Jangan Salahkan Aku Pergi

Jangan Salahkan Aku Pergi

Oleh:  Cucu Suliani   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
26 Peringkat
73Bab
12.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Merrisa Amalia tak pernah menyangka jika tepat di hari pernikahannya, dia akan mendapatkan sebuah kejutan yang begitu mencengangkan. Di malam setelah dia menyerahkan kesuciannya, Mer mengetahui tentang suatu kebenaran. Adi, sang suami ternyata sudah memiliki istri dan juga anak. Kira-kira, bagaimana kelanjutannya? Yuk kepoin kisahnya.

Lihat lebih banyak
Jangan Salahkan Aku Pergi Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Agus Irawan
hai kak numpang promosi mampir ke Novelku. judul" Terapis Muda Sang Nyonya" pena" Agus Irawan hayuu mampir seru ceritanya
2023-10-13 10:43:56
1
user avatar
cut ika
Miris banget nasib Meriska ... Mau marah, baru hari pertama nikah. salah langkah, dia yang rugi. ...
2022-10-06 15:43:25
1
user avatar
Jinada
parah si adi...
2022-04-22 11:36:07
2
user avatar
Na_Vya
Ya Allah...baru bab awal udah sedih. hiks... Yang sabar ya, Mer...
2022-04-22 11:29:28
1
user avatar
Lusi Yanna
widis kejutannya bikin seneng atau bikin sedih nih. berdoa yg terbaik aja. cus baca
2022-04-22 10:16:16
1
user avatar
Friska.S
aku kira gak semenarik yang kubayangkan, tapi ini novel bikin aku berbunga-bunga, semangat kk
2022-04-22 09:54:26
1
user avatar
Josie Milos
Kejutannya bikin emosi tegangan tinggi aja......
2022-01-20 16:37:03
1
user avatar
Ririn Puspita Sari
Keren kakak, di tunggu kelanjutannya
2022-01-19 01:06:14
2
default avatar
penamungil80
keren, ayo smngt lanjutkan karyamu
2022-01-18 05:05:40
3
user avatar
Airin Chan
kenapa bab yang kekonci gak bisa kebuka ya
2022-01-16 18:56:04
1
user avatar
RIA
Kalau aja si Adi ada di sini dah ku ikat tu mulut dan tangannya, bikin jengkel aja.... Semangat up nya thor
2021-12-24 22:44:17
2
default avatar
athaillahalazzam
Kok aku pengen jambak si Adi, teganya kebangetan, lanjut thor... semangat!!
2021-12-24 22:40:27
2
user avatar
Erni sari
ceritanya keren Thor, semangat terus yah
2021-12-24 22:40:17
2
default avatar
Anita
Tega banget kau Adi
2021-12-21 15:10:28
2
user avatar
Ririn Puspita Sari
Keren ceritanya, next kak...️
2021-12-20 19:21:03
1
  • 1
  • 2
73 Bab
1. Kejutan
"Saya terima nikah dan kawinnya Merrisa Amalia binti Adan dengan mas kawin cincin emas seberat lima gram dan uang tunai sebesar lima puluh juta rupiah dibayar tunai." Adinandya Kharisma Putra mengucapkan kalimat kabulnya dengan hanya satu tarikan napas saja, tentu saja hal itu membuat sang mempelai wanita benar-benar merasa bangga dan juga bahagia. "Bagaiaman para saksi?" tanya pak penghulu. SAH! " Kata itu seakan mengalun indah di gendang telinga Merrisa Amalia. Dia begitu senang, karena akhirnya dia bisa menikah dengan lelaki yang melamarnya secara baik-baik ke rumahnya. Lelaki dewasa yang terpaut usia tiga belas tahun dengannya. Lelaki dewasa yang sudah berhasil menaklukan hati seorang Merrisa Amalia. Lelaki itu, memang baru saja dikenalnya selama 3 bulan. Akan tetapi, lelaki itu sangat baik dan dia begitu perhatian terhadap Merrisa. Lelaki itu juga sangat baik terhadap pak Adan, bapaknya Merrisa. Lelaki itu juga sangat baik terhadap Johan, adiknya Merrisa. Merrisa pun langs
Baca selengkapnya
2. Perih
"Apa, Yang? Mas udah ngga tahan, sekarang ya?" pinta Adi yang mulai membuka gaun pengantin yang dipakai oleh Mer.Pria itu menatap wajah Mer dengan tatapan penuh damba, tentu saja hal itu membuat Mer malu tapi juga bahagia. Terlebih lagi mendapatkan tatapan yang begitu dalam dari pria yang baru saja mempersunting dirinya."Iya, Sayang. Aku tahu kalau kamu udah pengen banget, tapi... izinkan aku untuk membuka gaun pengantinnya dulu. Izinkan aku untuk mencuci muka terlebih dahulu," ujar Mer.Walaupun mereka menikah dengan cara yang sederhana, tetapi tetap saja Mer menyewa perias pengantin untuk merias wajahnya. Pastinya kini wajahnya harus dibersihkan terlebih dahulu, agar Mer lebih fresh dan juga segar."Baiklah," jawab Adi dengan berat hati.Adi yang tidak mau khilaf akhirnya menunggu Mer di atas tempat tidur, dia mengambil ponselnya dan bermain dengan ponselnya itu.Berbeda dengan Mer, wanita itu langsung masuk ke dalam walk in closet untuk membuka gaun pengantinnya. Setelah itu, dia
Baca selengkapnya
3. Mulut Manis Penuh Kebohongan
Malam yang terasa kelam dan mencekam kini telah berganti siang, hawa panas dari teriknya sang surya mulai menyeruak ke dalam kamar yang Mer tempati. Mer mulai mengerjapkan matanya. Seingatnya, dia sedang menangis di lantai yang dingin. Hatinya yang terasa bahagia karena pernikahannya bersama suami tercintanya, langsung berganti dengan rasa duka yang mendalam. Mer meratapi nasibnya yang--ah, entahlah. Mer harus merasa bangga, atau malah sedih. Karena di hari pertama menjadi istri dari Adi, dia malah langsung tahu status suaminya yang telah beristri. Akan tetapi, kenapa saat ini Mer malah sedang terbaring di atas tempat tidur. Siapa yang memindahkannya, atau mungkin suaminya yang telah beristri itu yang sudah memindahkan dirinya, pikirnya.Bahkan, tubuh Mer kini dibalut dengan selimut yang tebal. Mer merasa jika kini seluruh tubuhnya terasa dingin dan juga menggigil. Saat dia meraba keningnya, di keningnya terdapat handuk kompres. Mer mengernyit heran. Apa yang terjadi kepada dirinya
Baca selengkapnya
4. Pasrah
"Penting banget ya, Mas? Aku lagi sakit loh! Masa akunya malah kamu tinggalkan?" protes Mer. Adi langsung memeluk Mer. Dia mengusap lembut punggung Mer. Dia tahu jika istrinya pasti sedih dan kecewa, karena mereka baru saja menikah tapi Mer harus ditinggal pergi. Mer langsung membalas pelukan Adi. Mer memeluk Adi dengan sangat erat. Air mata yang sedari tadi ditahan, kini tumpah juga dan langsung membasahi kemeja yang di pakai oleh suaminya. Merasakan dadanya yang basah, Adi merasa tidak enak hati. Karena pastinya istrinya tersebut begitu terluka akan apa yang sudah dia ucapkan, dia berusaha untuk menenangkan hati istrinya."Hey! Jangan menangis, Mas perginya cuma dua hari. Mas tidak pergi dalam waktu yang lama, Mas pergi hanya untuk mengerjakan urusan kantor saja." Adi berusaha melerai pelukannya, tapi tak bisa. Mer seakan enggan untuk menunjukkan wajah sedihnya. Dia segera menyusut air matanya. Setelah itu, barulah dia melerai pelukannya dengan Adi. "Pergilah, Mas. Aku ikhlas!"
Baca selengkapnya
5. Membuntuti
Setelah berpamitan kepada Mer, Adi segera membawa barang-barangnya dan memasukannya ke dalam bagasi mobilnya. Dia melakukan hal itu dengan tergesa, seperti orang yang sedang dikejar waktu.Mer sempat bertanya-tanya di dalam hatinya, apa saja yang suaminya bawa? Kenapa barang bawaannya terlihat begitu banyak? Kenapa tingkah Adi seperti orang yang satu tahun tidak pulang ke kampung halamannya? Ah! Mer seakan lupa, tentu saja banyak yang akan dia bawa. Karena dia punya anak dan istri yang mengharapkan oleh-oleh darinya, Adi pasti membawa banyak pesanan untuk anak dan juga istrinya.Mer menjadi penasaran, apakah anak Adi dari istri pertamanya sudah besar atau masih kecil. Karena usia Adi ini memang sangatlah matang, seharusnya Mer tidak langsung percaya begitu saja kepada pria itu. Seharusnya Mer mencari terlebih dahulu asal usul pria tersebut.Namun, karena mulut Adi yang begitu manis, Mer sampai tidak bisa berpikir dengan jernih. Sungguh dia merasa percaya jika Adi adalah pria yang begi
Baca selengkapnya
6. Bermalam
"Selamat sore, Pak. Apa masih ada kamar yang kosong?" tanya Mer dengan sopan. Security tersebut seperti menelisik penampilan Mer dari atas sampai bawah. Kemudian, security itu pun menjawab pertanyaan Mer. "Masih, Neng. Tunggu sebentar, saya panggilkan pemilik kostnya." Security itu terlihat pergi ke arah rumah besar yang ada di samping kostan. Mer duduk di bangku sambil menunggu security itu datang. Tak lama kemudian, security itu datang dengan seorang pria paruh baya yang terlihat sangat berwibawa. "Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya pria paruh baya itu sopan. "Begini, Pak. Saya butuh tempat menginap, hanya untuk dua hari. Bisa?" tanya Mer. Pria paruh baya itu terlihat memperhatikan penampilan Mer. Tidak ada yang salah dengan penampilan Mer. Akan tetapi, wajah Mer terlihat kacau. Pria paruh baya itu lalu bertanya kepada Mer. "Kamu, ngga lagi kabur, kan?" tanyanya menyelidik. Sontak Mer langsung mengibas-ngibaskan kedua tangan kanannya di depan wajahnya. Karen
Baca selengkapnya
7. Hampir Ketahuan
"Terima kasih, Pak." Mer berucap dengan tulus. "Sama-sama," jawab Pak Dian. Mer kembali melanjutkan langkahnya, sambil memakai jaket milik pak Dian. Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, Mer melihat banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Di sana terlihat begitu banyak gerobak berjejer dengan rapi, bahkan banyak juga pedagang yang menggelar dagangannya di atas tikar, tergeletak begitu saja, tapi tetap terlihat rapi dan tak meninggalkan kesan jorok. Mer terlihat begitu semangat, dia langsung mendekat ke arah pedagang-pedagang tersebut. Tidak lama kemudian, tatapan mata Mer tertuju pada gerobak soto. Seketika mulut Mer terasa berliur. Mer langsung menghampiri pedagang soto tersebut. Dia sudah tak sabar ingin mencicipi rasa asam dan sensasi segar dari soto tersebut. Akan tetapi, baru saja Mer akan memesan semangkok soto. Mer malah melihat Adi yang sedang asik makan bakso bersama anak dan istri pertamanya. Adi terlihat menyuapi istrinya dengan penuh cinta, Adi juga terlihat m
Baca selengkapnya
8. Tidak Diduga
Rasa takut langsung melingkupi hatinya, dia takut ketahuan oleh suaminya sendiri. Dia takut jika harus bertatap muka dengan suaminya saat ini. Lebih tepatnya, dia belum sanggup untuk berbicara dengan lelaki yang sudah menyakitinya berkali-kali hanya dalam kurun waktu satu hari. Sebisa mungkin Mer ingin menghindar dari Adi, dia berusaha menutupi wajahnya dengan penutup kepala dari jaket yang pak Dian pinjamkan untuknya. Meira hanya bisa menatap Mer dengan tatapan penuh tanya, dia seperti ingin menanyakan kenapa Mer bertingkah sangat aneh. Namun, niatnya dia urungkan karena Adi terdengar melontarkan pertanyaan kepadanya."Meira, kok ditanya sama Ayah diem aja?" tanya Adi. Tatapan Meira langsung tertuju pada Adi, sedangkan Mer menggunakan kesempatan tersebut untuk segera pergi menuju kasir. Dia pergi dengan tergesa-gesa karena takut jika Adi menyadari dirinya ada di sana."Mbak, ini belanjaan saya. Tolong di itung berapa, saya mau keluar sebentar." Sebelum mendengar jawaban dari penja
Baca selengkapnya
9. Bersitatap Mata
"Meira."Mer sangat kaget karena ternyata dia malah bertemu dengan anak dari suaminya, gadis cantik yang terlihat lucu dan menggemaskan. Sayangnya, wajahnya begitu mirip dengan Adi. Lelaki yang sudah memperistrinya, tetapi nyatanya dia sudah beristri. Perlahan Mer melangkahkan kakinya, dia menghampiri Meira yang sedang mengantri untuk membeli siomay. "Hai, Meira." Mer langsung mengusap lembut puncak kepala gadis kecil itu. Meira terlihat mendongakkan kepalanya, lalu memandang Mer dengan intens. Senyumnya langsung terukir indah saat melihat wanita yang semalam membantunya untuk mengambilkan ciki dan minuman yang dia inginkan ada di hadapannya."Hai, Aunty yang semalam kabur," jawab Meira seraya terkekeh.Mer terlihat berdecak kala Meira menyebutnya kabur. Memang kenyataannya sih dia kabur saat Adi menghampirinya, tetapi hatinya merasa tak senang jika Meira berkata sejujur itu. "Ish! Kamu tuh, Aunty ngga kabur. Aunty kebelet pipis, jadi secepatnya pergi dari sana." Mer beralasan se
Baca selengkapnya
10. Numpang
Mer langsung berlari dan masuk ke dalam kamar kostnya. Dia sangat takut jika dia akan bertemu dengan Adi, rasanya dia belum siap kalau harus bertemu dengan suaminya itu. Apalagi, kini suaminya tengah berdua dengan istri pertamanya. Mereka bahkan terlihat sangat mesra, hati Mer terasa sangat panas. Mer langsung menangis mengeluarkan sesak di dalam dadanya. Semuanya terasa sakit dan terasa menyesakkan dada, kalau saja bisa Mer ingin sekali menghampiri Adi dan menampar wajah tampannya. Wajah tampan penuh tipu, terlihat manis tapi busuk.Sayangnya itu hanya jadi keinginannya semata, karena dia tak akan sanggup untuk melakukannya. "Kenapa aku bisa menikah dengan pria seperti itu?" tanya Mer penuh kecewa.Sampai di dalam kamar, Mer langsung merapihkan semua bajunya. Dia sudah tak kuat lagi melihat Adi dengan istrinya, dia ingin segera pergi dari sana. Semakin lama dia di sana, rasa sesak di dalam dadanya terasa semakin membuncah. Sakit, tapi tak berdarah. Setelah selesai merapikan bajun
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status