerti dirinya, tidak peduli yang Fea rasa. Fea kali ini harus bisa tegas, harus bisa membela dirinya di hadapan Arnon. "Bisakah kita duduk dan bicara? Aku minta jangan dengan emosi." Fea membesarkan hatinya. Arnon memandang Fea. Lalu dia mengangguk. "Oke, kita bicara." Arnon melangkah meninggalkan kamar Fea. Fea mengikuti Arnon, menuju ke taman. Sisa pertemuan dengan Widya masih di sana. Meja yang ditata cantik dan romantis. Hanya peralatan makan sudah tidak ada lagi. Para pelayan sudah membereskan semuanya. Arnon duduk di kursi cantik, menunggu Fea. Fea maju beberapa langkah, dia duduk di depan Arnon. Meja di hadapan mereka dengan bunga hias di atas meja. Mawar merah dan putih, manis. Tapi tidak membuat hati Fea lebih baik. "Apa yang kamu mau katakan?"
Baca selengkapnya
4. Gadis Cantik Kesayangan Arnon
Malam makin larut. Sudah lewat jam sepuluh malam, Fea duduk menunggu di taman itu, sendiri. Dingin terasa sesekali menusuk kulitnya karena angin menerpa. Fea menangkupkan kedua tangannya seperti memeluk diri sendiri. Dia melihat ke arah ruangan Arnon, pria itu ada di sana memasak sesuatu buat Fea. Entah apa yang dia siapkan, Fea tidak ada bayangan. Setelah pembicaraan tadi, Fea masih sedikit resah. Pada akhirnya kembali dia mengalah, mengikuti apa yang Arnon mau. Arnon muncul dengan nampan di tangannya. Dua cangkir cantik dengan satu piring tertutup ada di atas nampan itu. Dengan senyum manisnya Arnon berjalan mendekati Fea. "Oke ... It is ready for a beautiful lady. Please ..." Arnon meletakkan nampan di atas meja, tepat di depan Fea. "Apa ini?" Fea memandang Arnon. Arnon menarik kursi agar lebih dekat duduk di sebelah Fea. "Bukalah."Fea tersenyum. Dia angkat penutup piring itu. "Taarraaa!" ucap A
Baca selengkapnya
5. Bingkisan Cinta Buat Fea
Fea melirik Rania yang asyik menggoda Fea karena dapat kiriman kotak cantik itu. "Bingkisan cinta? Ngomong ngasal, kan?" tukas Fea. Tangan gadis itu membuka pita yang melilit manis di kotak merah marun. Lalu Fea membuka penutup kotak itu. Di dalamnya, jam tangan manis. Kecil, berwarna silver. Ada permata di beberapa titik, bagus sekali. Dan pasti sangat mahal. "Astaga! Fea, ini berapa duit? Itu pasti dari Irvan. Beneran dia cinta kamu, Fe." Rania langsung yakin kalau kotak itu kiriman Irvan. Fea juga hampir yakin. Karena beberapa kali Irvan melakukan ini. Dia pernah mengirim bunga dan coklat. Lalu juga dia mengirim tas cantik dan elegan. Lain waktu datang kiriman bros dan jepitan rambut indah. Tapi kali ini, jam tangan itu, pasti sangat mahal. Fea melihat ada kertas putih terlipat di dalam kotak. Saat Fea mengangkatnya, harum terasa menyeruak ke hidung Fea dari kertas imut itu. Fea membuka kertas itu dan membacanya.&nb
Baca selengkapnya
6. Arnon yang Terus Terluka
Arnon ingin sekali memukul tembok atau melempar apa yang ada di depannya. Ini yang selalu menjadi masalah saat dia bicara dengan mamanya. Tak pernah sejalan. Mamanya memandang kemewahan dan pandangan orang tentang dirinya hal utama di dalam hidup. "Mama! Kita punya segala kemewahan, tapi tidak martabat!!" Dengan mata menyala Arnon memandang wanita yang melahirkan dirinya itu. "Arnon!" sentak Arnella kesal. "Kalau Mama bilang agar aku punya martabat, aku belum lahir saat Mama menikah dengan Tuan Ardiansyah Hendrawan yang kaya raya dan sudah punya dua wanita dalam hidupnya. Aku bahkan belum ada di pikiran Mama." Arnon menatap tajam pada Arnella. Arnella kali ini tidak membantah. Arnon benar. "Aku ini punya otak dan ingatan. Apa yang di luar sana beredar aku juga dengar. Aku harus menelan sakit jika ada bisikan yang menyebut, Arnon, anak wanita gila harta. Tidak malu jadi istri ketiga demi kemewahan. Mama pikir itu martabat? M
Baca selengkapnya
7. Kencan Pertama, Benarkah?
Pintu ruangan Arnon terbuka. Wanita tinggi langsing dengan pakaian minim berwarna merah menyala, masuk. Cantik, dengan polesan yang membuat dia terlihat lebih segar dan menawan.  Gladys, Arnon mengenalnya saat menghadiri pembukaan sebuah perumahan milik rekan bisnisnya tiga tahun lalu. Gladys adalah sekretaris pengusaha ternama. Dia pecinta pria berduit dan tampan seperti Arnon.  Dengan langkah aduhai dia mendekati Arnon, langsung memberi kecupan mesra pada Arnon yang duduk di kursinya. Arnon membalas perlakuan Gladys. Hingga beberapa menit kemudian Arnon melepasnya.  "Kamu pasti merindukan aku, Sayang. Hampir sebulan aku sibuk dengan pekerjaan. Hari ini aku minta off dan aku sengaja ingin memakai waktu bersama kamu." Gladys berdiri di belakang kursi Arnon, melingkarkan tangan ke dada Arnon, sambil berbisik mesra di telinga pria itu.  "Kamu datang di hari yang kurang bagus. Mood-ku sedang berantakan, Gladys. Aku hanya ingin menenan
Baca selengkapnya
8. Kenapa Denganmu, Arnon?
Makan malam terus berlanjut. Irvan membicarakan hal-hal sederhana yang membuat suasana malam itu menyenangkan. Irvan memang pintar juga melucu, bolak balik Fea tertawa, sampai menutup mulut takut lepas tak terkontrol lagi. "Begitu, deh. Ga nyangka kan, maunya buat seru-seruan, malah bikin aku malu. Beneran kalau ingat itu pingin kabur aja. Hee ... hee ..." Irvan mengisahkan kejadian lucu saat dia masih sekolah. Fea tersenyum lebar sambil geleng-geleng. Dia perhatikan Irvan, lesung pipinya bagus, membuat dia makin menawan. Ya, dia kekasih Fea sekarang, bisa dibanggakan juga soal tampang. Tidak kalah dengan Arnon. "Kamu senang malam ini?" Irvan memandang Fea yang masih menghabiskan makanan di piringnya. Tinggal dua suap lagi selesai. "Ya, seru juga mendengar cerita kamu, Ir. Malam yang menyenangkan. Thank you." Fea tersenyum manis. Dia akan mencoba melebarkan hatinya, menerima Irvan, menikmati kasih sayangnya, siapa tahu, hati Fea pu
Baca selengkapnya
9. Permintaan Fea
Arnon terdiam dengan apa yang Fea katakan. Kali ini Arnon mendengarkan dengan serius yang diucapkan gadis itu. Harapan dan impian Fea. Bukan kali ini saja Fea mengutarakan apa yang dia inginkan dalam hidupnya. Sebuah keluarga, dengan pria yang mencintainya, yang dia cintai, dan merawat anak-anak mereka. Keluarga sederhana tapi hidup bahagia. Setiap Fea bercerita tentang itu, Arnon ingin tertawa. Kadang dia memang sudah tertawa dan membuat Fea enggan mengatakannya lagi. Kadang Arnon pikir itu hanya khayalan saja, bukan sesuatu yang serius. Tapi kali ini, Arnon merasa Fea benar-benar ingin mewujudkan harapannya itu. Dengan pria yang bersamanya tadi? "Siapa dia?" Arnon menatap lebih tajam pada dua bola mata Fea. "Namanya Irvan. Dia wakil direksi di kantor. Orangnya sabar dan ramah. Kamu jangan kuatir, aku akan baik-baik saja sama dia." Fea mencoba setenang mungkin bicara, dia mau melunakkan hati Arnon agar akhirnya Arnon melepaskannya dari janji m
Baca selengkapnya
10. Bicara Pria dengan Pria
Fea yakin tidak salah dengar. Tuan Muda mengajak dia pergi ke kantor bareng? Mata Fea memandang Arnon, bibirnya membulat, bingung. "Kamu mau terlambat sampai kantor? Ayo, jalan sekarang." Arnon meraih tangan Fea dan menggandeng gadis itu hingga sampai di garasi. Arnon membuka pintu mobilnya. Sebelum masuk dia menoleh pada Fea yang masih berdiri mematung. Fea benar-benar tidak mengerti Arnon. Apa yang terjadi dengan cowok itu? "Masuk, Fea!" titah Arnon. Fea sedikit tersentak. Dia nurut. Fea membuka pintu mobil, masuk, dan duduk di sisi Arnon. "Kamu bukan sedang mabuk, kan?" Fea melihat Arnon yang mulai melakukan kendaraannya. "Ini masih pagi. Belum jam delapan. Kamu pikir aku segila itu, mabuk di pagi hari?" Arnon menarik ujung bibirnya. "Aku sudah bertahun-tahun ke mana-mana sendiri. Ke kantor juga punya langganan ojek. Kenapa kamu mau antar aku? Resto kamu dan kantor tempat aku bekerja itu beda arah
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status