Pembalasan Untuk Pengkhianat

Pembalasan Untuk Pengkhianat

Oleh:  Rias Ardani  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
10 Peringkat
89Bab
128.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ketika kita berusaha memberikan segalanya, bahkan kepercayaan. Namun, dikecewakan dan dipermainkan. Pantaskah kita untuk tetap diam? Atau merebut segalanya, dari tangan pengkhianat.

Lihat lebih banyak
Pembalasan Untuk Pengkhianat Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
lovelinamiss
love bgt sama cerita ini
2022-07-01 13:28:59
0
user avatar
Hendrik
good , ceritanya cukup bagus dan bikin greget
2022-04-04 22:31:03
1
user avatar
Rias Ardani
Mampir dong Teman2 pembacaaa
2022-03-20 04:22:13
0
user avatar
Agnotius Walder
sukses selalu pemuda yang tidak terduga
2022-02-04 21:33:26
0
user avatar
Rias Ardani
Terimakasih JJ Brother. Sukses juga untukmu
2022-01-31 02:20:41
0
user avatar
JJ Brother
Semoga sukses
2021-12-07 10:11:54
3
user avatar
Iswandi Siregar Si
dheuvdkwidjduwjnb
2021-12-06 08:04:40
2
user avatar
diyah dhee
Ini udah tamat blm sih thor? Klo dr judul bab udah tamat. Tp dketerangannya masih bersambung. Ato ada s2nya?
2021-09-29 17:27:38
0
user avatar
Yunique Djafar
novel ini jarang up ya?
2021-08-10 22:47:08
0
user avatar
diyah dhee
Kok endingny aneh sih. Juna-leha itu sapa lagi y?
2021-09-30 16:37:44
0
89 Bab
Kedatangan Mertua
Part1 ”Happy anniversary sayang!” ucapku, ditengah malam kepada suamiku, Mas Jalu. Namun tidak ada sahutan. Aku mengernyitkan dahi, lalu menghidupkan saklar lampu kamar. Kamar sepi, padahal aku baru beberapa menit keluar kamar untuk mengambil kue yang kini berada di tanganku.Mas Jalu sudah tidak ada di tempat, aku pun berusaha mencarinya keseluruh ruangan. Hingga terdengar sayup-sayup suara orang yang tengah berbincang dari arah dapur. Aku perlahan mendekatkan diri menuju asal suara, dengan pelan, aku berusaha menguping terlebih dahulu. Namun suara itu lenyap, malah terdengar bunyi grasak-grusuk, hingga desahan halus.Aku merasa berang langsung menarik gagang pintu dengan keras. "Happy anniversary sayang!" teriak Mas Jalu, bersama Ratih sahabatku dan kekasihnya yang bernama Gunawan. "Kalian," pekikku, seraya memanyunkan bibir. Aku malah sempat berpikir yang tidak-tidak saja tadinya. Ish, iseng banget tau!" cetusku dengan kesal, mereka sempat membuat degub jantungku kian melaju
Baca selengkapnya
Misi
"Harusnya kamu malu, Rosa. Tidak bisa membuat Keluarga saya bahagia," ucap Ibu Mas Jalu dengan tangan di lipat didada, memandangiku dengan sinis. Aku hanya menunduk, mencoba meluaskan rasa sabar."Kamu denger nggak?" tanya Ibu sambil berteriak."Dengar, Bu." Aku menjawab singkat."Kalau dengar harusnya kamu sadar diri, obati diri kamu benar-benar, saya tidak akan pernah menyukai kamu sedikitpun. Sebelum kamu mampu memberikan anak saya keturunan.""Apa tujuan Ibu sebenarnya? Setiap hari melakukan hal ini." Aku memberanikan diri bertanya, rasanya sudah sia-sia aku bersabar, ibu selalu saja menyakiti hatiku sesukanya."Aku muak lihat kamu masih berada di rumah ini," bentaknya dengan mengibaskan rambut."Ini rumah Rosa, Rosalinda! Masa Ibu lupa?" tanyaku yang mulai tersulut emosi. "Dasar mantu kurang ajar, saya akan adukan kamu ke Jalu," ucapnya seraya berdiri menuju pintu keluar. Aku memusut dada, apakah
Baca selengkapnya
Lelah
"Mas, capek? Mau Ros pijitin nggak sayang?" rayuku.Mas Jalu menatapku seakan bingung, selama ini aku memang tidak pernah bersikap semanis ini, biasanya jika ia pulang aku hanya menyambutnya dengan santai. Paling tidak aku nawarin makan, itu saja."Tumben, ada maunya pasti," ucapnya sambil menarik pelan dasi bajunya.Aku mengulas senyum, lalu mendekat ke arahnya. Kupegang dasi yang sedari tadi mau ia lepas. "Sini, aku bantu!" ujarku sambil melepaskan pelan dasinya. "Ayo, bilang, pasti ada mau-nya kan?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi.Aku tertawa sumbang. "Ayo makan malam di luar, sudah lama banget kita tidak makan bersama, aku kangen masa-masa itu!" bisikku sambil memeluk erat tubuh yang sebentar lagi akan aku lepaskan untuk selama-lamanya. "Baiklah," ujarnya. "Tetapi, mas juga ada permintaan!" katanya lagi."Apa itu? Mas.""Mas mau mandi dulu!" bisiknya. Aku terkekeh mendengar pe
Baca selengkapnya
Menguras isi ATM
Kenapa Mamah kamu?" tanya Mas Jalu."Mamah mau pinjam uang tiga puluh juta, Mas." "Tumben, bukannya Mamah dan Papah selama ini tidak kekurangan uang?" tanya Mas Kali dengan wajah bingung."Katanya ia kena tipu, ratusan juta, Mamah takut papah tahu, makanya mau pinjam uang. Biar nutupin sisanya," ujarku. "Tetapi, dompet Ros sepertinya tertinggal di rumah, pinjam uang mas dulu, ya!" lanjutku."Yasudah, nanti kita ke ATM berdua!" ucapnya dengan santai. "Sekarang kita pesan makan dulu, kasihan Ratih, mana tahu udah lapar!" katanya lagi."Aku saja yang ke ATM sendiri, mas temani Ratih, Mamah soalnya perlu cepat." Aku mencoba membujuk. Mas Jalu nampak ragu, namun akhirnya ia pun mau memberikan ATM itu."Nanti kode-nya Mas kirim lewat pesan!" ucapnya. Aku mengangguk seraya beranjak dari duduk, dan meraih kartu ATM yang Mas Jalu sodorkan.Aku tersenyum bahagia, untung saja Mas Jalu selama ini tidak pernah membuat internet banking, jadi
Baca selengkapnya
Shopping
"Ros, kamu ngapain?" tanya Mamah sambil mengetuk pintu kamarku, saat aku tengah bersantai sambil menyeruput kopi cappucino di depan layar laptop.Aku beranjak dari duduk, berjalan menuju pintu kamar. Kubuka perlahan pintu, "Ros lagi santai, kenapa Mah?" tanyaku sambil mendongakkan wajah."Temani Mamah ngeMall yuk! Lama kan kita nggak shopping bareng!" ujar Mamah sambil tersenyum."Oke! Ros ganti pakaian dulu!" jawabku."Jangan lama sayang! Mamah tunggu di ruang tamu!" ucapnya sambil berjalan menuju anak tangga.Aku mengangguk, lalu menutup pintu. Kumatikan Laptop, dan bergegas memilih pakaian terbaikku.Tak lupa, kupoleskan wajah ini dengan make up natural. Sudah sangat lama rasanya, aku tidak berdandan seperti ini.Aku dan Mamah pun meluncur menuju pusat perbelanjaan terbesar.Sesampainya di parkiran. "Kita mau kemana dulu? Mah." Aku bertanya dengan bingung, sebab sudah lama sekali, aku tidak pernah shoppin
Baca selengkapnya
CAFE
"Mah, coba lihat tuh!" tunjukku ke arah Ibu mertua yang nampak ribut-ribut dengan seseorang.Ayo kita kesitu, Mamah penasaran!" ujar Mamah berjalan cepat.Aku dan Mamah pun duduk tak jauh dari Ibu mertua dan seseorang wanita paru baya yang kalau di lihat dari penampilannya. Ia bukanlah orang biasa, gayanya seperti istri-istri pejabat gitu. "Ibu mertua kamu, ribut ko di cafe rame begini," bisik Mamah kepadaku. "Emang nggak tahu malu gitu ya? Karakternya." "Entahlah, kita fokus dengerin aja, Mah!" ucapku, dengan menajamkan pendengaran."Saya nggak mau tahu, ya. Kamu harus secepatnya balikin uang saya! Atau kamu akan saya laporkan ke Polisi," ancam wanita yang bersama Ibu Mertua."Heh, Jeng Tiara, surat-surat tanah saya itu semua asli. Dan ini, bukan pertama kalinya saya jual beli tanah. Selama ini, tidak ada pelanggan saya yang mengatakan surat tanah saya palsu." Wanita yang Ibu mertua pangg
Baca selengkapnya
Perangkap
Dering telepon masuk menghentikan obrolan kami bertiga sesaat. Aku meraih gawai milikku, yang berada di dalam tas. Terpampang jelas nama Mas Jalu, sedang memanggil. Aku pun meminta Mamah dan Gunawan untuk diam sesaat, dan meloudspeaker panggilan dari Mas Jalu.[Hallo, Mas! Ada apa?] tanyaku so' polos.[Ros, kamu bantuin, Mas! Mas kena masalah di kantor Papah, ada yang fitnah Mas, menggelapkan uang perusahaan!] rengeknya.[Lho, ko bisa? Emang mereka nuduh apa sudah ada buktinya?] tanyaku pura-pura kaget.[Ada sih, Ros. Mas juga nggak tahu, tiba-tiba ada bukti transferan uang masuk dalam jumlah besar, dan tiga kali dalam sebulan!] [Wow, luar biasa! Uangnya masih ada di rekening kamu? Mas.] [Belum cek, keburu di sita audit, semua kartu ATM, di bekukan Papah!] [Terus, bagaimana dong? Mas.] [Tadi ibu juga nanya, ternyata kartu kredit Ibu dan lainnya, juga di bekukan
Baca selengkapnya
Memohon
Sesampainya aku dan Mamah di rumah, aku kembali masuk ke dalam kamar, untuk melihat CCTV yang sudah terpasang sedari kemarin di rumahku sana.Aku sengaja memantau dari rumah Mamah, agar Mas Jalu merasa leluasa untuk melakukan apapun di rumah.Dugaanku seratus persen benar, semua tidak pernah meleset sama sekali, Ibu Mertua benar-benar lancang. Berani masuk kamarku, serta membobol brankas milikku. Aku yakin, ia tahu kode brankas itu pun dari Mas Jalu, Ibu dan anak sama saja, suka nyari untung.Ibu terlihat rakus sekali, ia bahkan mengambil beberapa perhiasan yang sudah kuganti dengan yang palsu. Ha ha ha ..., ah, seru rasanya ngerjain manusia serakah.Aku kembali memutar rekaman CCTV yang menunjukkan pukul enam malam hingga pagi.Yah, terlihat Mas Jalu pulang seorang diri, kupikir Ratih akan ikut bersamanya.Saat aku hendak menghentikan aktivitas menonton rekaman CCTV hari kemarin, aku tersentak. Ratih datang tepat di jam dua bela
Baca selengkapnya
Ketahuan
'Ayo Rosa, bangkit dan hadapi pada bedebah itu dengan cantik. Buat mereka menyesal seumur hidup, telah menyia-nyiakan ketulusan kamu.' batinku mencoba memberi semangat, meskipun konsekuensinya, aku akan hancur dan terluka. Biar bagaimanapun juga, perasaan ini masih tertaut pada Mas Jalu. Namun luka dan logika, memaksaku untuk sadar, bahwa Mas Jalu dan keluarganya, bukanlah orang yang tepat untuk aku kasihi.Sore hari, aku tengah asik bersantai di taman depan rumah. Terlihat sebuah mobil mewah BMW i8 memasuki halaman rumah, aku mengerutkan kening menatap si empu mobil."Gunawan!" lirihku, ia memarkirkan mobilnya tepat di dekat taman, dan keluar dari mobil sembari menebar senyum sumringah. Ntah kenapa, Gunawan semakin terlihat tampan rupawan, bahkan kini ia terlihat lebih rapi dari sebelumnya.Yah, mungkin efek dari pekerjaannya, yang menuntut ia harus tampil rapi."Hai, ngapain di sini?" tanyanya sambil mengambil posisi duduk di sebelahku.
Baca selengkapnya
Bebas
"Ratih, terimakasih ya! Sudah mau menolong Ibu Mertua." Aku mengucap sambil tersenyum kepada Ratih."Nggak masalah, kita sesama manusia memang harus tolong menolong!" jawab Ratih merendah."Iya, benar sekali. Yang penting masih dalam jalan kebaikan, nggak tolong menolong dalam maksiat," sindirku seraya tersenyum.Membuat Ratih terlihat menjadi kaku dan salah tingkah.Mas Jalu pun sama, mereka berdua seakan membeku menghadapiku."Ros, kamu kok sering nginap ke rumah orang tua kamu sih? Ntar laki kamu mencari kehangatan lain loh!" ujar Ratih sambil terkekeh.Aku pun sama, ikut terkekeh mendengar penuturannya. "Nggak apa-apa, jika wanitanya mau memberi kehangatan. Hitung-hitung mainan buat mas Jalu, di saat aku tidak ada." "Mainan?" Ratih membelalakan matanya mendengar sahutanku.Aku tertawa sumbang. "Apa coba kalau bukan mainan? Mana ada cinta yang utuh untuk dua insan, tetap cinta cuma satu. Satun
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status