Love life hope

Love life hope

Oleh:  Rin da livian  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
46Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ardana Rasti menyukai Sandy, sangat suka sehingga dia menentang perintah kedua orangtuanya hanya agar bisa lebih dekat lagi dengan kekasih pujaannya itu. Sandy Andrea, lelaki jenius, bahkan sangat brilian, disukai Nana sejak JHS, tak pernab menolak, dan tak pernah menjawab kata cinta yang ditanyakan Nana padanya ketika JHS. Segala macam usaha akan dilakukan Nana. Akankah usaha Nana dalam mendekati Sandy bisa dan menggapai impiannya untuk bisa bersamanya? Lalu bagaimana membuat Sandy menyukainya, sementara cara - cara yang dipakai ketika masa sekolah sebelumnya pun takkan berhasil padahal jika melihat di FTV semua yang dilakukan Nana adalah cara andalan mereka. Jadi, Nana akan memakai cara apa? Yuk, ikuti perjalanan Nana dalam menggapai dan menemukan cinta sejatinya.

Lihat lebih banyak
Love life hope Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
46 Bab
1
Ardana Rasti, gadis 14 tahun yang akan berulang tahun di bulan November dan mengubah umurnya menjadi 15 tahun, bersekolah di SMA yang sama dengan pujaan hatinya setelah berjuang habis-habisan dan menentang seluruh perintah kedua orangtuanya untuk bersekolah di daerahnya saja. Dengan modal nekat, akhirnya dia bisa lulus dan bersekolah walau belum bisa sekelas dengannya. "Hai, aku Rahma, kamu siapa?" seorang perempuan mungil dengan rambut panjang dan beberapa bekas luka di wajahnya menyapa Ardana dengan wajah riang. "Oh, hai, aku Ardana, panggil Dana, Ara, reksa atau apapun juga boleh." Jawab Ardana seadanya, sarapannya untuk melihat pujaannya hari itu belum terlaksana sehingga tak ada semangat yang terisi padanya. "Lesu amat? Kan ini upacara pertama di tahun ajaran kita," Ardana masih lesu, tak ada gairah yang terpancar di wajahnya, dan tak ada kalimat yang terucap berikutnya. Ard
Baca selengkapnya
2
Seorang laki-laki langsung mengajaknya berbicara. Percakapan tentang Sandy selalu sangat dia sukai, karena itu dia melewati acara enal?""Tentu saja, dia itu saingan sama kakakku waktu olimpiade SMP.""Kakak?""Oh, aku punya kembaran, laki-laki juga, dia sekarang ada dikelas yang sama dengan Sandy Andrea itu.""Tapi...""Aku dan kakakku punya minat dan kepintaran masing-masing. entar juga kau tau, kita sekelas nih. Aku Rion, saudaraku yang dikelas A namanya Leon. Dia pakai kacamata, jadi mungkin kau gak bakalan kenal dia, tapi kami kenbar identik, kalau kacamatanya dilepas, kau akan kesulitan ngenalin kita.""Wah, ada anak kembar. Dari dulu aku penasaran." Nana mulai penasaran dan ada nasa senang dari suara yang dia keluarkan.Rion menaruh tasnya di meja yang berdempetan dengan meja Nana, lalu duduk dan mengatur tempatnya. "Penasaran tentang apa?"
Baca selengkapnya
3
seminggu sekelas dan sebangku dengan Rion membuat Nana mengerti, kalau laki-laki yang berada di sampingnya adalah seorang jenius dalam seni, bahkan dalam hal memakai bedak pun, dia tak kalah."Yuk upacara." ajak Rion."Tapi nanti kutinggal ya, aku baris di kelas sepuluh b.""Baris di kelas sepuluh a saja. kan lebih bagus, kau bisa liat dan sapa langsung dengan Sandy.""Gak papa, gak usah, aku di barisan biasa saja.Nana mengenakan topinya kemudian meninggalkan Rion yang masih sibuk membereskan mejanya yang sempat berhamburan karena memperlihatkan banyak hal pada Nana."Ada gambar baru?" Nana mencolek pinggang Rena lalu berdiri di belakangnya."Gak ada nih, orangnya juga belum muncul kok itu""Yuk, Na. Sini!" ucap Rion lalu menarik lengan Nana meninggalkan barisan kelas sepuluh b menuju sepuluh a
Baca selengkapnya
4
"Tunggu apa lagi? Ayo naik!" Minuman yang ada di hadapannya sudah habis dalam sekali tegukan.Rion menepuk wajahnya lalu menunduk, tak habis fikir dengan tingkah teman sekelasnya satu itu, jika menyangkut tentang Sandy, dia akan melakukan apapun dengan semangat empat lima, padahal jika dengan yang lain, dia terlihat biasa saja."Na, ubah sifatmu yang seperti itu, tak baik. Jangan sampai ada yang berniat buruk padamu dengan memanfaatkan Sandy yang kamu bahkan tak tau apakah dia suka atau tidak." Ucap Rion sembari memegang bahu Nana yang telah duduk kembali disamping Rion.Tapi Nana sama sekali tak mendengarkan nasihat Rion."Yuk ah, ayo!" Kali ini Nana kembali menarik Rion menuju ke tempat dimana Sandy berada. Kapan lagi bisa bersama dengan Sandy tanpa perlu pusing memikirkan alasannya."Akhirnya sampai," Ucap Nana
Baca selengkapnya
5
Akhirnya Nana pulang tanpa ikut bermain game. Dia hanya memperhatikan Sandy bermain dengan serunya sembari sesekali mengajak Rion bercerita.Lelah memang, tapi jika mengingat setiap emosi yang diperlihatkan oleh Sandy, semuanya terbayar lunas, bahkan lebih. Teringat seperti momen waktu masih SMP yang selalu dia rindukan.Pagi menyapa Nana, setelah menyelesaikan tugas sekolahnya lebih cepat, dia langsung tertidur tanpa sempat menikmati siaran tv ataupun update grup kelasnya. "Gimana tidurmu semalam? Pasti menyenangkan?" Tanya Rion ketika dia melihat Nana sudah duduk dengan rapi dalam kelasnya."Ya, langsung tertidur tanpa bermimpi saking capeknya." Nana menghembuskan nafas kasar."Gak ada mimpi pasal kejadian kemarin?""Kemarin kalian ngapain?" Rahma langsung masuk diantara cerita mereka tanpa permisi."Kemarin itu...""Jangan ngomong apa-apa, dia ember." Bisik Nana setelah menutup mulut Rion secepa
Baca selengkapnya
6
"Kerja? Apaan?" Nana ragu. Terlalu banyak cerita kejahatan yang dia baca yang menyangkut tentang penawaran kerja pada awalnya, namun merugikan di akhir."Model?""Model apa? Jangan yang aneh-aneh ya, aku gak suka yang aneh." Nana cukup menyukai Rion, tapi tawaran menjadi model cukup meragukan mengingat terlalu banyak hal buruk yang terjadi dalam dunia permodelan yang selama ini dia ketahui melalui publik."Gak kok. Model biasa aja, pose depen kamera, cekrek, udah,  gitu doang."*Nana menyetujui tawaran Rion, dan disinilah dia sekarang, menunggu di ruang tamu setelah disapa oleh saudara perempuan si kembar. Dan Rion serta Leon muncul bersamaan. tanpa kacamata yang bertengger di wajahnya, membuat keduanya terlihat bak pinang di belah dua, tak ada beda sama sekali."Cara kerja dan honornya akan dijelasin ama kakak aku yah Na." Ucap Rion kemudian menyerahkan sebuah map berisi beberapa lembar kertas yang su
Baca selengkapnya
7
"Kalian ini, bisa gak sih dipisahin barang sebentar aja, lima menit gitu?" Seorang perempuan dengan rambut dikuncir dan membawa selembar kertas bertanya pada keduanya.Rion dan Nana saling berpandangan seakan sedang bertelepati, beberapa kali keduanya mengerutkan kening dan menggeleng, namun di menit berikutnya setelah gadis itu bosan menunggu jawaban, akhirnya keduanya kompak untuk mengatakan tidak lalu memberikannya tawa dan tos."Sudah kuduga. Tapi sayangnya kalian memang harus pisah, kelompok yang baru diberikan Bu Erna bilang gitu." Ucap perempuan itu lagi.Teman sekelasnya memberikan secarik kertas kemudian meninggalkan mereka berdua menuju papan tulis untuk mengumumkan kelompok tersebut."Pisah Rin." Wajah Nana terlihat sedih dan mengerucutkan bibirnya tanda tak terima."Iya nih, ya mau gimana lagi lah, guru yang nentuin." Rion hanya terlihat santai dan mengangkat bahunya, pasrah.
Baca selengkapnya
8
Hari yang ditunggu Nana akhirnya tiba, hari sabtu. Hari yang dijanjikan oleh Rion bahwa akan membuat Sandy terpesona dengannya. "Karena hari ini spesial, kakakku Marina yang akan memoles wajahmu." Rion berkata dengan wajah bersinar. "Gak akan menor kan?" Nana tak terlalu yakin dengan keputusannya kali ini, mengingat dandanan Marina selalu saja tampak mencolok di matanya. "Meragukan kemampuanku ya Na?" Marina menjawab pertanyaan Nana dengan pertanyaan. Marina mengajak Nana mengikutinya, melangkah masuk ke dalam kamar kakak perempuan Rion. Gaya minimalis, dengan meja yang penuh dengan alat-alat make up serta cermin yang lumayan besar dan terpasang beberapa bohlam yang bersinar dengan terangnya. "Duduk Nana." Nana mengikuti perintah Marina untuk duduk dan Marina pun mulai menjalankan sesuatu yang paling disukainya, memoles wajah perempuan menjadi cantik dan bers
Baca selengkapnya
9
 "Sempurna seperti biasa kak," Ucap Rion dengan jempol dan rona yang masih bertahan di wajahnya, "Yuk, temui Leon." lanjut Rion lagi.Nana hanya mengangguk kemudian menyusul Rion di belakangnya, menuju lantai tiga. Kamar kakaknya berada di lantai dua, bersama dengan kamar kedua orang tua Rion.  "Bro, kita udah siap nih, yuk ke bawah!" Teriak Rion dari balik pintu, sengaja menggoda saudara kembarnya untuk bisa segera bertemu dengan Nana yang sudah di make over oleh kakak mereka. "Iya, bentar. Masih siapin kamera dan perangkatnya nih. Kamu sini kek, bantuin bawa!" Perintah Leon yang tak membuka pintu, hanya menjawab tanpa melihat ke arah sumber suara, dan terus sibuk merapikan alat - alat yang berhamburan. Akhirnya Rion menyerah, dia membuka pintu untuk membantu saudara kembarnya merapikan alat yang semalam di cek kondisinya dan tak sempat di rapikan kembali. "Na, kamu bi
Baca selengkapnya
10
 Ketika Sedang berfoto setelah beberapa kali take, Sandy dan Taufik muncul. Leon tak menghiraukan mereka dan melanjutkan untuk memfoto keduanya. Sandy dan Taufik begitu memperhatikan Rion dan Nana yang terlihat seperti pasangan sejati, saling bergandengan tangan dan menatap, membuat keduanya memiliki chemistry yang begitu kuat. Beberapa kali mereka merubah gaya, namun tetap saja, seakan keduanya memang pasangan sejati yang diciptakan dari tulang rusuk yang sama. "Break!" Teriakan Leon membuat Nana menghembuskan nafas lega, disambut tawa hangat dari Rion yang memperhatikannya. "Kenapa, Na? Tumben banget bernafas berat, kayak lagi banyak beban aja." Celetuk Rion menggoda Nana yang tidak biasanya. "Akhirnya, pose tadi berat banget, tau gak sih? Mana harus mandang Rion kayak lagi liatin orang yang paling disuka."  "Kau gak suka padaku Na?" Rion
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status