Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia

Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia

Oleh:  Chyruszair  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
39 Peringkat
63Bab
10.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apakah ada di dunia ini seorang ayah yang tega mengeksekusi mati anaknya sendiri? Putri Ophelia berakhir dieksekusi mati oleh ayahnya–Yang Mulia Kerajaan Lotus, karena kabur dari kerajaan bersama seorang pengkhianat. Kehidupan kedua ia jalani dengan rasa dendam. Akan tetapi, pertemuan yang tidak masuk akal dengan pria berjubah perlahan membuat hatinya terbuka. Sayangnya ... suatu hal membuat ia kecewa, semakin memperparah rasa dendamnya dan berakhir dengan tragedi teratai putih kuno yang dihindari oleh Kerajaan Ilios. Akankah tragedi itu dapat ia hindari?

Lihat lebih banyak
Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Aldi pga
Numpang promo kak, mampir ke novel legenda Galuh Tapa, kali aja ada yang mau membaca tulisan sederhana ini, ditunggu ya kak
2022-06-04 07:32:19
1
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-30 16:42:23
2
user avatar
Amma Red
baru mulai baca. Judul, cover smpai openingnya nice banget dan bikin penasaran utk dibaca ...
2022-01-15 21:36:27
1
user avatar
Anna Kuhas
ini dark fantasi yg keren... semangat selalu kak chy...
2022-01-09 17:52:37
1
user avatar
Asya Ns
Impressif kak... Fighting.. keren thor -Salam dari author Anila
2021-11-29 19:12:40
1
user avatar
riwidy
unik banget, lanjutin deh Thor... aq suka
2021-11-26 01:49:47
1
user avatar
elshuang
menegangkan ceritanya, tapi kereeen
2021-11-01 16:41:58
2
user avatar
Diganti Mawaddah
Menarik, Kak, saya suka
2021-10-31 23:01:46
2
user avatar
Hayu Ayaka
ayahnya kejam banget
2021-10-31 21:42:33
2
user avatar
Selfi Aprillia
bacanya butuh otak
2021-10-23 12:56:54
2
user avatar
Faver
Menarik kak. Lanjutkan.
2021-10-06 12:45:57
3
user avatar
Joya Janis
What a great story .........
2021-10-05 23:10:00
3
user avatar
Jasmine
Fantasi ni...keren...lanjut kk..
2021-10-05 17:45:27
3
user avatar
Suci AD
Ceritanya seru dan menegangkan. Semangat terus author.
2021-10-03 12:45:07
4
user avatar
Asya Ns
ayo buruan up lagi thor... nagih bgtt..
2021-10-03 12:25:10
3
  • 1
  • 2
  • 3
63 Bab
[001] Pelarian
"Tuan Putri!" Teriakan itu membuatku menoleh ke belakang, tapi derap langkah kakiku tidak kian melambat. Aku terus berlari menyusuri rimbunnya hutan belukar. "Berhenti!" "Jangan menoleh!" teriak seorang lain yang berada di depanku, pria yang berlari sembari menggenggam tanganku dengan erat. "Teruslah berlari!" perintahnya dengan wajah serius dan penuh tekad. Sesuai dengan apa yang dia inginkan, aku terus berlari tanpa henti melalui hutan yang pohon-pohonnya menjulang tinggi. Entah berapa lama telah berlalu sejak aku berlari bersama pria ini, ksatria asing yang tak kuingat namanya. Aku mungkin tidak mampu mengingat namanya, tapi aku ingat bahwa dia rela melakukan pengkhianatan besar terhadap sang raja hanya karena dirinya jatuh hati padaku. Terdengar klise dan konyol? Tentu saja. Namun, aku mengerti akan perasaannya yang bahkan rela memberikan seluruh hidupnya demi cintanya kepadaku. "Kau akan membawaku ke mana?" tanyaku di sela-sela na
Baca selengkapnya
[002] Hari Pertama
Aku membuka mata begitu mendengar suara kicauan burung yang membawaku keluar dari mimpi buruk. Cahaya matahari benar-benar menyambutku secara langsung. Aku bangkit dari tidur dengan tubuh terasa remuk. "Apa barusan aku bermimpi?" Kutatap langit biru yang indah tanpa adanya awan. "Jangan-jangan aku berhasil melarikan diri dari "penjara itu"?" Tak kusangka kami berhasil. Pelarian yang sungguh menegangkan. Aku bangkit dari tidur, membersihkan pakaianku yang kotor karena tanah, lalu menatap tanah becek–membuatku keheranan. Kemudian, aku menyadari bahwa aku telah berada di suatu tempat berupa gang yang terhimpit oleh dua bangunan tinggi. "Ini ... di mana?" tanyaku pada diri sendiri. "Bukankah ... sebelumnya aku berada di dalam hutan?" Hutan belukar di mana terdapat pohon-pohon menjulang, kini berubah menjadi gedung tinggi yang hampir berhimpit. "Mungkinkah aku dibawa oleh pria itu?" gumamku. Tubuhku hendak beranjak dari duduk, tetapi kepala
Baca selengkapnya
[003] Pengembara dan Bandit
"Apa kau tahu ke arah mana aku bisa ke Kerajaan Lotus?" tanya pria berjubah kepada–yang sepertinya–pemilik toko. Seperti tersengat listrik, tubuhku merinding. Dari balik dinding toko yang telah tutup, di seberang toko yang dipenuhi orang-orang berbadan kekar–berwajah sangar, aku mendengar suara pria berjubah itu dengan jelas dan suara orang-orang yang berada di dalam toko ini sedang menertawakannya. "Untuk apa kau ke tempat itu?" tanya sang pemilik toko. "Itu–" "Oh." Belum sempat ia menjawab, pemilik toko itu justru menyelanya. "Bukankah Kerajaan Lotus hanya bualan orang kota?" Tak lama setelah ia berbicara dengan nada remehnya, semua orang yang berada di dalam toko itu pun tertawa. Mereka tertawa puas sambil menunjuk wajah pria yang baru saja mendatangi tempat tersebut, sedangkan aku yang mendengar tawa mereka menahan emosi karena ketidaksopanan mereka terhadap pengembara. Ah, mengapa aku tersulut emosi? "Cerita itu berasal da
Baca selengkapnya
[004] Suasana Menegangkan
Tubuhnya lebih kecil dari bandit-bandit itu. Berdiri di tengah-tengah para bandit membuat dirinya menghilang. "Tidak ada gunanya bertarung dengan pria berbadan kekar tapi otak kosong, lebih baik aku bertarung melawan babi hutan." Dia berkata dengan begitu santai kepada orang-orang di sekitarnya yang sudah tersulut emosi. Begitu santainya sampai aku dapat melihat sorot mata dari iris birunya begitu sangat indah. "BERANI SEKALI KAU!?" Namun, seorang pria berbadan kekar membentaknya. Dia telah mengeluarkan kepulan asap dari lubang hidungnya. Sungguh pria misterius itu memiliki nyali yang luar biasa. Saat ini, suasana semakin panas ketika para bandit beranjak dari tempat duduknya. "Bukankah itu benar?" Namun, pria berjubah tersebut tetap berbicara dengan santai. Mengabaikan tatapan penuh perlawanan kepadanya dan parahnya, seakan mengajak mereka semua untuk bertarung melawannya. Aku menyaksikan semua ini dari kejauhan, juga melihat
Baca selengkapnya
[005] Harapan Hidup Damai Hanyalah Asa
Oh tidak, seseorang akan menemukanku. Semua orang yang berada di dalam toko itu pun menoleh ke sumber suara. Sudah jelas, sumber suara itu ialah aku yang menjerit setelah mendengar suara dobrakan meja yang cukup mengerikan. "Suara apa itu?" Pemabuk itu merupakan orang pertama yang bertanya setelah keheningan mereka. Spontan, tanganku bergerak untuk menutup mulut dengan rapat, sambil berpikir, 'Tidak!' 'Kenapa aku harus berteriak di saat seperti ini!?' Ingin rasanya aku menghilang dari tempat ini, juga ingin rasanya aku menggunakan kekuatan purnama merah untuk berpindah tempat. Namun sayangnya, kekuatanku tak kunjung muncul semenjak kejadian aku melarikan diri bersama pengkhianat itu. "Sedang apa kau di sini?!" Tubuhku membatu begitu mendengar suara seseorang dari belakang. Ia berdiri dan tubuhnya menutupi cahaya matahari yang berada di belakangku. Apa itu artinya aku ketahuan? Perlahan dengan tubuh gemetar dan jantung berdetak
Baca selengkapnya
[006] Kenyataan
"Untuk apa kau mengintip toko kami?"Pertanyaan tersebut berhasil membekukan tulang belulangku. Sambil menatap pemilik toko yang menunjukkan sorot mata tajam, mulutku mencoba untuk menjawab."Bukankah kau merasa tertarik pada orang baru seperti dia?"Namun, mulut ini tak kunjung bergerak dengan tenang seperti membiarkan omongan keji dari pria tua tak beradab itu. Gemetar karena ketakutan, aku berusaha untuk menggelengkan kepala, tetapi rasa sakit di kepala malah semakin parah. "Aku tidak tahu–bahkan tahun saja–""Tahun 451 kalender Kerajaan Ilios."Aku bungkam setelah mendengar jawaban dari pria berjubah–juga sedang mengalami nasib yang sama denganku. Tetapi, tatapannya terlihat tidak mempercayai apa yang sedang ia dengar.Ah, apa-apaan dengan tatapan yang mengejutkan itu?"Kerajaan Ilios ...." Tanpa sadar mulutku bergerak sebelum kesadaranku kembali begitu mendengar para bandit menepuk tangan mereka. Ya, mereka bert
Baca selengkapnya
[007] Mereka dan Mereka
"Wanita jalang! Tidak berguna! Apa gunanya hidup sebatang kara!? Pembunuh orang tuanya sendiri dengan kekuatannya hanya demi memuaskan diri!" Mulutku melongo setelah mendengar hardikannya yang tidak ada titik-koma. Mendengar sumpah serapahnya yang sudah tentu tertuju padaku. 'Aku ... membunuh orang tuaku?' Tidak habis pikir dengan kejutan akan kenyataan-kenyataan. Dalam sekejap, otakku bekerja memberikan bayangan akan senyum Yang Mulia yang hangat–bukan tertuju padaku, melainkan kepada putra mahkotanya. Masa lalu kelam yang tidak patut untuk terus diingat, aku beralih pada dunia yang saat ini sedang kutempati. Lalu, menundukkan pandangan dengan tangan bergerak untuk menutupi telinga. 'Aku tidak membunuhnya, tapi dia membunuhku!' Ingin rasanya aku melontarkan kalimat pembelaan itu, tapi mulutku tak bisa. Gemetar hebat akan kejadian di masa lalu tidak bisa kuhilangkan dalam sekejap. "Dia yang jahat ...." Pada akhirnya, hanya kata tersebut yang d
Baca selengkapnya
[008] Pria Berjubah dalam Bahaya
"Dia pembunuh!" Bentakan dari suara wanita kekar itu masih saja menggelegar. Mengumpat diriku yang bernasib malang. "Sudah sepantasnya dia mati di atas panggung eksekusi!" Deg. Jantungku seakan berhenti berdetak setiap kali mendengar kata 'eksekusi' yang selalu tertuju padaku. Mataku membulat untuk menatap wanita kekar. Di sekitarku seakan berputar, telunjuk yang hampir sama dengan ibu jarinya menunjuk-nunjuk ke arah wajahku. Dia menatap sinis, sedang aku hendak mengeluarkan suara seperti pada saat eksekusi. 'Apa ini akhirnya?' pikirku. Tapi, rasanya sangat aneh jika aku baru saja hidup di dunia ini, lalu beberapa jam kemudian dieksekusi dan mati. Dalam sekejap, tubuhku gemetar, suaraku tak kunjung keluar untuk memberikan pembelaan. Seperti pada saat ekskusi–kematian pertamaku–yang hanya bisa mempasrahkan diri menerima kematian yang sudah ditentukan oleh Yang Mulia. "Tunggu!" Suara seseorang seakan memberi harapanku untuk tetap
Baca selengkapnya
[009] Tanpa Tujuan
Langkah kakinya kian cepat, cengkraman tangannya semakin menyakitkan."Um ... Tuan."Aku mencoba memanggil namanya, tapi kerikil kecil membuatku tersandung dilangkah yang cepat. Aku tersandung dan cengkramannya semakin erat.Tidak ada jawaban dari pria berjubah itu.Hingga, membuatku meringis kesakitan ketika semua tubuh terasa ingin remuk sambil berkata dengan nada yang sedikit tinggi dari sebelumnya."Tuan, Anda membuat tangan saya sakit," ucapku.Tangan kananku begitu sakit dan pergelangan tanganku sukses memerah. Jika terus-terusan seperti ini, bisa saja tangan ini menjadi lumpuh."Oh, maafkan aku."Kali ini, panggilanku didengar olehnya. Dia menghentikan langkah kakinya, begitu juga denganku–menghentikan langkah kaki tepat di depannya. Aku menatap punggungnya yang lebar, lalu tiba-tiba pria itu membalikkan tubuhnya yang membuatku terperanjat kaget.Tangan yang dicengkramnya kini ia lepas. Tampak terkejut, dia
Baca selengkapnya
[010] Pergi atau Tetap
Aku mengeluarkan kata jujur pada kenyataan pahit, lalu membuat hatiku semakin pedih."Tak ada tempat pulang yang pantas untukku," jawabku, disertai dengan senyum kecut. Semampuku untuk mengernyit dan menahan air mata yang akan keluar dari kelopak mata.Aku tahu siapapun yang mendengar jawaban tersebut akan terdiam, tidak berkutik.Ilkay menunjukkan eskpresi tidak percaya dan berkata, "Lalu ...." Dengan sangat hati-hati dia melanjutkan ucapannya. "Sekarang, kau akan ke mana?"Dia terlihat canggung, tapi mencoba untuk menepis nasib malang yang baru saja aku katakan. Aku menggeleng hebat untuk membalas pertanyaannya."Aku tidak tahu," balasku. "Hanya bertahan hiduplah tujuanku saat ini."Kutatap matanya yang indah, berwarna biru langit dan menenangkan. Seakan-akan warna teduh itu seharusnya berwarna hijau permata.'Aku tidak tahu ke mana aku akan pergi,' pikirku. Semakin merasa sendu dan menyakitkan. 'Untuk membalas dendam kepada Kerajaa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status