100 HARI CINTA

100 HARI CINTA

Oleh:  Yuliyhana  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
41 Peringkat
121Bab
7.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah tidak ada kabar hampir sebulan tiba-tiba sang mantan kekasih datang untuk melamarnya. Alvira yang sudah kecewa karena mantannya yang bernama Kevin berselingkuh dan perselingkuhan itu dilihat sendiri olehnya membuat Alvira tidak ingin kembali bersamanya apalagi menikah. Tapi karena Kevin sudah begitu banyak membantunya membuat Alvira mengiyakan tapi dengan syarat! Namun, tiba-tiba Alvira dipertemukan dengan seorang pengusaha tampan tapi dingin. Karena sesuatu terjadi diantara mereka membuat sang pengusaha melamar Alvira. Dengan siapakah Alvira akan menikah? Apakah Alvira bisa menjalani hidup rumah tangganya? Ikuti terus kisahnya, masukkan dalam rak buku kalian biar jika update kalian bisa langsung baca.. Ceritanya akan mengandung konten Dewasa, bebijaklah membaca... Jangan lupa untuk memberikan riview nya yah... ~Happy reading~ IG_yulianaHartman

Lihat lebih banyak
100 HARI CINTA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
CahyaGumilar79
Cerita ini hanya karangan belaka. Namun, ketika coba dibaca ternyata menyimpan banyak makna dan juga tidak jauh dari arti kehidupan yang nyata seperti nonton sebuah film yang berkualitas... Layak masuk Rank Menurutku... Dan is the best banget............
2021-08-09 08:52:38
0
default avatar
cyprus.kohler
suka Thor, terusin ya! smangat hehe
2021-07-14 13:08:24
0
user avatar
Ray Basil
Sukses selalu kk
2021-07-07 11:42:14
0
user avatar
Ayu Kristin
Bagus kak aku suka, lanjut lagi dong
2021-07-06 06:40:33
0
user avatar
Aldrich Candra
Seru ini, cuma paragrafnya jangan terlalu padat yah, Kak.
2021-07-05 17:36:13
0
user avatar
Senja Kelabu
Kereen kak, wajib baca nih
2021-07-03 07:55:59
0
user avatar
Ervin Warda
Keren😍 semangat nulisnya, kakak💪
2021-07-03 07:13:02
0
user avatar
Cynthia ES
Duhhh jadi ikut galau..
2021-07-02 10:40:17
0
user avatar
Yani
Mantap. ceritanya oke banget dan seru
2021-07-02 10:39:22
0
user avatar
Kaka Put
Ceritanya seru kak. Lanjut
2021-07-02 10:37:14
0
user avatar
Giio
Amazing story
2021-07-02 10:30:47
0
user avatar
MoonHp
Mantap Thor! Penulisan rapi, alur juga menarik 😍😍
2021-06-29 11:17:36
0
user avatar
CahyaGumilar79
Kren ceritanya kak bagus dan menarik enak dibaca... 🌟🌟🌟🌟🌟🌟
2021-06-28 11:04:52
0
user avatar
Ainin
Semangat kak ❤
2021-06-27 10:53:52
0
user avatar
Rizuki
Aduh... Permainan emosi... Lanjut, kak.... Semangat....
2021-06-26 18:10:33
0
  • 1
  • 2
  • 3
121 Bab
Awal pertemuan
Wanita dengan manik hitam segelap malam itu menatap ke arah pria paruh baya di hadapannya dengan mata membulat, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan atas semua hal yang baru saja dia dengar. "Ayah!" teriak wanita itu, tak mampu menahan amarahnya lagi. "Demi seorang jal*ng, Ayah mengusir kami?!" Jarinya menunjuk ke arah seorang wanita muda yang memasang wajah ketakutan di belakang sang ayah. Tentu saja itu hanya sebuah kepura-puraan. "Dasar rubah!" gumam Alvira yang masih bisa didengar oleh ayahnya. "Alvira! Jaga ucapanmu!" "Sudah, ayo kita pergi dari sini, tidak usah membuat tenaga kakak habis hanya gara-gara sampah seperti mereka!" Raka membawa kakak dan ibunya untuk menjauh dari rumah yang sejak kecil ia tinggali. Alea tidak mampu berkata, hatinya begitu rapuh saat mengetahui orang yang dicintai sudah berhianat. Dengan mengeret koper ia meninggal rumah megah yang banyak kenangan di dalamnya. Mereka pergi tidak membawa apa-apa hanya pakaian
Baca selengkapnya
Pertemuan ke dua
Setelah pertemuan itu selesai Daffin segera keluar dari restoran tersebut untuk kembali ke kantor. Namun, saat ia sudah sampai di pakira mall, tidak sengaja ia menabrak seseorang lagi. Orang yang sama seperti di kampus tadi. “Elo,” ucap Alvira penuh penekaan saat melihat orang yang berada tepat di depannya. “Lo lagi, lo lagi,” ucap Daffin tak kalah sinis dengan Alvira. Karena keduanya tadi sibuk dengan ponsel mereka masing-masing jadi mereka tidak melihat saat berjalan. Tidak ada kata maaf keluar dari mulut mereka, keduanya malah saling melemparkan tatapan sinis. Alvira ditarik oleh vita untuk segera masuk ke dalam mall. Mereka saat ini berada di mall karena dosen yang mau mereka datangi tidak hadir, jadi vita mengajak alvira untuk mencari buku dan alat penunjang lainnya untuk persiapan KOAS yang sebentar lagi mereka jalani. “Kenapa sih harus ketemu dia lagi,” gerutu Alvira sambil berjalan mengikuti vita. “Jodoh lo kali,” sahut vita as
Baca selengkapnya
Mantan Datang Melamar
Vita kini menepikan mobilnya tepat di depan rumah Alvira, rumah dengan nuansa putih bersih itu tampak sepi. Alvira keluar dari mobil Vita tidak lupa ia mengucapkan terima kasih. Setelah Alvira keluar vita kembali menacapkan gasnya meninggalkan pelataran rumah Alvira. Alvira berjalan masuk ke dalam rumah. “kenapa vitanya nggak disuruh masuk sayang?” tanya Alea “Sudah sore bu,” jawab Alvira lalu bergabung bersama ibu Alea di ruang tengah. “Sayang ibu mau bicara sama kamu,”ujar Alea menatap manik mata anaknya dengan intens. “Bicara aja kali bu, biasanya juga langsung ngomong,” jelas Alvira. Alea diam ia menarik nafasnya dan membuangnya secara kasar, melihat ibunya yang serius Alvira mengerutkan keningnya bingung. Ia pun menunggu ibunya untuk mulai berbicara. “Gini tadi kevin ke sini bersama keluarganya,” ucap Alea. Alea sengaja menjeda pembicaraannya ingin melihat reaksi anak sulungnya itu gimana pun ia tidak ingin membuat anaknya
Baca selengkapnya
Meminta waktu
Alvira mencuri pandang pada Kevin, seandainya Kevin tidak berselingkuh mungkin ini adalah kabar yang paling mengembirakan untuk dirinya. Ia juga ingin menolak secara langsung tidak bisa karena Kevin telah banyak membantunya, Kevin juga yang sudah membantu keuangannya saat ingin membeli rumah yang sekarang ia tempati bersama ibu dan juga adiknya. Saat itu Alvira ingin menyicilnya namun Kevin menolaknya. Sekarang ia hanya akan mencari alasan untuk memperlambat acara pernikahannya. Setelah ia berhasil mengumpulkan uang banyak ia akan membayarnya pada Kevin biar dirinya tidak berhutang budi. Mengingat uang, ia pun belum tau apa bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. Soalnya kuliahnya saat ini pun memerlukan banyak biaya. "Apakah ayah masih mau memberikan aku uang?" batin Alvira yang mengingatkan kalau dirinya susah untuk bertemu sang ayah. “Silahkan duduk,” titah Kevin dengan suara lembutnya sambil menarik kursi yang ada di depan. Alvira hanya mengikuti saj
Baca selengkapnya
Melepas rindu pada ayah
Reiki mengikuti langkah Daffin, Sampainya di basement pak Budi sudah siap di dalam mobilnya. Jika Daffin lembur dua orang inilah yang selalu menemaninya dan terpaksa ikutan untuk lembur juga. Jalanan kota Jakarta sudah tampak lenggang, jam sudah menunjukkan pukul 12:22. Hanya untuk menghasilkan produk yang terbaik Daffin rela untuk lembur hingga dini hari, jika tidak mengingat anak buahnya ia akan lembur hingga pagi menjelang. Pak Budi sopir pribadi Daffin mengantarkan Daffin lebih dulu ke apartementnya barulah ia mengantar Reiki dan terakhir barulah ia pulang ke rumah. Daffin memilih tinggal di apartement karena ia ingin sedikit bebas dan tidak terus di tanya oleh sang mami soal calon pendamping hidup. Apartment yang terletak di daerah semanggi memiliki fasilitas yang cukup memuaskan untuk penghuninya. Dengan menggunakan private lift Daffin sudah sampai di dalam apartemantnya. Ia meletakkan jas dan juga tasnya di sembarang tempat, ia menghempaskan bo
Baca selengkapnya
Permintaan sang ayah
Arka akan bertanya pada seketaris ke mana uang yang selama ini disuruhnya mengirim ke anak-anaknya. “Maafkan ayah ya sayang,” ujar Arka lagi dengan perasaan yang sangat bersalah, sambil mengenggam tangan Alvira. Arka benar-benar merasa bersalah pada anak-anaknya, kali ini dirinya akan bersikap tegas. Sudah cukup ia mengalah pada Maya. Arka langsung mengambil dompetnya dan memberi salah satu kartu debitnya pada sang putri. “Simpan itu untuk keperluan kalian,” ucap Arka. “Tapi yah, ini terlalu banyak.” Protes Alvira yang tau kalau isi di dalamnya pastilah sangat banyak. “Itu untuk ibu mu, dan uang untuk biaya kuliahmu nanti akan ayah kirim lagi, sebenarnya tiap bulan ayah mengirimkan kalian uang melalui seketaris ayah. Tapi tampaknya uang tersebut tidak dikirim ke kalian, nanti ayah akan menanyakannya,” jelas Arka. "Untuk kartu itu, itu milik ibu mu yang waktu itu ayah ambil dan sekarang ayah ingin mengembalikannya. Maafkan ayah ya sudah
Baca selengkapnya
Makan malam yang hening
Sebulan sudah berlalu kini Alvira dan Vita sudah menyandang gelar S.ked. Namun mereka belum bisa menjadi seorang dokter sungguhan masih ada beberapa tahapan lagi yang harus mereka jalani. Salah satunya melakukan koas. Koas atau dokter muda adalah tahapan mereka menjalani kegiatan di rumah sakit dengan dokter pembimbing. Mereka akan menjalani koas selama 1,5 tahun atau bisa menjadi 2 tahun lamanya. Selama menjalani koas mereka akan mendampingi dokter senior untuk memeriksa pasien dalam segala macam penyakit. Mereka pun harus mau untuk berjaga malam. Karena itu merupakan sebagian dari tugas dokter. Alvira dan Vita mendapatkan rumah sakit yang sama. Rumah sakit tempat mereka melakukan koas adalah pilihan dari kampusnya. Alvira begitu bersyukur karena ia bisa mengikuti koas, seperti apa yang dicita-citakannya. Walaupun belum menjadi dokter sungguhan tapi ini adalah tahapan di mana ia bisa langsung berhadapan dengan seorang pasien. Menolong mereka dengan i
Baca selengkapnya
Ciuman pertama
Tibalah sudah hari Sabtu di mana Kevin membawa Alvira menemaninya untuk menghadiri acara bisnisnya. Kevin memberhentikan mobilnya tepat di depan hotel di mana acara itu diadakan. Seperti pasangan kekasih pada umumnya Kevin membukakan pintu mobil untuk Alvira, lalu ia menyerahkan kunci mobilnya oleh petugas. Mereka berjalan menuju ballroom hotel sambil bergandengan tangan. Keduanya begitu tampak serasi. Mereka disambut hangat oleh usher. Usher merupakan orang-orang yang ditunjuk untuk menerima tamu. Mereka mengarahkan Kevin dan juga Alvira untuk duduk di kursi yang telah disediakan. “Wah, ada yang ditemani nih,” ujar rekan bisnis Kevin sambil melirik Alvira yang berada di samping Kevin. Kevin hanya tersenyum menanggapinya. Kevin pun terlibat percakapan serius, percakapan seputaran bisnis. Al
Baca selengkapnya
Leukemia
Karena yang dicarinya tidak ketemu Daffin kembali ke meja yang terdapat papi dan maminya di sana. “Liat tuh para sahabat kamu pada bawa gandengan, kamu kapan Daffin?” tanya mami penuh penekanan, sambil melirik orang-orang yang berada di sekitar mereka. “Sabar mi, nanti juga kalau sudah waktunya pasti Daffin kenalkan sama mami,” ucap Daffin. “Iya tapi waktunya itu kapan?” “Apa kamu sudah ada cuman nggak mau dikenalkan sama mami?” tanya Shela lagi. “Jodoh Daffin masih dijaga orang nih,” celetuk Daffin asal. “Apa?” tanya Shela yang menang tidak mendengar ucapan Daffin karena Daffin mengucapkannya sangat pelan. “Enggak mi, bukan apa-apa.” Selesai acara Daffin beserta papi dan maminya meninggalkan tempat acara. Dengan menggunakan mobil masing-masing mereka berpisah di basement hotel. Daffin masih ditemani oleh Reiki dan pak Budi. “Langsung ke apartemen aja ya pak!” titah Daffin. Pak Budi hanya mengangguk seba
Baca selengkapnya
Berobat ke Singapura
Papi Ahmad  membuka pintu ruang Shela, ia langsung berjalan mendekat mami. Duduk di sisi mami Shela sambil membelai rambut Shela dengan lembut. “kenapa kamu nggak bilang sakit parah seperti ini?” Lirih Ahmad, ia sudah tidak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh. Air mata itu menetes perlahan, Daffin yang mengetahuinya langsung mendekat ke arah sang papi mencoba untuk menenangkan. Kini mereka saling berpelukan mencoba untuk menguatkan diri. “Apa kita bawa mami ke Singapura aja ya?” tanya Ahmad pada putra satu-satunya itu. “Kalau itu yang terbaik kenapa tidak, tapi sepertinya kita harus menunggu mami benar-benar stabil dulu, baru kita bisa membawa mami,” jawab Daffin. Ahmad menyetujui ucapan Daffin. Mereka pun kembali diam sambil menatap wajah Shela yang pucat. Pikiran Ahmad kini kembali pada adik satu-satunya yang telah lama dipanggil yang maha kuasa. Sama seperti sekarang, waktu itu Ahmad juga lah yang menemani adiknya di rumah sakit sampai
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status