Vivian

Vivian

By:  As Jaz  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
1.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Vivian, gadis yatim piatu yang dibesarkan oleh paman dan bibinya. Ia memiliki saudari sepupu bernama Clara yang membencinya. Vivian juga mempunyai binatang bernama Aglo yang selalu mengikuti, satu-satunya makhluk peduli dan sayang pada Vivian. Clara selalu membuat Vivian tersiksa hingga Vivian berusaha lari dan pergi jauh dari tempat masa kecilnya. Terbebas dari keterpaksaan bekerja untuk keluarga Clara.

View More
Vivian Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
5 Chapters
Pelarian Dan Hutan Terlarang
"Kemarilah! Aku akan membawamu agar dihukum." Jemari gadis bertubuh ramping menggenggam erat lengan gadis yang tengah luka di bagian lutut. "Lepaskan aku, Kak!" titah gadis itu mengusap peluh di kening. Ia merasakan lukanya sangat perih, bersama dengan matanya memanas menahan air mata. "Kau tak tahu diri, Vivian!" hardik wanita ramping tadi menghentikan langkah. Ia menatap tajam Vivian yang bergetar menahan sakit.  Vivian menarik lengannya dengan keras. Sementara wanita ramping berambut panjang terikat terus menahan pegangan.  "Aku lelah, Kakak! Aku sangat lelah. Aku tak bisa bekerja lagi untuk memenuhi kebutuhan kalian. Biarkan aku hidup sendiri ..." ungkap Vivian pada saudari sepupunya yang tak peduli. Tangan kanan wanita kurus melayang ke wajah Vivian dengan keras hingga mengeluarkan suara. Perih di pipi kiri Vivian membuat air matanya tumpah. "Kau sungguh tak tahu diri. Ayah dan Ibuku sudah membesarkanmu, tetapi kau ingin lari be
Read more
Perjuangan Aglo Demi Vivian
Mentari menyentuh pelupuk mata Vivian hingga terbangun. Ia bersandar di batang pohon, melihat sekelilingnya tampak seperti sarang. "Aglo memang pandai membuat tempat nyaman," gumam Vivian.Ia menoleh ke kiri dan kanan. Mengintip dari atas, tak ada Aglo di bawah pohon itu. Vivian hendak turun dari puncak pohon, tetapi ia mengingat ancaman akan Clara.Vivian menelan saliva, ia menyambar akar ranting pohon untuk mendapatkan sedikit cairan. "Harusnya kau tak pergi, Aglo," lirih Vivian melempar akar yang dihisap tadi. Ia khawatir jika Aglo ceroboh hingga manusia melihatnya lalu-lalang. Pohon tempat tinggal Aglo sangatlah jauh dari tempat Vivian berada.Vivian memejamkan mata sejenak. Ia mengolah perasaan agar lebih tenang. Luka di sekujur tubuhnya masih sangat terasa. Tak lama, pohon itu bergerak. Vivian melirik ke bawah, Aglo tampak menaiki pohon tergesa-gesa.Vivian lega melihat Aglo. Namun, melihat bercak merah pekat d
Read more
Binatang Pelacak
"Dari mana kau dapatkan anjing ini?" Clara terperangah melihat anjing pelacak yang hanya dimiliki orang-orang di istana. Pria bertubuh besar itu memperlihatkan jejeran gigi. "Aku sudah memberi tahu semuanya pada Pangeran. Sekarang, kita harus mengambil kain di lengan hewan payah itu.""Untuk apa kita mengambilnya,?" tanya Clara mengikuti langkah Bobby menuju kandang Aglo.Bobby tak menjawab, ia meraih kain di bahu Aglo hingga membuatnya meraung. Ada beberapa penjaga di sisi kandang hingga Aglo tak dapat berbuat apapun. "Siapa yang mau ikut bersama kami mencari Vivian!" Suara Bobby lantang menawarkan pada penduduk desa yang haus akan hadiah dari Pangeran."Aku!" ujar salah satu pria berkepala tiga segera berdiri."Aku juga akan ikut," imbuh pria di sisi kanan kandang Aglo."Cukup tiga orang saja," tegas Bobby agar penjagaan Aglo tetap ketat. Api di ujung tongkat dipegangi mereka masing-masing. Perasaan Clara am
Read more
Tak Berdaya
Dari kejauhan, Vivian melihat kebun penduduk. Ia kembali mengingat masa kecil hingga dewasa. Harapan untuk mengubah hidup lebih bebas, kini semakin sirna. Ia mengerti apa yang akan dialaminya setelah menikah dengan Pangeran."Dimana binatangku?" tanya Vivian berulang kali pada Bobby. Ia tak sabar melihat keadaan Aglo."Bisakah kau diam? Sampai kita tiba di istana. Aku lelah," tegur Bobby dengan raut kesal. Perutnya mulai sangat terasa lapar usai perjalanan jauh. Vivian melihat sekeliling bergoyang, kakinya mulai tak terasa berpijak. Ia pun terhempas dengan mata terpejam. "Kau yang angkat gadis itu!" suruh Bobby pada Clara."Aku tak sudi menyentuhnya," bantah Clara memandangi Vivian tampak jijik."Kupastikan kau tak mendapat apapun jika tak mengurusi calon pengantin Pangeran." Bobby terdengar lantang di telinga Clara yang mengernyit melihat Bobby tiba-tiba berubah tegas seperti itu.Clara berdecak. Ia terpaksa membawa Vivia
Read more
Persiapan Pernikahan
Kala mentari telah terbit, Vivian masih terbaring mengamati sekeliling ruangan. Ia memasang pendengaran lebih tajam. Suara-suara di sekitar istana cukup riuh. Pintu terbuka, tempak Pangeran menyeringai sembari mendekati Vivian dengan melebarkan mata. Sontak Vivian bangkit dan berusaha berdiri, tetapi ia tak kuat."Tetaplah berbaring di tempatmu!" Pangeran memegangi kedua pundak Vivian.Vivian terus menunduk. Ia tak sudi menatap mata pria tua itu. Sementara perawat di dekat pintu hanya berdiam menunggu perintah."Bagaimana keadaan calon pengantinku?" tanya Pangeran tersenyum ke arah perawat. "Sudah membaik, Yang Mulia," jawab perawat menunduk. Ia tahu, pertanyaan pangeran hanyalah sekedar basa-basi. Tangan pangeran mengelus rambut Vivian tanpa kain penutup. Vivian menggeliat, ia menggeser tubuh cukup jauh dari pangeran.Pangeran tertawa. "Ini yang kusuka darimu!" Ia menarik lengan Vivian sangat kuat. "Kau masih ingat
Read more
DMCA.com Protection Status