BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA

BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA

Oleh:  Azled  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
12Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bukan salah Lizia jika tidak dapat memberi suaminya keturunan. Tuhan memberinya jalan hidup seperti itu, jadi apa yang harus dia lakukan? Rahimnya tidak sesempurna wanita lain, dan itu bukan kesalahannya. Bahkan jika dia mengalami pengkhianatan, itu juga bukan salahnya.

Lihat lebih banyak
BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
icher
wow. masalah yang sering terjadi di kehidupan nyata. semangat up thor.
2022-02-03 08:13:00
1
12 Bab
BAB 1 - PERCUMA
"Aku tidak mengerti lagi dengan jalan pikir mertuaku, Sin. Rahimku sehat, aku dan Aziz juga tidak mandul. Tapi kenapa ibu Aziz ngotot sekali ingin menyewa rahim orang lain?  Aku terus-menerus sakit hati setiap kali mengingat dia meragukan rahimku," kata Lizia jengkel. Dia mengambil selembar tisu di atas meja. Entah berapa banyak tisu yang akan dia ambil lagi untuk menghapus air matanya.Lizia menangis sesenggukan, menatap sahabatnya dengan mata yang merah. "Kenapa Tuhan belum memberi aku dan Aziz anak? Dan kenapa juga mertuaku harus perempuan cerewet itu? Ah!" teriak Lizia.Sindi menghela napasnya, menatap kasihan pada Lizia. "Sabar, Liz. Ada, kok, wanita yang belum dikasih anak sampai sepuluh tahun. Eh tapi akhirnya dikasih juga. Intinya, Liz ... jangan putus asa. Sedangkan mertua kamu, biarkan saja mau bilang apa." Dia mengusap pundak Lizia, mencoba memberi kekuatan kepada sahabat karibnya itu.Lizia membuang tisuny
Baca selengkapnya
BAB 2 - KEGUGURAN
Lizia mengabaikan sapaan dari setiap pegawainya. Dia hanya menatap lurus ke depan tanpa senyuman yang biasa ia umbar. Dia tidak dapat mengangkat ujung bibirnya sementara relung hatinya begitu pilu. Lizia menaruh tasnya di atas meja kerja dengan keras, membuat sekretaris perusahaan yang akan masuk ke ruangannya menjadi ragu."Masuklah," kata Lizia setelah menyadari keberadaan Sang sekretaris. "Maaf, Bu. Saya hanya ingin mengingatkan kalau kita ada rapat dua jam lagi," ucap si sekretaris.Lizia mengangguk. Kemudian mengibaskan tangannya menyuruh wanita berhak tinggi di depannya itu keluar."Baik, Bu." Si sekretaris pun pergi setelah menutup pintu dengan hati-hati. Lizia memutar kursinya menghadap dinding kaca di belakangnya. Dia menghela, lalu menarik napas dalam-dalam. Untunglah pemandangan kota Jakarta dari bawah sini membuat suasana hatinya sedikit membaik. Lizia memijat ke
Baca selengkapnya
BAB 3 - TUHAN, BAGAIMANA INI?
"Kandungannya sudah masuk minggu ketiga." Aziz meremas rambutnya frustasi. Kata-kata dokter terus berputar di kepalanya. Dia beranjak dari kursi tunggu, melihat Lizia yang belum siuman usai kecelakaan satu jam yang lalu.  Aziz tidak ingin masuk ke dalam ruang rawat Lizia. Hanya menunggu di luar dengan dengan harapan Lizia cepat bangun.  Aziz menghela napas panjang. Dia harus menyalahkan siapa atas kematian calon bayi yang dia tunggu selama tujuh tahun lamanya?  Tuhan benar-benar tidak adil pada keluarganya. Mengambil apa yang mereka nanti-nanti dengan susah payah. Tuhan seperti membuat terbang lalu menjatuhkan mereka sampai hancur berkeping-keping.   Ibarat kata nasi sudah menjadi bubur, semuanya telah terjadi. Calon bayinya juga sudah pergi. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk memutar kembali waktu. Saat ini bukan hanya dia saja yang terluka, ada Lizia
Baca selengkapnya
BAB 4 - KEPUTUSAN LIZIA
Langkah kaki Lizia lemah saat memasuki rumahnya. Tubuhnya basah kuyup membuat lantai yang ia lewati menjadi basah. Dia langsung naik ke kamarnya untuk mengganti pakaian basahnya dengan pakaian yang kering.  Setelah itu, dia naik ke atas ranjang. Tubuh dan pikirannya yang lelah membuat tak butuh waktu lama lagi bagi Lizia untuk terlelap di bawah selimut.  Jam 8 malam. Lizia membuka matanya yang berat. Dia segera meninggalkan ranjang ketika melihat suasana di luar yang gelap dari jendela.  Lizia menuruni setiap anak tangga dengan menopang tangannya di pegangan tangga. Kepalanya menjadi pusing setelah terkena hujan beberapa jam yang lalu. Dia langsung ke dapur dan meminum satu setengah gelas air putih.  Lizia terduduk di kursi dapur. Dia kembali memikirkan kenyataan menyedihkan itu. Berharap hanya menjadi mimpi belaka saat bangun tidur.  
Baca selengkapnya
BAB 5 - BERTEMU IBU PENGGANTI
"Sayang, kita masih bisa berjuang sama-sama untuk punya anak. Kita masih muda, sehat." Sehat? Hahaha ... Lizia menertawai dirinya dalam hati.  "Tujuh tahun, Sayang. Tujuh tahun bukan waktu sebentar, selama itu kita berjuang sambil ikhtiar. Jangan menyerah karena musibah kemarin. Mana Lizia yang aku kenal?" kata Aziz. Dia menatap mata Lizia begitu lekat. Lizia menghela lalu berkata, "Seperti yang kamu bilang, tujuh tahun bukan waktu sebentar, kamu benar, tujuh tahun adalah waktu yang sangat-sangat lama. Saking lamanya membuat aku lelah sama takdir yang diberikan Allah." "Hey, jangan bilang begitu. Apa pun jalan yang dikasih Allah untuk kita berdua, yakin itu jalan paling terbaik di antara terbaik."  "Dan ini sudah jadi jalan aku untuk menggunakan rahim orang lain."  "Sayang, jangan berpikir karena musibah kemarin aku akan tinggalkan kamu, makany
Baca selengkapnya
BAB 6 - TAKUT
Pertama, mereka menyewa rumah di dekat tempat tinggal Aziz dan Lizia untuk Dayana. Dayana harus tinggal berdekatan agar mereka dapat setiap waktu mengecek kondisinya selama kehamilan.  Kedua, biaya pendidikan S2 ke Singapura ditanggung Aziz dan Lizia. Ini adalah salah satu cara membayar jasa Dayana.  Ketiga, mereka akan berdonasi 500 juta ke panti asuhan tempat Dayana tinggal.  Keempat, Dayana harus meninggalkan bayi yang dilahirkannya setelah 40 hari.  Selesai. 4 poin inti dalam perjanjian ibu pengganti.  Lizia mencap namanya di atas kertas berukuran A4 di atas meja, lalu diikuti dengan tanda tangan Aziz di bawahnya.  "Besok kita bertiga ke rumah sakit untuk cek kesehatan dan konsultasi," kata Aziz.  Dayana mengangguk setuju, tetapi Lizia tidak. "Kayaknya aku enggak bisa, sayang. Ak
Baca selengkapnya
BAB 7 - JANJI AZIZ
Mata Lizia fokus pada Arum, tetapi sesungguhnya pikirannya hanya tertuju pada suaminya.    Curhatan Arum barusan sukses membuat pikirannya kacau, hatinya bimbang, dan dia menjadi takut. Arum sama sepertinya menyewa ibu pengganti untuk mengandung anaknya. Tetapi dia tidak menyangka nasib dari pernikahan Arum akan berakhir tragis karena pilihan yang dibuat wanita itu.    Lizia merinding. Mencoba berpikir kalau nasib setiap orang berbeda-beda dan dia mungkin tidak akan berakhir seperti Arum, sebab Aziz sangat mencintainya dan dia sangat percaya pada pria itu.   Ya, Lizia menyadarkan semu harapannya pada cintanya dan Aziz.    Lizia berpamitan kepada teman-temannya setelah melihat jam 15:43 di tangannya. Tetapi belum sempat meninggalkan gedung reuni, langkahnya terhenti saat suara seorang pria memanggil namanya.    Lizia menoleh dan mendapati Rendy di meja bersama
Baca selengkapnya
BAB 8 - SAPU TANGAN
"Terima kasih banyak," kata Dayana, lalu tersenyum saat 4 orang yang membantu kepindahannya hendak menaiki mobil dan pergi.  Dayana berjalan memasuki rumah sementaranya. Rumah bercat kuning itu punya luas 34 meter dan panjang 36 meter. Bagian dalamnya didesain dengan gaya moderen, dan memiliki banyak jendela di setiap sisinya. Semua perabotan seperti kursi, ranjang, kulkas, AC, dan lain sebagainya sudah disiapkan Aziz dan Lizia. Rasanya menyenangkan sekali berada di rumah yang menjadi impian Dayana. Tetapi sayangnya dia harus pindah setelah 13 bulan tinggal di sana. Dayana memasuki ruangan yang menjadi kamarnya, di sana masih berantakan dan dia sendiri yang akan merapikannya. Itu kemauannya sendiri.  "Halo? Benar, saya Dayana Safitri." Dayana meninggalkan barang-barangnya di atas lantai saat ponselnya berbunyi.  "Kami dari pihak rumah sakit Sanjaya Permata. Apa benar atas nama ibu Fitr
Baca selengkapnya
BAB 9 - CEMBURU?
Hari ini, Selasa 1 Februari 2022. Tepat satu minggu setelah terakhir kali mereka menemui dokter Vino. Lizia bersama Aziz dan juga Dayana kembali menemui Vino untuk menagih hasil pemeriksaan mengenai kesuburan mereka.  Tidak ada basa-basi seperti pertama kali, Vino langsung memberi kertas berisi keterangan hasil pemeriksaan kepada mereka masing-masing. Setelah itu, dia duduk di kursi kebanggaannya dengan wibawa seorang dokter yang lebih terlihat daripada kemarin-kemarin.  "Nona Dayana, rahim ada sangat baik dan sehat. Tidak ada kecacatan sedikitpun. Bahkan, rahim Anda sudah benar-benar siap untuk pemindahan embrio," kata Dokter Vino. Dayana mengangguk paham. Dia senang dan sedikit gugup.  Vino beralih pandangan pada Aziz, lalu mengatakan hal yang sama seperti yang dia katakan pada Dayana. Aziz sehat dan tidak ada kecacatan apa pun.  "Saya mau bicara empat mata
Baca selengkapnya
BAB 10 - 3 BULAN KEMUDIAN
3 bulan kemudian. Lizia memasuki gedung rumah sakit Sanjaya Permata setelah ia memarkirkan mobilnya. Tubuh tinggi semampai dengan balutan gaun hitam berkerah sepanjang bawah lutut dengan lengan sambungan terlihat begitu elegan dan anggun.  Seperti seorang model, pandangan orang-orang tak luput dari Lizia. Wanita cantik itu adalah istri dari dokter Pratama Aziz. Hampir seluruh orang-orang di kalangan dokter maupun perawat mengenalinya. Ya, siapa juga yang tidak mengenali Lizia Hermansyah. Wanita karier yang memimpin perusahaan terbesar kedua di Indonesia. Dia wanita hebat dan orang-orang menyebut Aziz sebagai pria dengan nasib beruntung karena memiliki Lizia sebagai istri. Tetapi dibalik latar kehidupannya yang menarik, orang-orang juga terkadang menjulukinya sebagai wanita yang tidak beruntung karena belum mempunyai anak.  Lizia mengetok pintu berwarna putih krim itu beberapa kali dan tidak
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status