Arya Tumanggala

Arya Tumanggala

Oleh:  Kebo Rawis  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
174 Peringkat
135Bab
30.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dalam satu penugasan, upeti yang dikawal Tumanggala dirampas gerombolan begal. Seluruh anggota rombongan tewas kecuali dirinya dan seorang prajurit lagi. Akibatnya, Tumanggala difitnah terlibat dalam perampasan tersebut. Ia pun nyaris dijatuhi hukuman mati. Coreng di muka membuat sang prajurit gigih mengembalikan nama baik. Tumanggala kemudian berhasil menghabisi gerombolan begal yang merampas upeti raja. Namun Tumanggala sungguh tak menyangka, semua itu justru mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan keluarga.

Lihat lebih banyak
Arya Tumanggala Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Aldho Alfina
Permisi, Numpang neduh thor "Penguasa Dewa Naga" Seorang sampah yang ternyata memiliki identitas luar biasa di belakangnya. bulan ini gas 3 bab/hari
2023-03-03 03:20:26
1
user avatar
Hakayi
Mantap, Thor. Salam dari Legenda Pendekar Buruk Rupa.
2023-01-21 19:18:38
0
user avatar
Zhu Phi
Keren ceritanya Salam dari Ksatria Naga Phoenix
2022-06-06 04:33:02
0
user avatar
Artha Trishna
Wow, ini mutiara terpendam di GoodNovel. Sejauh ini satu-satunya cerita silat berlatar sejarah yang informasinya valid, enggak ngawur. Baca ini nambah pengetahuan sejarah. Nama-nama tokoh, juga bahasa dan istilah yang digunakan, semuanya pas sesuai dengan zaman yang diceritakan. Mantap, salut!
2022-05-28 00:04:23
2
user avatar
Ema Ryosa
mantap, cerita silat yang sangat menarik, keren thor...️...️...️
2022-02-15 21:20:20
3
user avatar
The dream evil
Mantap.....
2021-12-31 02:50:18
2
user avatar
Aprillia D
bagus bgt ceritanya. bakal baca sampai habis.
2021-12-16 17:10:04
2
user avatar
Iro Magenta
sukseees Kak Thor. Izin promo yaa~ Baca juga "Pendekar Pedang Tanpa Tanding", tentang perebutan kekuasaan dan kitab pusaka keramat.
2021-10-27 17:42:53
2
user avatar
Lia Lintang
Wah baru kali ini baca cersil bikin nagih. Arya Tumanggala dapat salam dari Tertipu Masa Lalu ya. Keren banget novelnya Bang. Semangat dan sukses selalu ya.
2021-10-10 02:47:56
2
user avatar
Pemalas Penyendiri
Mencari Cercil menarik? Yok baca novel saya "Danuranda (Pendekar Nusantara)" mampir ya kak
2021-09-24 15:57:29
1
user avatar
Jajaka
sukses terus kak ( ╹▽╹ ) saya suka cerita pendekar seperti ini.
2021-09-10 18:57:20
19
user avatar
KSATRIA PENGEMBARA
Numpang Promo y thor ! Pernah terbayangkan ngak ? kalau ada seorang pendekar dari JAWA DWIPA yg suka mengembara ke berbagai negeri & bertarung dg semua pendekar-pendekar hebat dari seluruh dunia. Pastinya pengembaraan ini sangat menarik utk diikuti Ksatria Pengembara akan UPDATE TIAP HARI
2021-09-10 01:20:38
1
user avatar
fight night
semoga sukses menulisnya THOR
2021-09-04 20:54:43
1
user avatar
BONGULL EXPLORER
kawan boleh baca novel Dendam Pendekar Peniru uhhhh itu juga enak jalan ceritanya aku penyokong setia penulisnya hihihih lah aku kok promo novel malah hahaha
2021-09-04 20:47:58
1
user avatar
kailani gech
ceritanya keren kang kebo rawis... ditunggu sambungan arya tumanggala seri 2. gimana nasib si kridapala? citrakara? wyara? arya lembana? sy semakin penasaran...
2021-09-02 09:38:59
2
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 12
135 Bab
Upeti dari Wurawan
MATAHARI tengah bersiap menuju puncak tertingginya ketika satu rombongan melintas di kaki Gunung Pawinihan. Terdiri atas selusin lelaki menunggang kuda. Sepuluh di antaranya berpakaian layaknya prajurit kerajaan. Rombongan itu mengiringi sebuah gerobak yang dikendalikan seorang sais. Entah apa isi gerobak tersebut. Sebab bagian atasnya tertutup rapat oleh sebentang kain hitam tebal. Jalanan di tengah hutan itu sangat sepi. Suara keteplak ladam kuda terdengar keras memecah kesunyian. Ditingkahi teriakan-teriakan menggebah agar hewan-hewan tersebut berlari kencang. Samar-samar ada cicitan burung nun tinggi di atas pepohonan. Serta pekik jerit kera di kejauhan. "Berhenti ...!" Sesampainya di satu tikungan, dua lelaki di bagian depan yang menjadi pemimpin rombongan tiba-tiba saja hentikan laju kuda mereka. Hewan tunggangan kedua lelaki tersebut meringkik keras, terlihat gelisah. Namun segera tenang kembali setelah leher mereka ditepuk
Baca selengkapnya
Begal Alas Wengker
SELURUH anggota rombongan dari Wurawan bersicepat memutar balik kuda dan gerobak mereka. Bersiap kembali menuju ke arah Wengker. Tempat yang baru sekitar sepenanakan nasi lalu mereka tinggalkan. Namun, belum lagi semua anggota rombongan berbalik arah, terdengar satu suitan keras memecah udara. Lalu disusul satu suitan lagi dari arah lain. Setelah itu dari balik rimbunan semak belukar di kanan-kiri jalan bermunculan sosok-sosok tubuh berpakaian putih-putih. Ki Bekel cepat menghitung. Jumlah mereka tidak kurang dari empat orang. Orang-orang yang baru muncul tersebut menghunus sebilah golok besar di tangan masing-masing. Mereka berdiri mengadang tepat di hadapan rombongan dari Wurawan. "Celaka! Mereka pasti rombongan begal," desis Ki Bekel dengan suara agak bergetar. Lalu kepala lelaki paruh baya tersebut menoleh pada Tumanggala di sebelahnya. "Tumanggala, cepat kau amankan gerobak! Apa pun yang terjadi jangan sampai gerobak itu dikuasai
Baca selengkapnya
Bekel Jayapati Gugur
JERITAN melolong keluar dari mulut Ki Bekel Jayapati. Golok besar di tangan Ranasura menyambar perutnya. Wajah lelaki paruh baya tersebut seketika mengernyit. Menahan rasa sakit yang amat sangat. Tubuh setengah tua itu terjajar mundur beberapa langkah. Saat kemudian berhenti, sepasang kakinya yang bergetar membuat Ki Bekel Jayapati berdiri terhuyung-huyung bagaikan orang mabuk. Didorong rasa penasaran, Ki Bekel Jayapati arahkan pandangan ke perutnya yang nyeri. Saat itu pula ia keluarkan seruan tertahan. Ada luka besar menganga di sana. Ususnya yang putih memanjang terburai keluar. "Keparat!" maki sang bekel seraya meraba luka tersebut. Darah yang membasahi jari-jemari tangannya terasa dingin. Di tempatnya, Ranasura tertawa mengekeh. Satu seringai lebar tersungging di wajah bengis si gembong rampok. "Sudah aku bilang, seharusnya tadi kau serahkan saja barang bawaan kalian pada kami secara baik-baik," ujarnya dengan nada mengejek.
Baca selengkapnya
Senopati Arya Lembana
KABAR mengenai pembegalan yang dialami rombongan dari Wurawan langsung terdengar hingga Kotaraja. Sore itu juga petinggi keprajuritan Panjalu yang berwenang sudah mengetahui peristiwa tersebut. Adalah sais gerobak yang membawa kabar muram ke Kotaraja. Lelaki berbadan tambun tersebut diperintah oleh Tumanggala. Awalnya ia menolak karena masih gemetar ketakutan. Namun Tumanggala berhasil meyakinkannya untuk pergi. "Tinggal dirimu harapan kami. Jadi, aku mohon pergilah ke Kotaraja. Sampaikan kejadian ini pada Senopati Arya Lembana," ujar Tumanggala sebelumnya. Tepatnya tak lama setelah si prajurit memastikan kematian Ki Bekel Jayapati. Sais gerobak terpekur sejenak. Rasa takutnya belum lagi hilang. Karenanya ia masih tidak dapat membayangkan harus pergi sendirian menembus hutan yang sepi, menuju Kotaraja yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat. "A-aku ... aku takut, Tumanggala," jawab sais gerobak akhirnya, berterus terang. "Tidak ada yang perlu
Baca selengkapnya
Fitnah untuk Tumanggala
KEESOKAN harinya, pagi-pagi sekali Arya Lembana mendatangi ruang pengobatan istana. Sang senopati ingin menanyai beberapa hal pada Triguna. Begitu Arya Lembana memasuki ruang pengobatan, semua orang yang ada di dalam sana langsung berdiri memberi hormat. Yang dibalas oleh senopati Panjalu tersebut dengan anggukan kepala. Triguna tampak hendak beranjak turun dari tempat tidurnya. Agar dapat memberi hormat dengan sikap sempurna. Namun Arya Lembana mencegah. “Tetap di tempatmu, Prajurit. Kau masih terluka parah,” ujar sang senopati seraya melangkah mendekat. “Terima kasih, Gusti Senopati,” balas Triguna dengan takzim. Prajurit yang sudah berusia kepala tiga tersebut tengah dibaluri ramuan obat oleh seorang tabib. Luka besar di dadanya tak lagi mengeluarkan darah. Namun masih tampak basah. “Bagaimana keadaan lukanya?” tanya Arya Lembana pada tabib. “Sudah lebih baik, Gusti. Kalau aliran darah putih ini sudah berhenti, luka ini akan
Baca selengkapnya
Hukum Pancung
UNTUK beberapa saat Tumanggala terdiam. Prajurit muda tersebut benar-benar tak tahu harus menjawab bagaimana. Namun dari pertanyaan terakhir Arya Lembana, ia tahu persis dirinya sedang dicurigai. Ketegangan tiba-tiba saja mengisi ruangan tersebut. Ada rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh Tumanggala. Sebab ia tahu sebagai prajurit kedudukannya sangat tidak menguntungkan di saat-saat seperti itu. "Gusti Senopati, sekali lagi saya tegaskan saya memberi usulan-usulan tadi kepada Ki Bekel Jayapati semata-mata agar kami dapat lekas tiba di Kotaraja ini. Sungguh sama sekali tidak ada maksud lain," ujar Tumanggala kemudian. Arya Lembana tampak menyeringai. Tatapan mata senopati Panjalu itu terlihat aneh bagi Tumanggala. "Dengar, Prajurit. Aku sebetulnya tidak ingin mencurigai dan menuduh anggota pasukanku sendiri. Tapi dari keterangan-keterangan yang aku kumpulkan pagi ini, agaknya aku sudah dapat mengambil satu kesimpulan," ujar sang senopati. Tuman
Baca selengkapnya
Akal Licik Kridapala
NAMUN agaknya nasib baik masih menaungi Tumanggala. Beberapa saat setelah meninggalkan dirinya dalam ketakutan, Senopati Arya Lembana mengadakan pembicaraan dengan Kridapala. Sebuah pertemuan yang mengubah keputusan sang senopati.Kridapala adalah seorang berpangkat bekel. Sama halnya Ki Bekel Jayapati, orang tersebut merupakan tangan kanan kepercayaan Arya Lembana. Setiap kali menghadapi persoalan pelik, sang senopati akan meminta pendapat pada bawahannya tersebut.Termasuk saat itu. Di mana Arya Lembana sebenarnya diliputi kebimbangan. Ia sebenarnya tidak terlalu yakin Tumanggala terlibat dalam peristiwa pembegalan yang menimpa Ki Bekel Jayapati. Namun dari tiga anggota rombongan yang tersisa, hanya prajurit satu itu yang paling layak dicurigai."Menurut saya, Gusti Senopati tidak dapat begitu saja menghukum prajurit itu," kata Kridapala, menanggapi cerita Arya Lembana."Mengapa demikian, Ki Bekel?" tanya sang senopati penasaran."Bukankah Gusti
Baca selengkapnya
Pasukan Penyergap
KEESOKAN harinya, empat prajurit meminta bertemu dengan Arya Lembana. Ada kabar penting mengenai tempat persembunyian Begal Alas Wengker yang ingin mereka sampaikan langsung pada sang senopati. Tanpa banyak tanya lagi Arya Lembana segera menemui keempat prajurit tersebut. Mereka adalah bagian dari enam belas prajurit yang dua hari lalu dilepasnya untuk melacak keberadaan para begal. Keempat prajurit membungkuk hormat begitu melihat kemunculan Arya Lembana. Sang senopati hanya membalas dengan kibasan tangan. "Apa yang ingin kalian laporkan?" tanya Arya Lembana tanpa basa-basi. Salah satu dari empat prajurit tersebut maju satu langkah. Sekali lagi memberi hormat sebelum buka suara. "Gusti Senopati, kami sudah mengetahui tempat persembunyian Begal Alas Wengker," ujar prajurit tersebut. Arya Lembana angkat alisnya tinggi-tinggi. Meski merasa senang, tapi ia cukup terkejut juga para prajurit tersebut dapat melakukan tugas secepat ini.
Baca selengkapnya
Rencana Wipaksa
ALAS Wengker yang menjadi tujuan penyergapan berjarak hampir lima puluh satu ribu depa dari Dahanapura. Atau sekitar seratus sembilan puluh li jika memakai satuan ukuran bangsa Song. Bukan jarak yang terhitung dekat. Lebih-lebih jalur yang dilalui berupa lereng pegunungan. Sebab antara Dahanapura dan Wengker terpisah oleh Gunung Pawinihan nan menjulang. Karena itu pasukan penyergap yang dipimpin Kridapala musti mengambil jalan memutar. Dari Dahanapura lurus terus menuju Katang Katang. Untuk kemudian berbelok ke barat dan menyusuri lereng selatan gunung. "Apakah kita akan langsung menyergap gerombolan begal itu malam ini juga, Ki Bekel?" tanya Wipaksa kepada Kridapala. Ketika itu rombongan mereka baru saja menyeberangi Bengawan Sigarada. Sebuah parit alam maha luas yang menjadi batas sekaligus pelindung kotaraja. Ditanya begitu rupa, Kridapala tak langsung menjawab. Pandangan lelaki paruh baya itu tampak menerawang ke depan. Menatap ja
Baca selengkapnya
Jerat untuk Tumanggala
MENDENGAR aba-aba tersebut seluruh anggota pasukan sontak hentikan kuda masing-masing. Tempat itu pun seketika menjadi ramai oleh ringkikan nyaring yang saling tindih-menindih. Di tempatnya, Tumanggala tengah berusaha menjinakkan kudanya yang gelisah akibat terkejut. Sembari mengelus-elus surai pada tengkuk hewan tersebut, sang prajurit edarkan pandangan ke sekeliling. Tapi ke mana pun matanya memandang yang terlihat hanyalah kegelapan menghitam. Tumanggala segera maklum, mereka berhenti di jalur yang berada di tengah-tengah hutan lebat. "Tumanggala!" Terdengar Kridapala berseru memanggil. Tumanggala bergegas mengarahkan kudanya ke arah depan untuk mendekati lelaki paruh baya tersebut. "Sendika dawuh, Ki Bekel," ujar Tumanggala seraya memberi sikap menghormat dari atas punggung kuda. "Kau tentu masih ingat di mana tempat rombongan kalian tempo hari diadang gerombolan begal itu, bukan?" tanya Kridapala tanpa tedeng aling-aling.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status