JERITAN HATI SANG KUNTILANAK

JERITAN HATI SANG KUNTILANAK

Oleh:  Triyuki Boyasithe  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
10 Peringkat
16Bab
1.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Rumah ini dulunya dihuni oleh Rarashati dan ibunya, Nyai Romlah. Pasca Nyai Romlah meninggal, tinggallah si Rara di rumah ini sendirian. Sayang seribu sayang. Sebulan setelah kematian ibunya, Rara juga meninggal. Tidak ada yang tahu pasti apa penyebab kematiannya. Namun, semua penduduk meyakini dia meninggal karena kesepian dan putus asa. Memang tidak ada ditemukan tindak kekerasan di tubuhnya. Hanya saja ada yang aneh ketika dia dimandikan. Perutnya terlihat membuncit. Padahal tubuhnya kurus kering. Semua orang mengira mungkin Rara mengidap busung lapar. Sehingga abai dengan perihal tersebut. Sampai akhirnya sehari setelah dikubur, warga yang melintas di kuburan baru tersebut mendengar tangisan bayi. Mengeak-ngeak di malam buta. Mereka bergegas ke arah sumber suara. Mendapati kuburan seperti habis diacak-acak. Seolah-olah ada yang keluar dari dalam lubang. Parahnya, mayat Rarashati terlihat menggantung di dahan pohon beringin yang menaungi kuburan tersebut. Tanpa kain kafan, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh telanjangnya. Dan yang paling mengherankan, dia memeluk sesosok bayi yang sedang menyusu kepadanya.

Lihat lebih banyak
JERITAN HATI SANG KUNTILANAK Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ay LovelyAynee
bagus bagus bagus bagus bagus......
2022-10-25 15:26:19
0
user avatar
Every Noon
mau bergidik sih tadinya tapi lucu..gajadi deh
2022-03-22 20:51:59
0
user avatar
Andrea Lee
aku sampe terhnyut rasa merinding thor...ajegilee...itu kuntilanak bakal balas dend g yaa
2021-07-31 19:34:54
0
user avatar
Ervin Warda
ternyata authornya kenal sama mbak Inul juga ya wkwk. ceritanya seru dan bikin deg-degan, penasaran sama kelanjutannya. ayo semangat nulisnya, kakak
2021-07-30 10:23:55
0
user avatar
Triyuki Boyasithe
Mantap cuyy. Merindiiinggg cuyyyyy
2021-07-30 10:15:07
0
user avatar
Ervin Warda
Ceritanya seru. Semangat nulisnya, kakak
2021-07-09 07:53:05
1
user avatar
Secret.Vee
Seneng banget sama cerita spt ini, up yg banyak thor
2021-07-08 13:13:22
1
user avatar
Eli
Kisah horor, jadi kepo nih. Semangat thor aku juga author cerita horor. Nama pena melati. Sukses ya
2021-07-08 06:29:40
1
user avatar
Triyuki Boyasithe
Onde mande, sabana rancak curitonyoooo
2021-07-08 05:17:20
1
user avatar
E.Yuliwardani
Fav banget kalau horor lanjut kaaak
2021-07-08 07:03:20
1
16 Bab
1. Asal Muasal Sang Kuntilanak
Kuntilanak. Kalian kenal cewek cantik ini? Tentu tidak! Namun, kalian pasti tahu siapa dia. Baiklah, aku akan ceritakan sebuah kisah tentang dia. Si Kuntilanak. Banyak versi tentang dia. Ada yang mengatakan dia mati sewaktu melahirkan. Dia mati, anaknya pun meninggal. Ada juga yang mengisahkan dia mati sewaktu hamil, lalu melahirkan di dalam kuburan. Terlepas dari semua itu, aku memiliki kisah tersendiri. Tentunya akan membuat kalian penasaran dengan kisahnya. Kuntilanak. Mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk meremang. Bagaimana tidak? Saat aku menulis cerita ini, aku sedang berada di rumah kosong. Sendirian. Di kampung yang hanya dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Aku sengaja datang ke kampung ini, selain untuk menguji nyali aku juga ingin mendapatkan rasa takut yang benar-benar takut akan sosok tak kasat mata, yang sering dibicarakan orang banyak. "Rumah ini dulunya dihuni oleh Rarashati dan ibunya, Nyai Romlah. Pasca
Baca selengkapnya
2. Rumah Tua Sang Kuntilanak
Seperti yang kuceritakan sebelumnya, kampung ini hanya berisi beberapa kepala keluarga. Mungkin tidak sampai seratus KK. Makanya, ada aura-aura jomblo, eh, sepi bin merana di kampung ini.Kepala Desa yang sukses membuatku  merinding se-body-badan, namanya Pak Acung. Namanya unik, ya? Pria banget. Acung. Sempat ingin kubertanya kenapa namanya Acung, aku jadi segan bin worry. Tidak sopan. Toh, dia lelaki. Wajar NGACUNG. Eh, apa, sih? Ini kan cerita horror, bukan bo to kep. Ngacungnya digedein pula! Alamak!Btw, balik lagi ke cerita kuntilanak. Siap-siap, ya? Jangan sampai NGACUNG, eh, berak dalam celana.Kampung ini namanya Talu-talu. Namanya juga khas dan unik, Talu-talu. Seperti gendang yang dipukul, suaranya bertalu-talu."Kenapa dinamakan desa Talu-talu, Pak?" tanyaku begitu pertama kali datang dan singgah ke rumah Pak Acung, sebelum aku di-drop ke rumah koson
Baca selengkapnya
3. Statue Sang Kuntilanak
Aku memutuskan tidak jadi pingsan. Kalau aku pingsan, ngapain capek-capek dan jauh-jauh datang ke kampung misteri ini? Enggak worth it banget, deh, pakai acara pingsan segala. Aku cukup lambaikan tangan ke kamera maka tim Uka-uka akan datang menjemput. Sayangnya, itu hanya khayalanku saja. Aku ke sini sendiri, tanpa crew.Kubelalakkan mata segede jengkol menatap sosok yang berdiri di depan pintu rumah tua. Walau samar-samar yang jelas itu terlihat seperti sosok seorang perempuan sedang menyusui bayi.Menguatkan tekad yang membara di dalam celana, eh, jiwa aku memantapkan hati mendekati sosok tersebut, kali aja bisa diajak ngobrol baik-baik, terus dia mau nyusuin aku, astaga! Ha ha ha! Ha ha ha! Astaga! Aku mikir apa, sih? Bisa-bisanya aku mikir. Emang aku punya otak? Ha ha ha. Kok aku tertawa, sih? Hahaha.Apa, sih!?Selangkah, dua langkah masih dengan kemantapan hati. Namun, kian dekat, kok, jantung i
Baca selengkapnya
4. Berdialog Dengan Sang Kuntilanak
Aku menghela napas panjang. Sepanjang jalan kenangan kita berdua. Iya, kita. Aku dan kamu. Itu artinya kita. Rasanya gondok gimana gitu, udah capek-capek bicara, eh, yang kuajak ngemeng ternyata hanyalah seekor patung. Kesel, deh, akh, akh, akh. Ikh, ikh, ikh. Yang paling seksi, seksi sekali. Kamulah makhluk hidup yang paling seksi, seksi sekali.Udah, akh. Mending aku masuk ke dalam rumah. Gelap, Mak! Sangat gelap. Enggak ada cahaya sama sekali. Bagaimana ini? Lampu togok yang tadi dipinjamkan Pak Acung, sudah mati terhembus angin malam. Untung saja aku tidak phobia kegelapan. Dan untungnya lagi, aku walau bukan perokok aktif, selalu bawa korek hidung ke mana-mana.Kunyalakan korek api, lalu cuzzz. Lampu togok pun menyala dengan riang gembira. Bahagia rasa hati begitu melihat cahaya yang menerangiku di dalam kehitaman tanpa noda, dosa, suci lahir dan batin. Semakin ke sini, kalimatku kian bertele-tele. Jangan kalian anggap ini kesal
Baca selengkapnya
5. Jeratan Sang Kuntilanak
Cling!Tidak ada perubahan apa-apa, sih. Enggak ada yang berubah. Tadinya aku mikir ruangan ini berubah jadi lebih bersih, atau kami pindah ke dimensi lain yang lebih uwow. Nyatanya, cuma gaya Nona Rara saja biar terlihat seperti si tukang sihir.Berkali-kali dia menjentikkan jemari. Kalau kalian pernah nonton film Upin Ipin ada tuh nenek-nenek yang mengacungkan tongkat sambil baca mantra pim pin pow! Seperti itulah keadaannya Kuntilanak berbaju merah ini. Aku hanya bisa menghela napas sambil memutar biji mata."Sudahlah, Non! Kayak gini pun udah worth it banget, kok. Apalagi ditemenin oleh nona yang samlohay ini." Aku tersenyum dan hendak mendekat ke arahnya."JANGAN MENDEKAT!"Tiba-tiba saja dia membentakku dengan mata melotot. Aku kaget, sumpah!"Ke ... kenapa, Nona?" jantungku berdegup tidak menentu."Kamu bau!" jawabnya sambil mengibas-ngibaskan tangan."Maaf, Non. Aku kentut barusan."
Baca selengkapnya
6. CiDi Sang Kuntilanak
"I can't breath! Let ... meeeh ... goooh. Pleaseee ...." Rambut Rara semakin tebal saja rasanya. Hampir menutupi seluruh wajahku. Sesak sekali dada ini, Puan. Apakah yang Kuntilanak ini inginkan dariku? Apakah aku akan mati konyol begitu saja?"Susah bernapas, ya? Mau mati rasanya, kan?"Aku mendengar suara Rara, tapi tidak bisa lagi melihat wujudnya. Karena mataku ketutupan rambut yang baunya mulai begitu aneh."Apa yang Nona inginkan dari saya?" tanyaku dengan tenggorokan kering. Jantungku sudah tidak tahu lagi iramanya. Meloncat sana, meloncat sini. Sumbang dan tidak lagi bisa berdendang riang."Tidak ada. Justru kamu yang menginginkan sesuatu dariku, bukan?"Kembali kumereguk ludah. Rasanya dia tahu apa yang aku inginkan. Kemampuannya bisa membaca pikiran dan mendengarkan suara hatiku membuatnya mudah mengetahui maksud terselubungku datang ke tempat ini dan bertemu dengannya."Jangan bermimpi kamu akan mendapatkannya. Tidak sega
Baca selengkapnya
7. Permintaan Sang Kuntilanak
"Jangan pingsan, dong!" Kurasakan sentakan kuat di tanganku. Kepalaku yang tadi terasa berputar-putar nanar, mencoba untuk stabil kembali. Kulihat kepala Rara sudah berada di tempatnya dengan benar."Jangan kagetin aku lagi, please! Kamu, sih, enak. Sedang aku?" Aku merengut sambil memijit pelipisku yang terasa sakit."Cieee, manyun! Cute tau, 'nggak?" Rara mencubit pipiku gemas. "Iya, deh! Aku janji enggak bakalan nakutin kamu asal kamu juga tidak menyebut-nyebut nama Bang Arya. Kalau aku yang nyebut, enggak masalah. Tapi kalau orang lain yang nyebut, tubuhku terasa bertanggalan dari sendi-sendinya.""Hmm." Aku memutar pikiran mencoba mencerna maksud dari perkataan Rara. Namun, tetap saja tidak ada jawaban. "Kenapa bisa begitu?"Dia tersenyum. Senyumnya begitu manis di wajah cantiknya. Membuatku terpesona dan alirah darahku terasa mengalir lancar."Karena dialah lelaki yang pernah mengisi hatiku, memberiku sejuta cinta dan kebaha
Baca selengkapnya
8. Masa Silam Sang Kuntilanak
Aku terjaga ketika mendengar kokok ayam jantan. Mataku memicing ketika bersentuhan dengan cahaya yang menembus tadir rumah. Harum bau masakan lambat-laun memenuhi ruang hidung."Di mana ini?" Aku bertanya dengan suara antara terdengar dan tidak. Kesadaranku belum pulih sempurna. Kepalaku terasa sakit.Setelah mataku meyesuaikan diri dengan suasana dalam ruang yang merupakan sebuah kamar ini, aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan."Cilukbaaa ...!"Aku berteriak keras ketika Rarashati mengejutkanku dengan wajah setannya."RARASHATIIII!!!"Dia segera mengembalikan muka cantiknya dan tertawa terkikik-kikik. "Kamu lucu sekali," lanjutnya sambil guling-guling di lantai."Apanya yang lucu? Kamu hampir saja membuat jantungku berhenti berdenyut." Aku mengumpat sambil turun dari dipan kayu. Terdengar suara berderit ketika tubuhku meninggalkan ranjang tersebut."Ealaah, segitu aja kamu sudah semaput. Lemah. Loyo!"Rara menga
Baca selengkapnya
9. Kamar Sang Kuntilanak
Aku masih ngambek dan mengkal. Cekikan Rara di leherku terasa sakit. Sialan! Seenaknya saja main cekik orang. Dikira enggak sakit apa? Setan memang seenak jidatnya saja. Mentang-mentang nafsunya lebih besar dari pada hatinya. Kalau sampai aku mati gimana? Sayang, kan, ya? Cowok seganteng aku dan berkualitas gini tewas dicekik Kuntilanak?"Kamu masih ngambek?" Rara asyik menggantung di langit-langit rumah. Kadang aku heran sama ini Kunti. Dia kira dia kelelawar apa? Kali ini bau bunga udah berganti dengan bau bangkai. Bahkan dia menampakkan rupa jeleknya."Siapa yang ngambek?" Aku mendengkus dan membuang mata ke luar jendela. "Aku hanya tidak tahan dengan bau busuk dan menatap tampangmu yang menakutkan itu.""Mulai ... mulai! Main fisik lagi, main fisik lagi! Kamu memang hobi menghina orang, ya? Sok banget, deh. Jangan karena kamu tampan, gagah dan ganteng, terus kamu seenaknya saja menghina orang." Kali ini dia meliuk-liuk mirip penari ular di langit-langit kamar. Kepalanya bergerak
Baca selengkapnya
10. Masakan Sang Kuntilanak
Aku memilih untuk menenangkan diri dengan cara duduk bersandar ke dinding. Aku masih shock.Lidahku kelu, jantung berdebar tidak tenang. Pertanda apa ini? Kenapa lelaki di luar itu begitu familiar?Tidak!Tidak mungkin itu aku!Tapi kenapa wajahnya begitu mirip? Aku seolah-olah melihat diriku sendiri di sosoknya yang terlihat sederhana, tapi mengandung kharisma yang pastinya membuat kaum hawa klepek-klepek sesak napas kalau berhadapan secara langsung dengannya."Kikikikikik!"Aku sontak terkejut mendengar kikikan di sebelah kananku. "Rara?" Ya Tuhan, nyawaku kembali penuh begitu melihat kuntilanak cantik itu muncul secara tiba-tiba di sampingku. "Ke mana saja kamu?""Hikhikhik. Kangen, ya?" Rara tertawa panjang, sosoknya merayap naik ke atas langit-langit. Hobi benar dia bergelantungan kayak beruk di sana."GR banget. Siapa juga yang kangen? Aku hanya tidak ingin kamu tinggalkan di sini." Aku membuang muka karen
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status