Live With 4 Stepbrothers

Live With 4 Stepbrothers

Oleh:  Fantazia  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
32 Peringkat
64Bab
6.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Berawal dari sebuah ciuman tak sengaja yang terjadi di antara Hulya dan Edgar. Ciuman itu adalah sebuah ciuman pertama bagi Hulya. Tentu ia tidak terima jika ciuman pertamanya direnggut begitu saja. Dia pun akhirnya menyimpan dendam kepada Edgar. Suatu ketika, sang Mama memperkenalkan sosok laki-laki yang akan menjadi Ayah sambung Hulya. Dan, tahukah kalian? Ternyata laki-laki itu memiliki empat orang anak laki-kaki! Salah satu di antaranya adalah Edgar. Ya, mereka sekarang menjadi saudara sambung. Hari demi hari mereka lalui dengan penuh pertengkaran dan perdebatan. Hingga suatu ketika, sang Papa memutuskan mengirim mereka untuk liburan bersama di kapal pesiar. Bencana besar terjadi, kapal yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Mereka diharuskan untuk bertahan hidup di sebuah pulau terpencil yang jauh dari pusat kota. Bagaimana kisah mereka di pulau itu? Apakah mereka selamat? Akankah cinta tumbuh di antara Hulya dan Edgar?

Lihat lebih banyak
Live With 4 Stepbrothers Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Nathan Ryuu
aseekk! Harem! Harem! Harem! ............
2023-06-14 21:54:25
1
user avatar
Sepenuhnya.Manusia
Semangat kak nulisnya! Semoga banyak yg baca, Amin...
2022-03-18 20:44:40
1
user avatar
Naily L
ceritanya keren banget :) semangat kaka
2022-01-16 07:44:48
2
user avatar
Snurhayati
Ceritanya seru banget Tapi update nya ga terjadwal dan lamaa......... Udah bikin candu eh malah di gantung
2022-01-01 22:26:01
1
user avatar
athena_vivian
pikiranku udh jalan2, Thor tapi trnyata eng ing eng...hehehe, tak seperti yang kubayangkan...
2021-10-26 20:33:43
1
user avatar
Suci AD
Ceritanya seru banget. Semangat terus author.
2021-10-24 17:08:22
0
user avatar
Roesaline
Ceritanya keren banget Kak semangat Up ya semoga sukses
2021-10-18 00:11:22
0
user avatar
Rhill
Baguss bgtt tentang persaudaraan Wajib masuk list nih
2021-10-09 15:50:51
0
user avatar
Pena Air
Nagih banget ceritanya
2021-10-09 15:28:38
0
user avatar
RAZILEE
bagusss nexttt
2021-10-09 13:07:48
0
user avatar
Ezzel kalila
punya kakak kayaknya seru, tapi diriku anak pertama :)
2021-10-09 12:57:24
0
user avatar
Tanty Longa
Sangat sangat suka
2021-10-09 12:23:13
0
user avatar
Natachan
wih kak ziah.. mantul nih ceritanya... lanjutiiinn ampe bikin rasa penasaran kita terbayarkan hehehhe
2021-10-09 00:40:21
0
user avatar
Dania Skylark
Edgar kalau ngomong pedas yaa, pasti yang paling peduli sama Hulya nanti diaa hihi
2021-10-08 23:57:06
0
user avatar
Snurhayati
Ahhh baru tau Neneng Fauziah bisa nulis, dan ceritanya bagus banget bikin nagih banget Semangat terus neng bikin karya nya Mau jadi temen ngelunjak lah minta update banyak...️
2021-10-03 21:20:03
1
  • 1
  • 2
  • 3
64 Bab
Bab 1 - First Kiss?
“Hulya, awas!” teriak Dina. Sontak aku menoleh ke belakang, dan kulihat ada orang yang sedang membawa panci besar berisi kuah panas berjalan tepat di belakangku. Orang itu hampir kehilangan keseimbangannya dan oleng ke arahku. Namun, dengan cepat aku menyurut mundur, dan berbalik badan membelakangi orang itu. Aku tak menyadari ada orang yang berdiri di belakangku. Kutak dapat menahan gerak tubuhku karena jarak di antara kami terlalu dekat. Hingga akhirnya aku menubruk tubuhnya dan jatuh menindihnya. BRUKKK! Chuuu~~ Kurasakan benda yang lembut dan basah menempel di bibirku. Tunggu dulu, benda apa ini yang menempel di bibirku?! Kubuka mataku yang sedari tadi terpejam, dan seketika aku terkejut ketika melihat sepasang mata tepat berada di bawah mataku. Dan yang lebih membuatku syok adalah, bibir kami yang saling menempel satu sama lain! “Kyaaa! First kiss gue!” teriakku. Dengan cepat aku bangun dan menjauhkan diriku dari
Baca selengkapnya
Bab 2 - Bad boy?
Aku menatap Mama tak percaya kala mendengar perkataan Om Harun. Sementara Mama hanya tersenyum sambil matanya terus memandangi Om Harun. “Pa! Kenapa Papa ngerencanain ini tanpa diskusi dulu sama Zayn, Daffa, Carel dan Edgar!” teriak pria yang paling tua. Hal itu membuat aku dan Mama terkesiap karena mendengar suara keras pria yang berwajah mirip seperti CEO di novel yang selalu kubayangkan. “Zayn! Pelankan suaramu! Percuma Papa diskusi dulu sama kalian, kalian pasti akan menentang itu. Sudah, nanti saja kita bicarakan ini,” sahut om Harun marah. Pria bernama Zayn itu mendengus kesal dan menaiki tangga ke lantai atas dan meninggalkan kami. Sedangkan kami hanya terdiam tak berani berkata apa-apa. “Silahkan di makan dulu! Jangan hiraukan Zayn, dia memang seperti itu." Om Harun mempersilahkan kami makan. Namun keadaan sudah menjadi canggung. Sehingga membuat kami hanya terdiam. Terlebih, aku benar benar syok ketika mendengar pernyataan om
Baca selengkapnya
Bab 3 - Pria dengan hoodie
Kulayangkan tamparan tepat di pipi putihnya. Bekas merah tercetak di sana, ia meringis sambil mengusap pipinya sendiri. “Dasar cewek sialan! Berani beraninya lo nampar gue, hah!” teriaknya. Edgar sudah mengangkat tangannya hendak membalas tamparanku. Sementara aku sudah siap menghindar. Namun tiba tiba seseorang keluar dari kamar yang tepat berada di samping kamar Edgar. Ia berteriak ketika melihat posisi tangan Edgar yang melayang di udara. “Edgar! Mau ngapain lo!” Ternyata itu Daffa. Ia berjalan dengan cepat dan menghalau tangan Edgar. “Heh, lo mau jadi pecundang dengan mukul cewek?” tanya Daffa. Edgar menepis tangan Daffa yang sedari tadi memeganginya. Dan tanpa berkata apa-apa, dia memasuki kamarnya dan membanting pintu. Daffa menoleh ke arahku yang tengah ketar-ketir melihat Edgar hendak memukulku. Lalu ia tersenyum kepadaku hingga membuat lesung pipinya mengintip keluar. Wajahnya mirip sekali dengan Papanya. “Maafin Edgar
Baca selengkapnya
Bab 4 - Dia main ke kosan cewek?
“Eh, sorry Mba!” ucapnya santai. Entah sengaja atau tidak, orang ini benar-benar sangat tidak sopan! Ah, andai aku sedang tidak bekerja sekarang. Pasti sudah kumaki-maki orang ini! Kuambil kopi itu dan mencoba untuk tersenyum ramah, namun seketika kutarik kembali senyumku kala melihat pria yang berdiri dihadapanku kini. Dia adalah Edgar Mahendra, si pria mesum dengan mulut kotor! “Heh, cowok mesum! Bisa nggak sih lo sopan dikit sama orang?!” teriakku hingga membuat Hendra yang sedang menghitung stok menghampiri kami. “Siapa sih manajer di sini? Punya karyawan kok nggak sopan banget? Mau gue laporin ke manajer lo, terus lo dipecat?” “Gue nggak takut, tuh! Karena lo yang salah bukan gue!” sahutku berani. “Ada apa sih, Hul?” tanya Hendra. “Ini Mas, ada orang nggak sopan lempar-lempar barang ke aku,” sahutku sambil menunjuk-nunjuk Edgar. “Mas, tolong bilangin ya sama teman lo yang satu ini. Sopan sedikit sama pembe
Baca selengkapnya
Bab 5 - Persetujuan
“Mama! Ngapain Mama kesini?” “Mama nggak bisa tidur mikirin kamu ...” sahut Mama yang hanya mengenakan gaun tidurnya yang terbalut cardigan warna hitam.  Aku langsung membawa Mama masuk dan duduk di ruang tengah. Kuambilkan segelas air hangat untuk Mama. Sementara aku sengaja tidak membangunkan Dina karena takut mengganggu tidurnya. “Ya ampun, Ma! Mama naik apa ke sini?” tanyaku khawatir. “Tadi Mama naik ojek online. Mama kepikiran kamu terus jadi Mama nyusulin kamu aja ke sini.” “Ma, maafin Hulya ya. Karena udah bikin Mama khawatir.” Aku langsung menghambur ke dalam pelukannya. Mama balas memelukku. “Kamu nggak biasanya seperti ini. Kalo ada apa apa biasanya kamu bilang sama Mama, hiks ...” Mama mulai terisak, mendengar itu sungguh melukai hatiku. “Mama jangan nangis, Hulya nggak kenapa-napa kok, Ma!” “Besok, kita ke makam Papa ya nak ya? Hiks ...” Aku hanya bisa mengangguk menjawab ajaka
Baca selengkapnya
Bab 6 - Pernikahan
Om Harun langsung menghentikan tangannya ketika melihatku menghalangi tubuh Carel. “Hulya, ngapain kamu di sini?” tanya Om Harun dengan raut wajah terkejut. “Lo nggak usah ikut campur urusan keluarga ini, deh!” bisik Carel yang berada tepat di belakangku, namun tak kuhiraukan perkataannya. “Nggak, Om, please! Jangan pukul Kak Carel lagi. Dia tadi nggak salah, dia yang belain Hulya dari Edgar, Om!” seruku, dengan jantung berdegup. Antara takut dan kasihan melihat Carel. Berharap hal itu dapat membuat Om Harun sedikit tenang. Om Harun menatap datar ke arahku. Kemudian berkata, “Sebaiknya kamu cepat ke dalam dan temani Mamamu, Hulya.” Baru saja aku ingin menjawab perkataan Om Harun, Carel sudah mendorongku pelan hingga posisi tubuhku sedikit bergeser. Kemudian, ia berjalan perlahan ke arah Papanya itu. “Carel nggak akan pernah lupain kejadian itu, Pa. Bagi Carel, Edgar tetap penyebab Mama meninggal.” Carel mengucapkan itu dengan
Baca selengkapnya
Bab 7 - Teddy bear
“K-kak Daffa ...” Dapat kurasakan semua mata kini tertuju padaku. Sudah terlanjur malu, aku hanya bisa menyembunyikan wajahku di ketiak Daffa. Daffa membawaku ke ruangan yang digunakan untuk Mama dan Papa mengganti kostum . Ia mendudukkanku pada salah satu sofa. Kuperhatikan sekeliling, hanya ada kami di sini. “Lo gapapa, kan?” tanyanya yang duduk di sebelahku. Aku merapikan rambutku yang berantakan, “Sakit sih enggak, cuma malunya itu yang nggak bisa ditahan.” “Anak itu kalo udah iseng sama orang emang keterlaluan!” sahut Daffa dengan wajahnya yang serius. Aku balik menatapnya. “Kak, kayanya Edgar nggak suka banget ya sama Gue?” tanyaku mulai frustasi dengan tingkah Edgar. “Enggak, Hulya. Edgar kalo nggak suka sama orang pasti lebih milih cuek dan nggak akan bertingkah seperti itu," jelas Daffa. “Jadi, Edgar suka sama gue?” Kutatap wajah Daffa serius. Ia terkekeh ketika mendengar pertanyaanku. “Ya, belom tentu juga, si
Baca selengkapnya
Bab 8 - Hilang kesadaran
Aku tercengang mendengar ajakan Daffa. Kenapa tiba-tiba ia mengajakku jalan? Apa ia memiliki maksud lain? Ah, aku tidak akan pernah tahu jika tak menanyakannya langsung! “Eh, jalan? Kemana kak?” Aku mengernyitkan kening menatapnya. Ia yang kini berdiri dihadapanku, balas menatapku serius. “Ke cafe sekitaran sini aja. Gue mau bawa lo keliling, biar hapal daerah sini,” ajaknya. Aku mendesah lega mendengar jawaban darinya. Ternyata itu tujuannya, ah, Daffa memang pria yang baik. Beruntunglah yang akan menjadi pendamping hidupnya nanti. Sebenarnya aku ingin sekali menerima ajakan Daffa. Tapi aku ingat, nanti siang aku harus bekerja. Karena tidak mungkin aku harus ijin dari pekerjaanku hanya untuk pergi bersama Daffa. Bisa-bisa kepala tokoku marah-marah selama tujuh hari tujuh malam. “Aduh, kak. Maaf, gue nanti siang kerja,” tolakku secara halus agar tak menyinggung perasaannya. Ia mengangkat sebelah alisnya, “Kerja? Lo kerja di mana?”
Baca selengkapnya
Bab 9 - Serangan Panik
Aku mengerjapkan mata, nuansa putih menyambut indera penglihatanku dan aroma obat yang menusuk hidung membuatku sedikit mual. Kulihat sekelilingku, terdapat beberapa tempat tidur kosong tepat di samping kiri dan kananku. Tiba-tiba pandanganku terhenti, ketika kudapati sosok yang kubenci selama ini, ia duduk tepat disebelah tempat aku berbaring. “G-gue di mana?" gumamku. Aku melihat jarum infus lengkap dengan selangnya terpasang di punggung tanganku. “Lo nggak apa-apa, kan?” tanya si mesum ini sambil menatapku khawatir, ia bangkit dari kursinya untuk membantuku duduk bersandar. “Apanya yang nggak kenapa-napa! Pala gue sakit banget, nih!” keluhku. Kusentuh keningku yang tadi memar, sebuah perban sudah menempel di sana. Dan memar itu masih terasa berdenyut nyeri. Rasanya ngilu. “Ya, mana gue tau kalo lo punya anemia parah. Terus kata dokter, lo juga kena serangan panik ringan!” sahut Edgar sambil kembali duduk di kursinya.
Baca selengkapnya
Bab 10 - Posterku dirobek?
Hal itu membuatku terdiam seketika. Lalu, mereka kembali melanjutkan perkelahian mereka tanpa mempedulikan perkataanku. Carel kembali meninju wajah Edgar yang kebetulan sedang dipegangi oleh Daffa, hal itu dijadikan kesempatan oleh Carel untuk membalasnya. Sudut bibir Edgar mengeluarkan darah, tepat setelah bogem mentah dari Carel mendarat. Aku syok melihatnya, tiba-tiba, kepalaku kembali pusing, dan perutku terasa mual. Aku hampir oleng, namun dengan cepat aku memegang dinding yang ada di belakangku dan bersandar di sana. Apa benar ini namanya serangan panik? “Carel, stop, Carel!” bentak Daffa pada adiknya itu. Namun sepertinya perintah Daffa sia-sia karena Carel terus memukuli Edgar. Tak lama, Zayn yang baru pulang dari bekerja langsung berlari menghampiri mereka begitu melihat adik-adiknya sedang baku hantam. Ia memegangi tubuh Carel agar berhenti memukuli Edgar. “Carel, berenti, Rel!” teriak Zayn yang tak dipedulikan olehn
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status