Tiga Wanita Jagoan

Tiga Wanita Jagoan

By:  MEGAWATI SOREK  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
48 ratings
40Chapters
3.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ria seorang gadis yang terlibat dendam dari musuh kedua bibinya. Mengakibatkan maknya tewas. Maka ia pun belajar ilmu supranatural dan bela diri demi menuntut balas. Dalam perjalanannya ia bertemu seorang pria bernama Afran. Mereka pun saling jatuh cinta, tetapi diketahui ternyata Afran adalah cucu dari musuhnya.

View More
Tiga Wanita Jagoan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
aledphia
semangat up nya kak
2021-10-16 19:35:51
0
user avatar
Amanda Syiefa
Seru ini ceritanya next kaka...
2021-10-16 18:38:20
0
user avatar
Diganti Mawaddah
Ceritanya seru, lanjut, Kakak
2021-10-16 18:35:38
1
user avatar
Cheruu
keren kakk! Ayuk lanjuut~
2021-09-29 00:41:31
3
user avatar
Cadburry♥
Lanjut, semangat ya!
2021-09-25 14:33:11
1
user avatar
Sachie
semangat lanjut kak
2021-09-23 20:51:38
1
user avatar
Ryuzy_hdr
keren kak!! lanjut kak :D
2021-09-23 14:58:45
1
user avatar
Sasakiya
Ceritanya seru ...
2021-09-23 14:03:05
1
user avatar
Ray Basil
penasaran ... up trs kk ...
2021-09-21 22:56:40
1
user avatar
CahyaGumilar79
Keren, alurnya menarik dan feel-nya dapet banget
2021-09-21 22:54:22
1
user avatar
elhrln
ceritanya unikk
2021-09-21 06:46:38
1
user avatar
Andi Sasa
Amazing.. dtggu next ya.
2021-09-20 22:33:28
1
user avatar
Zhi
Menarik, semangat terus author.
2021-09-20 12:47:50
1
user avatar
I'm okay
Semangat terus kak!
2021-09-20 08:57:17
5
user avatar
Anggrek Bulan
Semangat..
2021-09-20 08:19:41
2
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
40 Chapters
Jemuran
"Mak, ada angkat baju gamisku yang dipake waktu kondangan Surti kemaren, Mak?"tanya Ria pada maknya yang terlihat sibuk menyapu dapur."Tak ada, kenapa?" Mak balas bertanya lagi."Enggak ada ni Mak, mana ya?" ujar Ria sambil membongkar tumpukkan kain yang baru saja diletakkan di keranjang setrikaan.Kening Ria berkerut mengingat beberapa harian ini, berpikir di mana meletakkannya ataukah terlupa.Ria berdiri, menuju kamar membuka lemari dan memeriksanya. Tiada menemukan pakaian yang dicarinya."Jangan-jangan hilang ndak ya, Mak, apa ada yang mencurinya ya?”"Ingat-ingat dulu, iya dicuci ndak tadi? atau tergantung di lemari tak?""Cuci kok, Mak," pungkas Ria cepat.Baju gamis itu adalah baju kesayangan gadis berambut panjang. Nyaman dipakai karena bahannya yang adem walaupun harganya tidak terlalu mahal. Warnanya polos serta lembut, sehingga sangat mudah memadukan dengan jilbab warna lain.Hati gadis itu tak tenang,
Read more
Mulainya Serangan
Malam Jumat Kliwon itu akhirnya datang juga. Seperti perintah Bi Tinah. Malam ini mereka akan membakar baju gamis.Dua wanita tersebut memutuskan untuk menginap di rumah Bi Tinah saja. Walaupun paham dengan perintah yang disuruhnya, tetapi muncul keraguan dan ketakutan. Ria dan Mak memang terkenal penakut dalam keluarganya.Rumah lama peninggalan nenek Ria banyak memiliki kenangan. Bentuknya berupa rumah panggung. Terbuat dari kayu yang kokoh tanpa cat. Undakkan berjumlah lima anak tangga untuk naik ke rumah. Jendela besar serta lubang angin di atas pintu. Di bawah rumah terdapat beberapa kayu bakar untuk Bi Tinah memasak. Walau kompor gas sudah ada tapi ia lebih sering menggunakan tungku api. Di kiri kanan dan depan masih terdapat beberapa pohon rambutan serta mangga sehingga membuat permukaan tanah menuju rumah agak bergelombang karena akar yang bermunculan di tanah.Malam bergulir, langit indah berhiaskan bulan yang sedang bercumbu pada bintang. Suasana yang
Read more
Aksi Bi Tinah
Tiba-tiba angin berembus kencang. Keheranan tentu itu yang dirasakan, dari mana arah angin menerpa tersebut hadir, sementara rumah tertutup, hanya lubang angin kecil di atas pintu saja. Angin tersebut memadamkankan korek api yang dipegang oleh Bi Tinah.Ketakutan menyergapi, bulu kuduk meremang. Suasana sunyi senyap. Segera Ria berinisiatif mendekati Mak, merapatkan tubuhnya. Ria merasa ada yang tak beres. Maknya menyambut dengan merangkulkan tangannya ke bahu Ria."Takut aku, Mak," lirih Ria."Sama Mak pun takut, tapi kita minta tolong pada Allah, semoga Bibimu dibantu Allah, Nak. Mudahan malam ini terlewati dengan lancar." ucapan Mak Ria mencoba menghibur dengan suara bergetar. Dapat dirasakan dia pun merasakan kekhawatiran."Bersiap, orang ini melakukan perlawanan," ucap Bi Tinah dengan wajah serius.Lampu mendadak padam. Gelap gulita dengan angin semilir terasa dingin menembus tulang. Dengan gemetar Ria mencoba merogoh ponsel di saku. Mencoba m
Read more
Ria Kesurupan
Tiba-tiba suasana berubah menjadi hitam pekat. Keberadaan Ria dan Bibinya tersebut bukan lagi di rumah. Hanya terlihat Bi Tinah pada pandangan mata Ria, begitu pun sebaliknya. Serasa aliran panas mengalir pada setiap pembuluh darah Ria. Gadis yatim itu tak tau siapa dirinya lagi. Artinya Ia telah dikendalikan alias kesurupan. Tubuhnya memiliki energi kuat yang menguasai. Bak banteng yang siap menyerang dan mengerang.Bi Tinah bersila mengambil posisi tenang, mulutnya bergerak-gerak cepat. Tubuhnya bersinar terang dengan cahaya yang menyilaukan. Melihat hal itu, ada gejolak perlawanan dan kekuatan besar menarik Ria untuk segera bertindak. Dengan berteriak Ria maju menyerang dengan cepat. Tubuh gadis itu yang sudah dikuasai itu berlompatan gesit menyerang dengan tenaga penuh.Bi Tinah dengan lincah hanya mencoba menghindar saja. Tanpa bisa membuat serangan balik. Dengan pertimbangan takut akan melukai fisik keponakannya. Dia terlihat kewalahan menghadapi serangan Ria. Ka
Read more
Kedatangan Bi Laila
Berlahan Ria membuka mata. Pertama yang terlihat adalah langit- langit kamar berupa papan triplek berwarna coklat, sebuah bola lampu kecil mengantung di sana. Mencoba mengumpulkan kesadaran penuh sambil berpikir. "Ria!Ria! Syukurlah kamu sudah sadar, Nak!" Terdengar suara maknya, membuat Ria mengalihkan pandangan cepat. Mak tersenyum mengapai tangan Ria. Raut wajah bahagia semringah terpancar dari wanita yang melahirkannya tersebut. "Aduh!" keluh Ria sembari meringis. "Kenapa, Nak. Apa ada yang sakit?" tanya Mak khawatir. "Badanku sakit-sakit semua, tenggorokan kering," Ria mencoba mengangkat tangan menuju lehernya. "Memang seperti itu jika setelah kesurupan, itu untung pingsanmu tak kelamaan." Tiba-tiba Bi Tinah muncul di ambang pintu kamar menyahut. Melangkah ke arah mereka, menyerahkan segelas air putih.  Secara cepat disambut Mak dan ikut menolong Ria untuk duduk bersandar. Mak menopang dan tangan sebelahnya menuntun cangkir k
Read more
Tentang Bi Laila dan Bi Tinah
Cahaya mentari pagi masuk melalui kisi-kisi jendela, Ria menggerjab sesaat. Mengeliatkan badan, lalu duduk di atas ranjang yang hanya muat untuk sendiri. Alhamdulillah tubuhnya sudah tidak begitu merasakan linu lagi. Hanya kepala terasa sedikit berat.  Memperhatikan sekeliling, Bi Laila masih lelap tertidur dengan baju tidurnya berlengan panjang dan celana panjang terbuat dari kain lembut serta berenda. Mak dan Bi Tinah tidak terlihat, mungkin sudah bangun. Hanya meninggalkan jejak selimut yang sudah berlipat di samping Bi Laila.Ria beranjak  berdiri menuju dua jendela kayu besar yang berada  beberapa langkah darinya. Udara segar begitu terasa ketika  jendela itu terdorong oleh Ria.“Hmm … sudah bangun, jam berapa ini?”“Pukul 08.00, Bi. Bi Laila dari kota mana ? Apa sudah berkeluarga atau belum seperti Bi Tinah?” serbu Ria dengan pertanyaan.“Ini anak, pagi-pagi kita di recoki ama pertanyaan bukan
Read more
Bi Tinah Menghilang
Terdenggar suara deru mobil berhenti di halaman rumah. Mereka berdua pun bergegas ke depan. Sebelumnya memakai jilbab sarung mereka. Sebuah mobil hitam L300 datang,  bak di belakangnya telah tersusun barang-barang. Ada lemari, kasur, kursi tamu lapuk, alat-alat dapur. Supir dan keneknya membantu menurunkan barang berat. Mereka akan menatanya nanti, kamar belakang yang biasanya kosong telah dibersihkan sehingga tinggal meletakkan serta menyusunnya.Ria yang tak melihat Mak dan Bi Tinah yang tadinya memakai sepeda motor tak kunjung menyusul tiba. Ria mencoba menelepon Mak.“Assalamualaikum, Mak. Mak di mana?” tanya Ria cepat ketika ponselnya diangkat.“Waalaikumsalam, Mak sama Bibimu mau berpamitan dengan tetangga, serta nanti sekalian ke pasar, ada yang mau dibeli. Di susun itu barang-barang. Uang mobil udah di bayar itu. Cobalah mandiri lagi udah mau kuliah lagi pun, sedikit-sedikit Mak,” sahut Mak panjang lebar.“Iya, y
Read more
Lelayu
Sesampainya mereka di rumah sakit, disambutlah dengan kesibukan tim dokter dan juru rawat yang luar biasa. Hasil CT-Scan menyatakan Mak mengalami memar otak, karena benturan keras di kepalanya. Ruang ICU lah akhirnya Mak di tempatkan.Ria mengamati wajah Mak yang kian pucat. Mengingatkan percakapan telepon yang mereka lakukan tadi. Apakah bertanda? Ah, segera Ria tepis. Menggelengkan kepala, menjauhkan pikiran andai itu adalah pesan terakhir. Ya Allah, Ria takut hal itu terjadi. Air matanya kembali tumpah.Bi Laila datang dengan tergesa-gesa, setelah menggunakan lapisan baju khusus masuk ruangan ini. Sebelum jam besuk habis. Karena ruangan ICU menetapkan jadwal untuk membesuk. Pelukkan hangat langsung diberikan Bi Laila pada Ria. Berusaha mentransfer kekuatan agar Ria tabah.Ria melonggarkan pelukkan, menarik hidung yang meler, seraya bertanya,"Bi, gimana adm-nya nanti ni, Bi?" Membayangkan Ia tak punya sesenpun tabungan."Sudah, jangan kau pikirk
Read more
Bi Tinah Muncul
Langit tampak berselimutkan mendung, ketika pemakaman Mak yang dilangsungkan esok harinya.Tetes demi tetes air hujan mulai turun seakan bersaing dengan mata Ria yang juga semakin lebat menjatuhkan air mata. Ah, rasanya ini seperti mimpi baginya, terhempas seakan tidak menerima kenyataan. Akhirnya Ria resmi yatim piatu. Bibinya--dari pihak Mak pun tak tahu rimbanya. Seperti tertelan bumi.Bi Laila, setia berada disisi Ria. Tetangga dan keluarga dari pihak bapak yang datang dari provinsi berangsur bubar sejak gerimis tadi.Tanah gundukan baru itu basah, menguarkan aroma tanah kuning. Ria ingin rasanya terus memeluk nisan kayu baru itu. Walau sebenarnya satu pelukan nyata lebih berarti dibanding seribu pelukan ke batu nisan yang hanya bisa dilakukannya saat ini. Bi Laila seakan dengan tenaga penuh mendirikan tubuh Ria yang bersimpuh. Berusaha untuk memapahnya untuk beranjak pulang ke rumah. Dingin merasuk, kuyup tak mereka pedulikan. Langkah Ria lemah, karena tak
Read more
Kuliah atau ....
Ria duduk di depan cermin, menyisir rambut lurus yang sebahu. Pantulan wajah itu  terlihat kuyu, mata bengkak, menampilkan pipi yang agak cekung, dengan bibir pucat. Ria memang tak ada menimbang badan, tetapi dapat diketahuinya pasti berat badan turun, dari banyaknya baju yang dipakai terasa longgar. Kilatan masa lalu, kebersamaan Mak selalu hadir kembali. Kenangan, harapan serta hal-hal indah membersamai hidup bersama Mak bermunculan."Kuliahmu nanti mau ambil apa, Nak?" tanya Mak waktu itu."Ria, tertarik mau jadi guru, Mak." Dengan mata berbinar Ria menjawabnya."Mantap tu, Ria cocok jadi guru. Itu kerjaan mulia, nanti Mak usahakan biayanya, Bibikmu pun akan membantu," terang Mak.Seminggu telah berlalu, selama itu tahlilan dilakukan oleh keluarga. Hari ini rumah kembali sepi karena para tetangga serta kerabat tidak ada lagi berkumpul.Ria harus terbiasa, hidup tanpa Mak. Begitu banyak perhatian dari kedua Bibinya di rumah ini. Nasihat,
Read more
DMCA.com Protection Status