Customer Service

Customer Service

Oleh:  Gafiqih  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
7.7
4 Peringkat
23Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kisah bercerita tentang wanita bernama Stella yang bekerja sebagai customer service, dan tiba-tiba mendapatkan telepon misterius dari seseorang yang sudah meninggal. Semenjak saat itu hidupnya pun berubah, ia jadi mempunyai kemampuan untuk melihat dan berinteraksi langsung dengan makhluk halus yang membuatnya sangat tidak nyaman. Mampu kah Stella bertahan dan mengembalikan kehidupannya seperti semula, atau malah semakin berantakan?

Lihat lebih banyak
Customer Service Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Juliana Mutiara Rahma
kok ga update2 kak?
2021-07-05 22:45:53
1
user avatar
Agatsuma Zenitsu
Up nya hari apa nih kalo boleh tau?
2021-06-09 20:36:16
1
user avatar
Juliana Mutiara Rahma
semangat kak
2021-06-08 03:53:36
1
user avatar
James Tine
I hate being ripped off which this site does all the time. 44 credit to read half a chapter. I have spent 50$ here that should cover a book but it does not come close.
2023-04-06 23:23:04
0
23 Bab
Telepon misterius
Tertegun menatap layar komputer, wanita cantik berambut coklat sebahu memakai headset sambil menunggu telepon masuk. Ia terus mengetuk jemarinya sambil melirik ke pojok kanan bawah monitor, berharap waktu cepat berlalu dan ia bisa pulang ke rumah. Rasa bosan tak terbendung lagi oleh wanita itu, dan ia pun beberapa kali menguap di susul dengan tangan yang mengucek kedua matanya. Jam sudah menunjukkan pukul 20:55 dan lima menit lagi shiftnya akan berakhir, akan tetapi lima menit terasa lama sekali jika terus dipandangi. Tidak banyak orang  tersisa di ruangan itu, hanya tinggal 10 orang termasuk wanita itu. Ada 8 orang pria yang memang jadwalnya selalu malam, dan 2 orang wanita yang tinggal menunggu shift kerjanya berakhir. “Aku benci jika harus pulang selarut ini,” gumam wanita berambut coklat itu dalam hati. Wajah wanita berambut coklat itu cantik, dengan mata besar berwarna biru gelap dan bulu mata lentik asli ciptaan Tuhan.
Baca selengkapnya
Teror wanita tua
Stella membuka matanya setelah mencium bau minyak angin yang sangat menyengat, dan ia langsung tahu kalau ini ruang UKS di tempat kerjanya. Masih di temani Ellie dan ada satu office girl yang sedang memegangi botol minyak angin yang tidak ia suka baunya. “Silakan di minum teh hangatnya, Bu Stella!” ucap office girl berbadan gemuk. “Terima kasih, mbak Ria... tapi tolong jangan panggil saya Ibu, usia mbak kan lebih tua dari saya 3 tahun, jadi panggil saya Stella saja.” Mbak Ria menganggukkan kepalanya dan tersenyum, Stella pun menanggapi teh hangat pemberian mbak Ria dan langsung meminumnya. “Kalau boleh tahu, kenapa kak Stella pingsan di lorong?” tanya mbak Ria. “Sekarang malah di panggil kakak,” keluh Stella. Ellie menggelengkan kepalnya sambil berkata, “Masalah panggilan saja di bikin ribet!”
Baca selengkapnya
Hellen Watson
Nyonya Hellen Watson adalah wanita tua yang tinggal sendiri di rumah yang cukup besar di pinggir kota, dia mempunyai dua anak dan mereka semua sudah berkeluarga. Semenjak kematian suaminya, Gerry Watson, nyonya Hellen gila-gilaan menghabiskan banyak uang untuk membeli hal-hal yang tidak penting di Happyshop. Hellen Watson juga sering menghubungi customer service, bukan untuk mengeluh barang yang di belinya, melainkan ingin sekedar mengobrol dengan customer service karena ia merasa kesepian. Modus awalnya pasti selalu meminta rekomendasi barang bagus di Happyshop, kemudian setelah customer service memberi beberapa pilhan barang terlaris, ia mulai menanyakan beberapa pertanyaan sampai akhirnya komunikasi mereka pun berjalan lama.Sedangkan Stella, belum pernah menjawab panggilan dari nyonya Hellen, tapi ia pernah mendengar bahwa ada wanita tua kesepian yang sering mencurahkan isi hatinya ke customer service. Stella tak begitu menanggapi
Baca selengkapnya
Bunuh diri atau dibunuh?
“Hei penakut, bangun!”Stella merasa ada yang menampar-nampar pipinya dengan pelan, tapi berulang-ulang kali. Ia pun memaksakan diri membuka matanya dan cahaya matahari dari jendela menyorot tepat ke wajah Stella sampai ia tak sanggup membuka matanya. Saat Stella berhasil membuka matanya Ellie pun langsung bertanya “kamu kalau tidur segaduh itu, Stell?” “Gaduh?” tanya Stella bingung dan mengubah posisinya menjadi duduk di kasur. “Iya gaduh, teriak-teriak sendiri saat tidur!” tegas Ellie. Stella mengangkat kedua pundaknya, dan ia tak membalas perkataan Ellie, lalu ia pun teringat dengan kepala Ellie yang copot dan menggelinding tadi malam. Stella menghela nafas dan kemudian bersandar di kasurnya. “Syukurlah ternyata itu hanya mimpi...” ucap Stella lirih. “Apa? Kamu bilang apa barusan?&rdq
Baca selengkapnya
Keluarga Watson
Ellie sudah kembali ke kamar apartemennya, dan sekarang hanya tinggal Stella seorang diri. Ia melanjutkan membaca buku romance yang belum selesai ia baca, dengan di temani sebotol bir ia membaca buku di sofa ruang tamunya. Terbesit olehnya bayangan nyonya Hellen yang berdiri tegak di bawah lukisan kantornya. Stella pun menggelengkan kepalanya dan melanjutkan membaca buku, Stella melihat ke arah jam dan tak terasa sudah pukul 12:02 siang. Ia pun memutuskan untuk makan siang di luar. Hari ini ia libur, karena setelah shift siang keesokan harinya pasti ia mendapatkan jatah libur. Untuk hari liburnya tak mesti weekend, bisa juga weekday seperti ini. Karena ia bekerja di layanan yang beroperasi 24 jam, jadi hari liburnya tidak menentu. Stella berjalan melewati lorong yang sepi di antara kamar-kamar yang tertutup rapat. Stella sedang berjalan menuju lift, padahal ini siang hari, tapi suasananya mencekam seperti ini. Sepi meman
Baca selengkapnya
Keluarga Watson II
Kini Stella dan Ellie sudah berada satu meja dengan keluarga Watson, dan salah satu anak nyonya Hellen bertanya dan belum mampu di jawab oleh Ellie. Ia masih memutar otaknya, untuk mendapatkan jawaban yang pas untuk pertanyaan pria itu. “Sebelumnya perkenalkan dulu nama kalian, agar kita lebih akrab lagi,” cetus Stella. “Stell, itu tidak sopan...” bisik Ellie. “Astaga kami sampai lupa memperkenalkan diri,” jawab wanita berambut hitam sambil tersenyum, “namaku Anne Lucyanne Watson, aku adalah menantu nyonya Hellen.” “Tak perlu memperkenalkan nama lengkapmu, Ann!” ujar pria yang ada di sampingnya. “Tidak masalah, aku yakin mereka ini orang baik,” bantah Anne. Sosok nyonya Hellen yang tadi sempat menghilang, kini tiba-tiba ia muncul kembali. Ia hanya menatap ke arah meja mereka dengan lidah
Baca selengkapnya
Tulip, no 77
Stella membuka matanya dan ia melihat ke langit-langit kamarnya, kemudian pandangannya mengarah ke jendela kamarnya. Awan sore yang cerah memberi warna biru yang indah dengan awan Altocumulus yang jadi pemanis pada sore itu, saat menuju senja. “Kemana perginya Eliie?” tanya Stella dalam hati, saat mengetahui Ellie tak ada. Mungkin ia kembali ke kamarnya selagi aku tidur tadi, pikir Stella. Ia pun bangun dari tempat tidurnya dan menuju sofa, dan Stella pun tersenyum saat melihat Ellie tertidur pulas di sofa. “Hei, wanita idaman pria, bangun!” ujar Stella. Ellie pun langsung membuka matanya dan ia berkata, “Kamu sudah sadar?” Stella pun bingung dengan kata-kata “sudah sadar,” ia mengelak dan mengatakan kalau ia barusan itu tertidur. Ellie pun menghela nafasnya dan mengalah. “Saat kamu pingsan tadi, aku mencari tahu alamat nyonya Hellen,” ucap
Baca selengkapnya
Psikopat bersaudara
Pemandangan setelah pintu terbuka adalah, kamar yang berantakan dan beraroma tak sedap, tapi Ellie sangat menikmatinya dan ia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Stella yang mempunyai firasat tak enak, akhirnya mau tak mau mengikuti Ellie masuk ke dalam. Ellie langsung berlari ke arah jendela nyonya Hellen, dan ia mengambil gambar goresan yang berada di sisi-sisi jendela nyonya Hellen dengan kamera ponselnya. Sedangkan Stella masih tak percaya kalau ia sampai sejauh ini, ia melihat sekeliling dan ia tak menemukan cermin di dalam kamar nyonya Hellen. “Ell, aku merasa ada yang aneh dengan rumah ini…” bisik Stella. Ellie yang sudah selesai mengambil gambar, langsung menghampiri Stella dan bertanya, “Apanya yang aneh?” “Aku tidak melihat cermin di rumah ini,” jawab Stella sambil melirik ke kiri, ke arah kasur nyonya Hellen. Ellie yang
Baca selengkapnya
Senyum tulus
Stella membuka matanya dan dia merasa heran karena sudah berada di apartemennya, dia lantas menyingkap selimut dan bangun dari kasurnya. Ia pun melihat ke ruang santainya dan tak ada seseorang pun di sana, kemudian Stella pun menyalakan TV dan tak sengaja ia langsung melihat berita yang sedang menyiarkan kasus lanjutan nyonya Hellen. Stella teringat kembali terakhir kali dia membuka mata, dan ia baru sadar kalau waktu itu ia di hajar menggunakan gagang pistol oleh sahabatnya sendiri, dan ia bingung kenapa sekarang ia bisa berada di apartemennya. Breaking news “Pembunuhan Hellen Watson akhirnya terungkap, tersangka yang tidak lain adalah menantunya sendiri dan di bantu adik perempuanya. Anehnya tak ada penyesalan di wajah mereka berdua, dan senyum lebar terpampang jelas di wajah mereka berdua.” Stella terdiam dan tak menyangka kalau Ellie benar-benar melakukan itu, tapi kenapa dia mengajak dan menyeret Stella
Baca selengkapnya
Hantu anak perempuan
Stella yang sudah 2 jam tak sadarkan diri, akhirnya terbangun dan terkejut setelah melihat sosok pria duduk di sampingnya. “Kamu sudah sadar?” tanya pria itu. Stella menganggukkan kepalanya dan ia pun merubah posisi yang awalnya telentang menjadi duduk. “Kamu sedang apa di sini?” tanya Stella. “Menjengukmu, apa lagi?” jawab pria itu sambil tersenyum. Stella pun menggelengkan kepalanya dan ia pun melipat tangannya diperutnya, “kamu libur hari ini?” “Aku masuk nanti sore, makanya aku sempatkan utnuk menjengukmu,” jawab pria itu. Pria itu adalah Gibran Triguna, pria yang menyukai Stella dan selalu di campakkan oleh Stella. Wajahnya tidak terlalu buruk, tapi memang ia bukan tipe pria yang di sukai Stella. Meskipun Stella sering mencampakkannya dan cuek kepadanya, Gibran tetap berusaha untuk mendapatkan h
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status