Two Side

Two Side

Oleh:  AZAZEIL  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
15 Peringkat
43Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jangan terlalu dalam mencintai seseorang, dan jangan terlalu berharap kepada manusia. Semua akan sirna pada waktunya, akan berubah hanya dengan hadirnya orang baru. Kamu mungkin akan terjatuh, tetapi tidak mungkin untuk bangkit. Namun, semua berubah ketika hadirnya seorang wanita. Dia berbicara dan mengatakan semua yang kau rasa, membawa kembali semua perasaan terutama cinta. Berawal dari benci, tidak saling mengenal hingga akhirnya saling memahami. Kamu kembali melihat dunia dengan penuh warna, hingga akhirnya semua kembali seperti sediakala. Kehidupan yang hanya dikisahkan untuk kematian, merekah menjadi kehidupan. Makna dalam setiap kata, tidak dapat diterka hanya dengan sekali dengar.

Lihat lebih banyak
Two Side Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ochi Lee
...... pemuda yang tidak terduga
2022-02-26 23:53:56
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:42:02
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:42:01
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:53
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:52
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:52
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:52
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:52
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:48
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:47
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:41
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:30
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:19
0
user avatar
Ikka Fahrie
Entah mengapa, cerita ini seperti sedang bercerita tentang diri seseorang. Tidak dilanjut lagi kah? bagus loh .. ditunggu kak
2021-05-24 20:41:16
0
user avatar
AZAZEIL
Jangan lupa tinggalkan komentarnya 😊
2021-05-21 10:14:46
1
43 Bab
Kegelapan
“Seperti kata pepatah, terbitlah terang setelah gelap dan datanglah pelangi setelah badai. Mungkin prinsip hidup seseorang sangatlah mirip dengan hal itu, walau terkadang aku sendiri ragu untuk mengakuinya.” “Mengapa demikian?” “Entahlah? Mungkin karena diriku yang selalu mencoba untuk menggenggam semuanya seorang diri hingga tersesat dalam kegelapan abadi.” “Entahlah? Lagi-lagi selalu saja jawaban yang menyebalkan!” “Hehehe ... bukankah seseorang yang memiliki rahasia malah semakin membuatnya terlihat menarik?” Gemeresik ilalang dibelai lembut angin malam membuat kalian terpaku menatap rembulan dan bintang-bintang seraya bercerita tentang sebuah kisah atau hanya sekadar bertukar rahasia. Kamu menanggapinya dengan santai dan dingin, sedangkan ia terlihat serius menatapmu seolah mencoba memahami seluruh sifat sahabat sekaligus pasangan.
Baca selengkapnya
Kelam malam
“Hei, Leon. Mengapa kau sepertinya sangat peduli padaku? Aku tidak pernah memintanya? Apa yang seb—““Semua ini bukan keinginanku, melainkan karena sebuah janji.” Taman indah nan luas berhias bunga-bunga penuh warna dan sedikit pepohonan menjadi suguhan bagi mata yang haus akan keindahan. Kalian saling bertukar cerita, akan tetapi nuansanya sedikit berbeda. Tidak ada kelihatan tawa ataupun senyum, melainkan hanya kerutan pada dahi dan wajah kalian. “Janji?” Kamu bertanya perihal janji yang sepertinya tidak diketahui. Wajah sayu nan pucat, mendekat membawa sebuah kesan tersendiri. “Iya, aku pernah berjanji kepada Rin untuk menjagamu. Lebih tepatnya ... Rin memaksaku untuk menjaga dan menghentikanmu untuk bunuh diri,” jelasnya lirih.“Rin, ya? Haa ... sudah lama sekali aku tidak mendengar nama itu. Sungguh nostalgia rasanya.” Blnar di matamu kembali terpancarkan sejenak, hingga pada akhirnya kembali menghilang dalam kegelap
Baca selengkapnya
Syair Baru nan Sunyi
Bersandar di jendela, menatap langit biru di luar sana seraya tersenyum seolah tengah membayangkan sesuatu yang sangat indah. Kamu membiarkan angin sepoi mengurai rambutmu, membuatmu berkedip beberapa kali ketika terdapat hewan kecil memasuki mata. Bersenandung, hanya hal kecil itu yang kamu lakukan di dalam ruangan dan selalu seperti itu setiap harinya. Kembali terdengar ketukan dan suara seorang pria dari luar ruangan, tetapi ketidakpedulian menjadi jawaban singkat nan jelas. “Yo, apa kabar?” Dia langsung bertanya ketika baru saja memasuki ruangan, sedangkan kamu hanya terus menatap langit di luar sana. “Oh, ayolah. Kenapa kau sebegitunya benci padaku? Padahal aku hanya bertanya,” ujarnya lirih. Matamu melirik tajam ke arahnya, rambut merah dengan gaya aneh–memiliki rambut panjang di antara telinga tetapi pendek di bagian belakang dan gaya yang acak-acakan–membuat darah seketika mend
Baca selengkapnya
Alunan Syair
Kedua netramu tertuju padanya, membuka kata seraya mengangkat secangkir kopi di atas meja, “Jika berkenan, bolehkah saya tahu siapa yang sedang Nona tunggu?” “Aku sedang tidak menunggu siapa pun,” jawabnya lirih membuatmu tergelak karenanya, “kenapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu dari kata-kataku?” “Tidak, aku hanya terkejut saja. Bagaimana mungkin wanita secantik Nona tidak memiliki pasangan.” Kata-katamu membuatnya terdiam, di saat yang bersamaan wajahnya kian memerah seraya menatapmu tajam dengan salah satu tangan terkepal. Wajahnya langsung mendekatimu, sedangkan tangan kiri langsung mencubit tanganmu. “Au, sakit! Kenapa Nona mencubitku?” tanyamu merengek seraya mengelus-elus tangan. “Hmm ... entah? Tanganku bergerak sendiri.” Wajah polos nan lugu membuatmu terdiam dan terpaku. Senyum lirih terukir di wajahnya, dan dengan
Baca selengkapnya
Sajak Kerinduan
Pertemuan yang sangat tidak menyenangkan, akan tetapi biasanya berakhir dengan penuh warna. Sebuah pertemuan awal yang memiliki kesan beragam. Di tengah terangnya jalanan berhias gemerlap bintang dan rembulan, kamu berjalan seorang diri dengan wajah sayu. Sesekali kamu tertawa, berlari bahkan sempoyongan seperti orang mabuk. Entah ketika dikeramaian ataupun kesepian, kamu tetap bertingkah demikian seolah tidak memiliki kepribadian. Sesekali terdengar suara senandung yang diakhiri tawa. Berhenti sejenak, membeli beberapa minuman keras. Duduk seorang diri di tengah taman berteman lampu jalanan seraya meneguk sebotol minuman keras dengan penuh kenikmatan. Kursi panjang menjadi sandaran untukmu berbaring. Tangan kanan memegang sebotol minuman, sedangkan kiri memegang sebatang rokok untuk dihisap. Matamu perlahan kian layu, menutup dengan rapat hingga akhirnya tertidur dengan lelapnya. Ayam kembali berkokok, rembulan kian mer
Baca selengkapnya
Kembalinya Mentari
Sebuah pelukan hangat, seolah membalut luka dan hati yang tengah tersiksa. Menenangkan jiwa yang tengah menderita, membuatmu terdiam dengan netra berkaca dan sedikit membesar. Pandanganmu sedikit memudar, tanpa sadar air mata jatuh membasahi ufuk pipi. Kamu usap air mata dalam dekapannya, menatap sekitar dengan penuh tanda tanya. “Kumohon ... kumohon jangan pernah melakukan hal itu lagi.” “Apa yang kau ka—“ “Berjanjilah padaku, bahwa kamu tidak akan pernah mencoba untuk bunuh diri lagi, kumohon. Berhentilah berpikir bahwa kamu selalu seorang diri, ada begitu banyak orang di sisimu. Karena itu ... hentikanlah tindakan bodohmu itu. Jika kamu tidak memiliki tujuan hidup, tidak apa. Jadilah orang baik dan jalani hidup sesukamu, lakukan apa pun yang kau suka selama tidak membahayakanmu,” selanya seraya terisak dan memelukmu erat. Hening menjadi jawaban, senyum lir
Baca selengkapnya
Hitam nan Kelam Dunia
Dipeluk erat seorang wanita, mendengar sebuah kata ungkapan cinta membuatmu tersenyum tanpa bicara. Kamu lepaskan pelukannya, pergi menjauh tanpa suara. “Terima kasih.” Lirih suaramu tidak dapat didengar siapa pun, memberikan kesan kebencian terhadap semua orang. Sikap dingin tanpa pandang bulu dan kearoganan yang membuatmu dibenci banyak orang, walau demikian sama sekali tidak kamu pedulikan. Kamu tersenyum sejenak, menoleh ke belakang dan menatapnya yang tengah termenung seraya mengusap air mata. “Haa ... merepotkan. Sampai kapan aku harus terus berpura-pura? Sialan! Sampai kapan aku harus memainkan peran ini? Haa ... ternyata benar kematian adalah hadiah terindah bagi mereka yang berputus asa,” ujarmu lirih di bawah sinar mentari. Setelah cukup lama berada di rumah sakit, hal pertama yang kamu lakukan adalah membaca. Mungkin semua orang akan sangat sayang dan rindu dengan rumah, tetapi bagimu semua itu hannyalah ba
Baca selengkapnya
Akhirnya Tawanya Kembali
Tatapan mata setajam pisau, terdiam menatapmu dalam diam dan tangan terkepal. “Berisik!” Tendangan kembali terlayangkan, sebuah pukulan kembali di daratkan walaupun jelas sudah wajahnya berlumuran darah segar. Kamu terus saja tertawa padahal sudah hampir sekarat dibuatnya seraya berkata, “Kenapa berhenti? Teruskan, buat aku lebih bahagia dan kemudian bunuhlah aku selayaknya kamu membunuh seekor nyamuk. Pada laci di kamar nomer dua terdapat sebuah pistol. Kau bisa menggunakannya untuk mengirimku ke neraka.” Dia kembali menendangmu, membuat tubuh menghantam dinding. “Berisik! Diam kau, bajingan!” Suaranya menggema ke seluruh ruangan, amarah mencuat membuatnya kembali menghajarmu dalam waktu yang lama. Ketika melihatmu terbaring lemah tidak berdaya, dia mendekat perlahan seraya mengulurkan tangan. Netra tajam yang dipenuhi kesedihan, menatapmu dengan penuh belas kasihan. “Bagaimana? Jika kamu memang ben
Baca selengkapnya
Sebuah Saran, Jangan Membangunkan Singa Yang Tengah Tertidur
“Terima kasih, berkatmu semua terasa lebih indah, dan bersamamu Lucy merasa sangat bahagia.” Di bawah langit hitam dipenuhi gemerlap bintang, sebuah kecupan hangat mendarat tepat di keningmu. Di depan rumah yang terlihat begitu megah, dia meninggalkanmu seorang diri dengan wajah tersipu. Kamu terdiam, kemudian tersenyum menatapnya berlari kecil memasuki rumah itu. Perlahan kamu mulai menjauh, berbalik arah ketika melihatnya memasuki rumah bertingkat nan indah itu. “Haa ... sialan, ternyata dia orang kaya? Menyerah sajalah, toh dia juga pasti sudah memiliki pasangan. Mungkin kami hanya ditakdirkan bertemu, bukan bersatu. Ingat, semakin tinggi kau berharap, semakin besar pula luka yang kau terima.” Entah mengingatkan diri sendiri atau hanya sekadar bergumam tanpa arti, kata-katamu begitu menyiksa dan sekaligus bermakna untuk dipahami. Jarak semakin menjauh, sebuah suara memekakkan telinga membuatmu menoleh ke sumber suara. Dia melambaikan t
Baca selengkapnya
Pesan Hati
“Hei, apa kau tahu jika pukulanmu itu terasa sangat menyakitkan?” Seraya tersenyum dan menahan rasa sakit, kamu membalas pukulan pria itu. Tidak tanggung-tanggung, kaki dan tangan dengan lincahnya menghantam tubuhnya, membuat pria itu terjatuh dan tidak berkutik di hadapanmu. Suara mereka seolah tidak sampai di telinga—sebagian hanya bisa berteriak, dan sebagian lagi mencoba untuk menghentikanmu walaupun semua sia-sia.Kedua tangan bahkan wajah kian bersimbah darah. Hidung dan mulut pria itu mengeluarkan darah—membuatmu semakin bersemangat dan tertawa dengan lantang—menduduki tubuhnya seraya melayangkan pukulan bertubi-tubi di wajah. Kengerian itu terhenti ketika lebih dari 5 orang menahan tubuhmu. Namun, tetap saja kamu terus meronta dan menatapnya dengan hasrat membunuh yang kuat. Bahkan dengan 5 orang sekalipun, masih sulit bagi mereka untuk menahan pergerakanmu.Tubuh kecil dan kurus itu, ternyata memiliki begitu banyak kekuatan yang tersimpan d
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status