Look At Me!

Look At Me!

Oleh:  Ayunina Sharlyn  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
52 Peringkat
97Bab
34.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Untuk kesekian kali Clarissa kesal pada mamanya yang ingin menjodohkan dia dengan anak temannya yang tergolong pengusaha sukses. Clarissa tidak mau menggubris karena melihat pernikahan mama dan papanya yang tidak bertahan dan membuat Clarissa menjadi anak broken home. Dia bertumbuh menjadi gadis yang arogan, mau menang sendiri, dan ingin selalu jadi pusat perhatian. Cinta datang dalam hidup Clarissa. Dia jatuh hati pada dosennya yang memang tampan dan baik, Pak Diaz. Merindukan kasih sayang, Clarissa memgejar dosen pujaannya itu. Sayang cinta bertepuk sebelah tangan, membuat Clarissa hidup tak terkendali. Adimasta, teman Clarissa, mencintainya dengan tulus. Kesabarannya akhirnya membuat Clarissa luluh, perlahan merubah hidupnya yang berantakan menjadi menyenangkan dan tahu arah.

Lihat lebih banyak
Look At Me! Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Princess Angel
ketemu novel tamat jalan ceritanya bagus. pantes viewnya banyak.
2024-02-19 17:11:53
1
default avatar
Kiyowo Girl
Dua novel tamat favoritku, ini dan Another Marriage nya Kak Qeqe
2023-02-09 16:14:57
1
user avatar
Ayunina Sharlyn
Terima kasih banyak buat teman-teman yang membaca kisah penuh kejutan Clarissa dah Adimasta. baca sampai tamat ya ... moga belajar hal-hal baik dengan cerita manis ini. semangat selalu ......
2022-04-23 07:31:31
0
user avatar
Dry
sangat bagus
2022-02-14 07:14:22
3
user avatar
Teha
aku mampir, kak. mantap udah 6 buku, yg ini sudah tamat pula. aku mesti belajar banyak nih. hihi mampir ke bukuku juga ya, nanti ku tengok jg buku kakak yg 1 lagi. makasih.
2021-11-08 16:33:12
1
user avatar
Dito Adimia
aku kurang suka genre ini tapi gpp bintang 5 buat mu sobat
2021-11-06 18:22:04
2
user avatar
Hanim Hamidah
dapet banget deh critanya
2021-10-26 14:28:13
1
default avatar
miabidan
ngajak perang itu si Lena... hajar clay xixiixix
2021-09-06 11:45:51
1
user avatar
Andre Wildany
i'm look at you
2021-08-15 16:14:39
1
user avatar
DKris
Ini contoh karakter yg aku suka.
2021-08-13 15:05:35
1
user avatar
Tri Setyorini
suka ceritanya
2021-08-13 14:23:15
1
user avatar
Gallon
Karakter clarisanya kuat banget
2021-05-29 02:19:25
1
user avatar
Rainfall
Suka sama ceritanya
2021-05-28 20:31:08
1
user avatar
Humairah Samudera
Aku suka. Ceritanya bagus. Good luck ya Thor?
2021-05-28 16:48:46
1
user avatar
Humairah Samudera
Aku suka. Ceritanya bagus. Good luck ya Thor?
2021-05-28 16:48:44
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
97 Bab
1. Dijodohkan untuk yang Kesekian Kali
"Anda memang tampan dan menarik, Pak Rudi. Aku yakin banyak wanita ingin sekali di sisi Anda." Clarissa memandang pria tampan yang duduk di depannya. Dengan senyuman yang menawan, aura cantik nyata dari wajah oval Clarissa. Kata-kata Clarissa membuat Rudi tersenyum lebar. Sepertinya Clarissa tertarik padanya. Memang sikapnya agak kaku dan angkuh, tapi Clarissa cantik, cerdas, dan berkelas. Tepat sekali orang tuanya memperkenalkan dia dengan Clarissa. "Sayang saja, bukan seleraku. Terlalu kuno, bapak-bapak banget. Dan yang pasti, aku paling ga suka, kalau harus menikah karena di-jo-doh-kan." Tatapan Clarissa berubah tajam dan sinis pada Rudi. Wajah sumringah Rudi seketika menghilang. Dia terkejut Clarissa begitu tajam bicara, padahal mereka baru bertemu kali ini. "Mungkin karena Anda kurang gaul, jadi perlu bantuan untuk sekedar cari teman kencan. Sorry, aku tidak bisa berlama-lama, bahkan menu makan malam ini juga bukan seleraku." Clarissa berdiri, meraih tasnya yang tergeletak
Baca selengkapnya
2. Pak Diaz Wardhana
Yenny masih menatap Clarissa yang senyum-senyum di depannya. Dia belum begitu yakin kalau Clarissa beneran suka dosen itu. Yang dia tahu, Clarissa paling pemilih dengan cowok. Berapa kali dia menolak cowok yang nembak dia. Itupun dengan cara yang kurang manusiawi. Dia ladenin aja cowok yang mengejanya. Jalan bareng, seakan Clarissa memberi harapan, lalu begitu cowok itu menyatakan cinta, dengan senyum mengejek, menyeringai, Clarissa meninggalkan si cowok. "Kamu yakin dengan ucapan kamu?" Yenny belum. Beralih dari tatapan tajam pada Clarissa. "Sangat yakin. Dia beda dengan cowok yang pernah tahu, Yenny." Clarissa memandang langit-langit kelas. Dia kembali membayangkan wajah dosen barunya. "Dia tampan, dengan hidung mancung yang bagus. Dagunya tegas tapi ga galak. Senyumnya, ga jaim. Posturnya, ohh, tidak ... Yenny, buat aku ini idaman aku banget." Clarissa menangkap kedua pipinya. "Dasar!" Yenny memegang dahi Clarissa, seolah memeriksa kondisi temannya itu. "Kamu sehat, kan?" "
Baca selengkapnya
3. Bermata Sipit dan Berkacamata
Cowok di depan Clarissa itu tersenyum. Matanya yang sipit makin terlihat lebih kecil. Tangannya masih memegang buku yang juga dipegang Clarissa. Sedang sebelah tangan lagi menaikkan kacamata yang sedikit melorot.  "Lepas," ucap Clarissa dengan tatapan tajam pada cowok itu.  "Oke, lady first." Tangan cowok itu melepas pegangan dari buku yang juga dipegang Clarissa.  "Adimasta. Adimasta Cakradinata Abirawa Bertemu Buta Lima di Negeri Antah Berantah Membawa Dewa Sambil Tertawa." Mata Clarissa masih tajam melihat pada cowok itu.  Adimasta tersenyum, tipis. Panggilan istimewa dari Clarissa dia dengar lagi. Panjang, tidak bisa dijelaskan apa maksudnya, tapi Adimasta senang saja Clarissa melakukannya.  "Iya, bawa saja. Nanti dua minggu lagi kalau kamu selesai, aku yang pinjam. Kasih tahu aku, ya?" Satu satu Adimasta mengucapkan kata yang dia katakan. Kalem, tenang, ringan.  Clarissa ingin ngakak kalau mendengar A
Baca selengkapnya
4. Kenapa Bukan Kamu Saja?
Mata Clarissa tak berkedip memandang Adimasta yang duduk di sebelahnya. Ingin sekali dia tertawa! Ternyata Adimasta punya nasib yang sama dengannya, diajak ke acara sosialita, lalu diberi waktu bebas berkenalan dengan anak-anak para mama itu. Bisa jadi Adimasta juga korban paksaan untuk mendapat jodoh atau dijodohkan di momen seperti ini, bukan? "Kenapa bengong? Duduklah." Adimasta menepuk kursi di sebelahnya meminta Clarissa duduk. Clarissa manut, segera dia duduk. Dan langsung dia sodorkan wajah mendekat pada Adimasta dan berbisik, "Kamu udah berapa kali diajak ke acara kayak gini? Kenapa baru sekarang aku melihat kamu? Pernah dijodohkan sama yang mana, hmm?"Adimasta melihat Clarissa. Cantik. Sangat cantik. Kali ini rambutnya coklat terang, cocok sekali buatnya. Dengan kuncir ekor kuda, Clarissa makin menawan Adimasta. Adimasta menaikkan kacamatanya, lalu menjawab, "Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti. Ini kali pertama aku ikut. Bukan. Mam
Baca selengkapnya
5. Makin Terpesona
Siang itu Clarissa sengaja ingin menemui Diaz setelah kuliah usai. Clarissa berjalan ke arah kantor dosen berharap Diaz ada di sana. Pendekatan harus makin digencarkan. Beberapa meter sebelum sampai pintu kantor, tampak Diaz berjalan keluar dari sana. Senyum Clarissa melebar seketika. Lagi, keberuntungan sedang berada di pihaknya. Dan Diaz melihat pada Clarissa. Diaz yakin mahasiswa unik ini sedang mencarinya. Dia hafal gelagat cewek yang ingin mendekati dirinya. "Selamat siang, Pak." Clarissa menyapa ramah. Dia pasang senyum manis agar dosennya memberi perhatian. "Siang, Clarissa. Belum mau pulang?" tanya Diaz. "Mau ketemu Pak Diaz dulu. Boleh, kan?" Clarissa bertanya balik. "Soal apa? Aku sedang sedikit terburu-buru." Diaz menjawab sambil menengok jam tangannya."Ya, gitu ya?" Clarissa kecewa. "Ya, ini mau pesan ojol. Kalau kamu bisa sabar, besok kamu bisa ketemu saya di atas jam dua siang." Diaz memberi
Baca selengkapnya
6. Kecewa dan Marah
Clarissa bisa maklum jika Yenny tidak sepakat dengan dirinya. Pasti sama seperti teman yang lain, jika mereka tahu Clarissa mengejar dosen baru mereka, akan muncul cibiran dan sindiran. Tapi bukan Clarissa namanya kalau akan mundur hanya karena kata orang.  "Yenny, langkah awal sudah dapat poin, tinggal meneruskan saja. Hm? Aku yakin bisa meluluhkan hati dosen kita." Clarissa menepuk pipi Yenny.  "Clay, lebih baik fokus belajar, dah. Jangan macam-macam. Dosen kayak Pak Diaz pasti maunya dapat wanita elegan, bukan slengekan kadang rada ga jelas seperti kamu." Mulut ceplas ceplos Yenny mulai tak terkendali.  "Terserah mau bilang apa. Hari ini langkah pertama. Semua mengarah pada tujuan yang mulia, bersanding dengan pria idaman. Kenapa aku harus mikir yang lain? Tantangan itu wajar saja, bikin perjuangan makin berarti." Clarissa pindah memencet hidung Yenny.  "Hei, tangan itu dikondisikan. Jangan muka orang jadi sasaran mulu," tukas Y
Baca selengkapnya
7. Tidak Salah Aku Cinta Kamu
"Clay ..." Suara itu, membuat Clarissa makin degdegan. Tenang, lembut, dan meneduhkan. Dulu suara seperti ini dia dengar dari papanya. "Semua yang kamu lewati, mengajar kamu untuk jadi gadis yang kuat. Yakinlah itu." Clarissa terdiam. Selama ini tidak ada yang bicara seperti ini padanya. Bahwa hal buruk yang membuat dia kecewa akan menjadikan dia orang yang kuat? "Tanpa papa, kamu sekarang jadi wanita dewasa. Itu hebat. Dan di depan ada masa depan menunggu. Banggalah dengan diri kamu." Diaz melanjutkan. Clarissa ingin menangis keras mendengar kalimat itu. Andai Diaz ada di depannya mungkin dia akan peluk kuat-kuat. Karena Clarissa merasa hatinya pilu, tapi juga ada rasa tenang menyusup di sana. Dia ingin Diaz yang di sisinya membuat dia makin tenang. "Aku ga mikir, Kak. Yang kujalani ya udahlah. Abis SMA, ya kuliah. Ntah nanti kayak gimana, aku ga tahu." Clarissa menjawab, seperti pasrah dengan hidup. Diaz bisa merasakan Clarissa hanya sekedar menjalani masa hidup, tanpa ta
Baca selengkapnya
8. Jangan Berharap Apapun
Clarissa baru selesai mandi dan berganti pakaian. Dia mau charge ponselnya. Saat dia keluarkan dari tas, ada beberapa kali telpon masuk dari Adimasta. Ada apa cowok itu telpon? Apa ada yang penting? Clarissa mengirim chat, karena dia harus isi data ponselnya. Dia bertanya kenapa Adimasta sibuk mencarinya. Balasan Adimasta cepat datang. Dia menanyakan apakah buku agenda tugasnya terbawa Clarissa. Clarissa tidak merasa, tapi dia akan cek dulu. Ponsel kembali diletakkan dan Clarissa membuka tasnya. Ternyata ada. Buku itu terselip dengan buku yang Clarissa pinjam. Clarissa penasaran, apa saja isi buku Adimasta. Dia duduk di meja belajarnya dan mulai membuka lembar demi lembar di buku itu. Clarissa tersenyum. Rapi, tertata, sistematis, ya itu Adimasta. Pemuda baik, ramah, dan cerdas. Sayang, di mata Clarissa, Adimasta terlihat seperti cowok tidak tegas dan lemah. Karena itu Clarissa tidak pernah menaruh hati padanya, meskipun ada beberapa teman mereka yang naksir cowok sipit itu. Cat
Baca selengkapnya
9. Mendadak Pulang
Dengan kesal Clarissa masuk ke dalam mobilnya. Kenapa harus Adimasta?! Dia memang tidak tertarik cowok pada itu. Tapi sejauh ini, Adimasta salah satu teman cowok yang cukup menyenangkan buat Clarissa. Setelah Clarissa tahu hati Adimasta padanya, dia hanya ingin menjauh saja.  Yenny yang duduk di sebelah Clarissa tahu temannya itu benar-benar kesal. Yenny pun sama, tidak menduga jika Adimasta punya rasa buat cewek yang kadang jelas kadang ngacau itu. Di mata Yenny, cowok model Adimasta akan menyukai cewek kalem, tenang, sopan, dan lembut. Tapi ternyata, dia suka Clarissa? Seperti tidak masuk di otak Yenny.  "Kamu buat apa marah? Itu urusan Adi mau suka atau nggak sama kamu. Selama ini ga bikin ribet hidup kamu, biarin." Yenny menenangkan Clarissa.  "Tahu, ah. Aku mau kejar Kak Diaz. Pusing amat sama yang lain." Clarissa melajukan mobilnya. Saat berada di dekat gerbang, dia lihat Adimasta di atas motornya. Dia berhenti di pinggir jalan, sedang me
Baca selengkapnya
10. Tangis Clarissa
"Sayang, maafkan Mama. Sudah sering bikin kamu kesal. Mama beneran kangen sama kamu." Dengan suara parau Rosita bicara. "Nya, saya ambilkan air hangat, ya?" Bu Tirah menyela perkataan Rosita. "Iya, Bu. Terima kasih," kata Rosita. Bu Tirah beranjak meninggalkan kamar. Dia menyuruh Yenny masuk dan duduk di kursi tak jauh dari pintu. Yenny manut. Clarissa menoleh pada Yenny. Dia melambai. Yenny mendekat, berdiri di sebelah tempat tidur, di dekat Clarissa. "Ini Yenny, Ma. Sahabat aku." Clarissa mengenalkan. "Yenny, kamu pasti gadis baik. Bisa tahan dengan anak Tante ini." Rosita memandang Yenny. "Mama, ihhh," Clarissa manyun. "Clarissa, Mama tahu kamu paling kesal kalau Mama pingin bicara. Apalagi soal jodoh." Rosita mengalihkan pandangan pada Clarissa lagi. Nah, kan, kondisi sakit juga ngomong soal jodoh. "Mama hanya mau kamu dapat pria baik, hidup kamu terjamin. Karena ..." Rosita tidak meneruskan kalimatnya. Dia menarik nafas dalam. Clarissa dan Yenny menunggu. "Dokt
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status